Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Selasa, 19 Agustus 2014

Dear Panca (2)

Selamat Pagi!

Hai Panca?. Lagi!. Semoga kamu gak bosen nerima surat aku. Hehe. Bagaimana kabar?. Pagi ini cerah sekali lhoo, semoga harimu demikian juga. Aku jamin kamu sudah sampai tempat kerja saat baca surat aku ini, jam berapa kamu berangkat kerja?. Macet juga gak dijalan?. 

Ahh, sudah-sudah, gak perlu ngomong macet. Bikin pusing. Haha. Pagi ini aku sengaja nulis surat buat kamu karena aku sedang kepikiran sesuatu. Aku ingin sedikit meredakan kegundahan pikiran dengan menulis buat kamu. Kamu adalah teman yang paling setia ndengerin cerita-ceritaku. Gak banyak kok, aku juga gak mau mood kamu drop gara-gara baca unek-unek aku. Hehehe.

Panca, menurutmu apa si artinya bekerja?. Kadang aku kepikiran buat apa ya setiap hari harus bangun pagi, berdesakan dengan orang-orang dijalan, memburu waktu agar tidak terlambat, hidup seharian di kantor, macet dijalan, dan semua hal tentang pekerjaan kadang membuat aku berpikir, apakah hidup memang diciptakan untuk begini?. Untuk apa?. Demi apa?. Mengapa?. Ahh, semua pertanyaan-pertanyaan di pikiranku ini membuatku terbayang tentang masa dimana kita masih sering bercerita dan bertemu. Aku bisa sedikit meluapkan kegelisahan hati denganmu, namun sekarang kamu dan aku sudah sangat jauh. Hanya bisa berbagi cerita lewat selembar kertas saja. Huufffttt...mungkin hidupku akan terasa lebih bahagia jika ada kamu, temanku, disekitarku. 


Belum lagi masalah pergaulan ditempat kerja. Tempat kerja itu kan ibaratnya rumah kedua kita. Bayangkan dalam seminggu, mayoritas waktu kita, kita habiskan di tempat kerja. Senin-Jumat jam 8-16.00: 8 Jam per hari!. Belum dihitung dengan waktu perjalanannya. Iya, hidup kita habis di tempat kerja atau untuk urusan pekerjaan. Kalau tempat kerja gak bisa dibuat seperti rumah sendiri, matilah kita. Iya kan Panca?. 

Rasanya akan berat jika sebelum berangkat kerja, kita sudah merasa akan menuju rumah orang asing, bukan rumah sendiri. Beda jika sebelum berangkat, kita seolah akan menuju ke rumah kita sendiri, disana kita bertemu keluarga sendiri, bisa bercengkrama dan bercanda dengan teman, ahhh rasanya pas berangkat kerja pasti sangat semangat dan bahagia. Begitu juga setelah tiba di rumah kedua, ahhhh rasanya lebih bahagia lagi. Karena orang didalamnya dan lingkungannya membuat kita seperti dirumah kita sendiri. Bukan rumah orang asing, yang ketika kita disana, hanya mata saja yang tertuju pada diri kita tanpa sapaan, obrolan, apalagi candaan. 

Aku sedang mencari keluarga dan rumah keduaku Panca. Ya, disitulah aku bisa mengembalikan mimpi dan kehidupanku. Namun, jika rumah kedua belum juga aku rasakan, aku harus bagaimana?.

Aku kira cukup ya Panca tulisanku ini. Aku harap kamu gak jadi BT setelah membaca tulisanku, aku hanya ingin berbagi cerita denganmu. Karena dulu aku pernah berjanji, aku akan selalu berkirim kabar denganmu dan berbagi cerita seperti dulu. Aku tunggu balasanmu ya!?. 

Salam, 

Temanmu


-Catatan Perjalanan Hidup-

1 komentar:

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu