Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 30 September 2012

Ikhlas, Kesunyian dan Syukur


Materi malam ini kembali membuka mata saya tentang makna tersembunyi dari mengapa saya memutuskan mendaftar dan akhirnya diterima di Indonesia Mengajar. Mungkin jawaban seutuhnya dari ini semua belum dapat terlihat sekarang. Entah, saya terkadang masih heran dan bertanya-tanya, mengapa saya berada disini, diantara ke 52 calon pengajar muda angkatan 5. Saya masih sedikit tidak percaya bahwa saya akan mengajar anak-anak di sekolah dasar. Namun, malam ini, Dik Doang, berhasil menggerus tuntas keraguan dalam hati saya tentang jalan yang saya pilih ini. Saya juga belajar tentang ikhlas, dan rasa cinta.

Seperti yang juga dikatakan Dik Doang, semoga niat untuk mengabdi dan memberi kepada tanah air ini menjadi salah satu jalan menghambakan diri kepada Allah swt. Kepada NYA semata, seharusnyalah semua tertuju. Bukan tentang kepentingan pribadi, dunia, bahkan tahta. Cukuplah Tuhan untuk semuanya.

Saya kembali diingatkan pula tentang makna ikhlas. Pekerjaan saya ini bisa dikatakan atau mungkin kata kebanyakan orang adalah sangat tidak mengenakkan. Saya akan hidup di daerah yang serba terbatas. Ya, saya dipastikan akan hidup jauh dari kota, mungkin tidak ada listrik, dan sinyal telefon. Nomor satu yang harus dipunyai oleh setiap orang yang akan mengalami itu adalah ikhlas. Ikhlas menjadi sangat penting karena sebenarnya kesempatan untuk hidup di kota, bergelimang kemudahan, dan berpendapatan tinggi terbuka lebar didepan mata, namun orang seperti itu rela hidup di pelosok dengan dikelilingi berbagai keterbatasan.

Ikhlas artinya kita menerima apapun yang dikasih Tuhan apa adanya tanpa berkomentar maupun melakukan sesuatu yang merugikan kemudian hari. Ikhlas itu legowo, menerima apa adanya. Ikhlas akan membantu manusia menjadi makhluk yang mengeluarkan aura positif dalam setiap kehidupannya.

Saat ia sakit, ia ikhlas karena ia tahu setahu tahunya jika sakit adalah bentuk cinta Tuhan kepadanya karena dengan sakit Tuhan ingin membuat manusia dekat denganNYA. Saat ia jatuh miskin, ia legowo karena ia tahu sedalam-dalamnya jika Tuhan ingin membuatnya dekat dan pandai bersyukur. Saat ia kaya, ia sadar sesadar-sadarnya bahwa harta bendanya bukan miliknya, melainkan hanya titipan dari Tuhan semata. Karenanya ia gunakan harta itu untuk kepentingan di jalan ALLAH. Awali setiap langkah kita dengan keikhlasan. Ikhlas yang akan membuat hari-hari kita menggembirakan dan positif karena kita selalu memandang semua peristiwa dalam hidup ini sebagai kehendak Yang Maha Kuasa dan IA pun mempunyai tujuan tersendiri dibaliknya.

Saya ingin menjadi pribadi yang ikhlas. Menerima apapun dengan lapang dada dan kepenuhan rasa syukur. Ikhlas bahwa ini memang jalan yang sudah digariskan Allah untuk saya, sehingga saya harus yakin jika dengan ini Allah ingin mengajarkan saya tentang sesuatu yang belum saya tahu, tapi yang pasti sesuatu yang terbaik untuk saya. Letakkan ikhlas itu didepan, jangan ditengah atau di belakang. Ikhlas di awal akan membantu kita membuka kelapangan jalan Tuhan yang lain.

