Secara tidak sengaja, dulu saya
pernah membaca sebuah komik yang bercerita tentang tokoh besar Indonesia. Kalau
tidak salah judul komik tersebut adalah Putra Fajar dari Timur. Orang Indonesia
pasti akan langsung tau komik itu bercerita tentang siapa. Yup, betul, itu
bercerita tentang presiden pertama republik ini, Soekarno. Beliau adalah tokoh
besar. Dan tokoh besar itu lahir di Jawa sebelah timur. Timur, selain berarti penunjuk arah, ia punya makna
tersendiri. Tentu kita masih ingat, julukan pahwalan besar Sultan Hassanudin.
Beliau dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”. Lagi-lagi ada kata timur disana. Kita semua tahu timur
adalah arah matahari terbit dan matahari, dalam rentang sejarah manusia,
identik dengan kekuatan dan sumber kehidupan. Ya, karena itu, timur punya makna
tersendiri tentang change dan greatness.
Dan sekarang saya berada di sebuah wilayah yang ditakdirkan berada di timur Indonesia; Maluku Utara.
Betapa kayanya Sumber Daya laut Indonesia bukanlah cerita bohong. |
Saat pertama kali saya
menjejakkan kaki di tanah Maluku, saya sungguh terkagum-kagum dengan keindahan
alamnya. Laut yang biru ditaburi pulau-pulau nan hijau sungguh adalah pemandangan
yang istimewa. Laut yang kaya dan tanah yang subur. Tak berlebihan, saya
bilang, wilayah ini adalah surga. Pulau-pulaunya bertebaran dimana-mana. Hijau
lebat pepohonan menyimpan berjuta kekayaan. Pala, cengkeh, cokelat adalah
contohnya. Belum lagi dengan kekayaan faunanya. Banyak sekali jenis hewan hidup
di daerah ini yang sudah sukar ditemukan di wilayah lain. Saya sudah
membuktikan betapa mudah menemukan burung Maleo, Rangkong, Kakak Tua, Burung
yang berwarna-warni, Babi Hutan, bahkan Rusa di pulau tempat saya tinggal.
Jangan harap saya dapat bertemu hewan-hewan itu di Pulau Jawa selain di kebun
binatang. Jadi tidak mengherankan, Maluku Utara menjadi alasan utama
Negara-negara Barat datang ke nusantara di abad ke-17. Tidak lain, tidak bukan
mereka ingin mengeruk kekayaan alam ini.
Apakah kekayaan alam bukan
penentu majunya sebuang bangsa?. Memang benar,
sejarah telah banyak membuktikan, banyak negara maju terlahir berkat keunggulan
sumber daya manusianya. Bagaimana dengan kekayaan alamnya?. Eiitt, kita jangan
sampai lupa……sudah banyak juga contoh negara yang sejahtera karena pandai
mengelola kekayaan alamnya. Sebut saja, Selandia Baru dengan peternakan domba, Norwegia
dengan budidaya ikan lautnya, dan Finlandia dengan peternakan sapi dan domba.
Negara-negara mampu mengelola sumber daya alamnya dengan baik sehingga berhasil
menjadi negara maju. Sumber daya alam bukan kutukan. Ia adalah faktor pembeda
dan keunggulan kompetitif dibanding wilayah lain. Negara yang kaya sumber daya
alam adalah anugerah, yang hanya ia butuhkan adalah kualitas manusianya yang bisa mengelola SDA untuk kemajuan bersama.
Negara dengan potensi kekayaan
alam yang besar, seperti Indonesia hanya butuh satu hal: sumber daya manusia
yang unggul dan handal. Bukti sejarah menunjukan kepada kita bahwa Negara yang
mampu menciptakan dan mengelola SDM yang handal dan unggul akan menjadi Negara
besar. SDM selalu menjadi faktor penentu. Dan dalam urusan membangun SDM, kita
tidak bisa mebicarakannya dalam konstek jangka pendek, melainkan kita bicara
10, 50, hingga 100 tahun kedepan. Membangun SDM itu berbicara tentang
pergantian generasi dan itu diperlukan waktu yang tidak sebentar.
Semenjak saya menginjakan kaki di
tanah ini, saya sungguh dibuat terpukau oleh bagaimana luar biasanya anak-anak
disini. Saya melihat anak kelas 1 yang sudah hafal perkalian. Saya sudah
melihat anak TK yang sudah berani tampil membaca puisi tanpa text di panggung
kecamatan. Saya melihat anak kelas 3 yang pandai berceramah di atas panggung
besar, tidak kalah dengan ustad cilik di pentas Pildacil. Saya melihat banyak
sekali potensi calon penerus Ilham Udin Armayn, Evan Dimas, bahkan sebut saja Andik Firmansyah dari daerah
ini. Atau belum lama, ada anak yang hasil penelitiannya lolos sampai Jakarta,
mengalahkan anak dari daerah lain. Atau anak yang berhasil mengalahkan ribuan
anak se-nusantara karena hasil tulisannya yang bagus. Anak-anak disini jelas
tidak kalah dengan anak-anak lain dimanapun. Mereka jelas bisa menjadi apa
saja. Anak-anak ini mampu menjadi guru, dokter, ilmuwan, athlete, penulis, sastrawan,
atau apapun jenis impian yang bisa terbayang manusia. Saya yakin 1000%
anak-anak disini bisa dan mampu. Anak-anak dari timur. Timur adalah arah matahari terbit, dan anak-anak ini punya segalanya
dalam diri mereka untuk menjadi tokoh besar, seperti Soekarno atau Sultan
Hassanudin.
Jangan bicara tentang
saat ini, tapi coba bayangkan ketika anak-anak ini besar dan dewasa.
Asalkan dikelola dan didik sebaik mungkin tidak mustahil mereka akan menjadi
tokoh besar Indonesia selanjutnya yang akan membuktikan timur adalah pencipta tokoh-tokoh
besar.
Namun, syaratnya hanya satu: pendidikan di kelola seserius
mungkin, bertanggung jawab penuh dedikasi dan optimisme. Negara yang
memperhatikan pendidikannya adalah Negara yang memikirkan masa depan. Bicara
tentang pendidikan, kita bicara tentang masa depan. Karena mendidik anak-anak
ini hasilnya baru akan terlihat beberapa generasi kemudian. Dan sekali lagi,
seperti yang dikatakan Bung Hatta, nasib suatu bangsa tergantung dari
masyarakatnya sendiri. Semuanya tergantung perilaku dan perbuatan kita sendiri.
Kekayaan alam yang melimpah ini
tidak akan menghasilkan apa-apa selain rasa bangga seandainya kita tidak becus mengelola manusianya.Sebagai manusia, kita yang mengelola dan saat yang bersamaan kita juga yang dikelola. Kita sebagai subyek sekaligus obyek.
Korea Selatan, India, China, Singapura adalah contoh nyata Negara yang bergerak
maju berkat mengelola pendidikan dan SDM nya dengan baik dan bertanggung jawab.
Kita harus mulai bergerak mengejar ketertinggalan, jangan duduk nyaman dan
menyaksikann masa depan anak-anak kita perlahan tertutup kabut kelam. Kita
semua bergerak bersama-sama. Dan kita berharap adanya kesadaran kolektif dari
para pelaku langsung pendidikan di daerah bahwa perubahan kemajuan ada pada
perilaku mereka. Mari kita sama-sama sadar dan paham bahwa sekecil apapun, kita
punya peran bagi maju mundurnya Negara ini.
Kita berharap, guru-guru datang
ke sekolah, mengajar sepenuh hati dan terus belajar meningkatkan kapasitas
diri. Kepala sekolah yang bertanggung jawab mengelola sekolah dan berdedikasi
membangun pendidikan, bukan justru memperkaya diri dan keluarga dengan BOS.
Pemerintah yang bersih dan serius mengelola pendidikan sebaik mungkin.
Kita punya semua potensi menjadi
daerah maju. Kita punya segala syarat menjadi Negara besar. Selama MATAHARI selalu terbit dari TIMUR, kita
harus percaya bahwa bangsa ini ditakdirkan menjadi bangsa besar. Karenanya,
tidak ada kata lain selain bergerak dari sekarang memperbaiki kualitas
pendidikan kita demi terciptanya SDM yang handal dan unggul. Mulai dari mana?.
Cobalah mulai bertanya kepada diri sendiri, sudah sebaik apa saya berbakti
kepada bangsa dan Negara ini?. Sudah melakukan apa saya untuk Negara dan bangsa
saya?.
Ataukah jangan-jangan, tanpa kita sadari, kita adalah bagian dari
masalah bangsa ini?.
Semoga tidak!!J
Putra Fajar dari Timur? Baru dengar komik yang bercerita tentang Pak Karno.
BalasHapus:)
Tulisan yang menarik, Ca.
Namun ada sedikit koreksi soal penulisan partikel di-
Misal pada paragraf : "Namun, syaratnya hanya satu: pendidikan di kelola seserius mungkin, bertanggung jawab penuh dedikasi dan optimisme..."
Kata di kelola sebaiknya disambung --> dikelola.
Berbeda dengan penulisan partikel di- pada paragraf berikut: "Semenjak saya menginjakan kaki di tanah ini, saya sungguh dibuat terpukau oleh bagaimana luar biasanya anak-anak disini."
Penulisan di tanah sudah tepat dipisah, namun untuk kata 'disini' sebaiknya dipisah juga menjadi ---> di sini.
So, penulisan partikel di- untuk partikel kerja itu disambung, sedangkan partikel di- untuk partikel kalimat penunjuk tempat itu dipisah.
Jazk, ya, buat tulisan inspiratifnya!
Wooww....baru ngeh aku An. Thanks alot atas koreksinya, sangat berguna! :-D
BalasHapus