Tidak perlu galau atau gelisah dengan tujuan hidup, selama kita menggantungkan semua keyakinan, cinta, harapan, bahkan ketakukan kita kepada Sang Pencipta maka hari esok pasti sepastinya adalah yang terbaik untuk kita. Saya sangat berharap, saya bisa menjadi manusia seperti itu, yang menggantungkan semuanya hanya kepada Allah swt. Menjalankan tugas sebagai pengajar muda di pelosok nan jauh disana, semoga dapat memperkokoh singgasana Allah sebagai tujuan akhir hidup saya. Bukan dunia, karena jika kita mengejar dunia niscaya kita akan mendapatkannya namun itu kecewa dan penyesalan lah ujungnya. Dunia ibarat nenek tua, dari jauh terlihat menawan namun dari dekat sangat mengejutkan. Dunia tidak lah abadi. Karena keabadian yang sesungguhnya adalah akhirat.

Tuhan itu menyukai kesunyian. Ingat waktu dimana Tuhan sangat menganjurkan kita untuk berdoa?. Salah satunya adalah saat tengah malam, yakni saat sebagian besar manusia tertidur. Tengah malam ketika kegelapan menyelimuti bumi. Sunyi, senyap, dan hanya suara alam raya menemaninya. Hanya orang-orang istimewa yang mampu bangun ditengah kesunyian seperti itu dan menyembah serta mengagungkan nama NYA. ALLAH sangat mencintai manusia yang secara konsisten melakukannya. Tengah malam penuh kesunyian adalah waktu bagi Tuhan untuk berjumbu dengan hamba-hamba NYA.

Kesunyian sangat dekat dengan sepi, dan sendiri. Kehidupan di kota sulit untuk merepresentasikan kesunyian karena ia selalu ramai dan sesak. Kehidupan di pelosok yang jauh disana sangat lekat dengan kesunyian. Saat saya ditempatkan di tempat yang jauh nantinya, saya akan hidup di tengah-tengah kesunyian. Tempat yang sunyi sangat membantu kita untuk mendekatkan diri kita kepada Sang Maha Kuasa. 

Kedekatan kita dengan alam akan mampu mengasah rasa betapa menakjubkannya alam raya ini. Ditengah kesunyian, panca indera, pikiran, dan hati kita akan mudah tersadar bahwa kita telah hidup dalam gelimang nikmat dan kemudahan. Nikmat dan gelimang kemudahan dari Yang Maha Pemberi tentunya. Kemudian kita pun akan semakin tersadar bahwa sesering itu pula kita lupa untuk mensyukurinya meski sekedar ucapan ‘Alhamdullilah’ di bibir saja. Sangat sering malah kita menggunakan nikmat dan kemudahan-kemudahan itu untuk secara sadar atau tidak menjauh dari DIA; Sang Maha Pemberi. Ketika kesunyian itu saya dapatkan, ketika keterbatasan itu saya rasakan, satu karakter yang ingin sekali saya tancapkan kembali dan saya pelihara adalah rasa syukur saya atas semua yang sudah DIA berikan selama ini.

Rasa syukur dan ikhlas akan mengajarkan kepada kita makna hidup sesungguhnya di dunia ini. Ia akan membuat kita tidak lagi silau dengan apapun yang bersifat duniawi. Ia tidak mengejar harta, ia juga tidak berharap jabatan. Ia bisa dan justru berharap hidup dengan sederhana dan apa adanya saja. Tidak usah neko-neko alias macam-macam. Cukuplah Tuhan dan ridhonya yang jadi acuan. Saya sungguh-sungguh sesungguhnya, ingin sekali menemukan dan mempertahankan rasa itu selama di penempatan nanti. Saya ingin belajar banyak tentang syukur dan ikhlas selama saya di tempatkan di lokasi mengajar. Setelah penempatan saya ingin sekali berubah menjadi pribadi yang rendah hati, sederhana, pandai bersyukur, ikhlas dan tentunya hanya menyandarkan hidup kepada Sang Maha Pemberi Hidup. Semoga jalan sebagai Pengajar Muda ini akan membawaku kepada harapan saya itu.
Amin,


-Catatan Perjalanan Hidup-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu