Pertanyaan ini terus saja merongrong kepalaku. Tak juga aku menemukan arti semua pertanyaan dalam kepalaku itu. Sampai kini, aku tak tau jika nanti. Aku mencoba mencarinya, bertanya kesana kemari, berharap secercah kecil harapan atas jawaban itu aku temui. Terbangun setiap pagi dengan pertanyaan yang sama, berdentang tak mau berhenti dikepalaku. Aku bergerak, aku berjalan, banyak hal yang aku lihat, tapi masih tetap saja sama.
Dan kini, duniaku menjadi sangat berbeda. Entah aku sengaja atau tidak membuatnya menjadi berbeda, atau mungkin IA, dengan kekuasaan-NYA, menuntunku perlahan ke tempat baru ini. Lembaran putih polos sekarang, semuanya baru. Ibarat sebuah buku, aku membuka sebuah halaman baru dan menuliskan ceritaku disana, yang aku tak akan pernah tau sampai dimana ceritaku ini aku tulis. Bahkan sampai kapan halaman ini akan berakhir, aku tidak tau. Juga kemampuanku dalam menulis cerita ini pun makin tidak aku pahami lagi. Apakah aku bisa mengisi cerita di halaman baru ini. Semuanya baru dan sangat berbeda.
Dan pertanyaan yang sama masih saja terus menghantui cerita-ceritaku.
Dan kini, duniaku menjadi sangat berbeda. Entah aku sengaja atau tidak membuatnya menjadi berbeda, atau mungkin IA, dengan kekuasaan-NYA, menuntunku perlahan ke tempat baru ini. Lembaran putih polos sekarang, semuanya baru. Ibarat sebuah buku, aku membuka sebuah halaman baru dan menuliskan ceritaku disana, yang aku tak akan pernah tau sampai dimana ceritaku ini aku tulis. Bahkan sampai kapan halaman ini akan berakhir, aku tidak tau. Juga kemampuanku dalam menulis cerita ini pun makin tidak aku pahami lagi. Apakah aku bisa mengisi cerita di halaman baru ini. Semuanya baru dan sangat berbeda.
Dan pertanyaan yang sama masih saja terus menghantui cerita-ceritaku.
Kembali aku tergeragap malam itu. Mimpi buruk tentang ketakutanku muncul kembali. Ia datang tanpa pernah bisa aku cegah. Dadaku sesak, nafasku tersengal, keringat dingin bercucuran. Aku ingin menepisnya sekuat tenaga. Apakah aku bisa?. Aku pun ragu pada akhirnya. Ternyata, cerita di halaman baru bukuku sedikit menyelematkanku dari kengerian mimpi burukku.
Aku ingin kembali menuliskan cerita yang indah dihalaman buku baruku. Bernyayi, tertawa, bebas dan lepas seperti yang pernah aku punya. Mungkin tidak semudah itu lagi, tapi aku ingin menulis dan menulis lagi. Tentang misteri kehidupan yang unik ini, tapi tetap saja aku adalah manusia, bukan keledai. Aku akan belajar lebih baik, tentang kehidupan dan maknanya. Tentang kesucian dan ketaatan. Ya sederhananya tentang manusia yang sedang berusaha untuk bertahan hidup di bumi yang fana ini.
Saat menengok kebelakang, sudah ada beberapa halaman yang aku tuliskan. Tidak terasa aku sudah dapat beberapa, meski masih ada getir dan tangis disana serta kemarahan, tapi lembaran lembaran kosong ini sedikit sudah terisi. Tidak sebaik tulisanMU memang, tapi manusia hanyalah manusia, bukan?.
Tanpa sadar, ada secuil tawa yang aku nantikan, entah ketika bersamanya, atau ketika menuliskan cerita ini pada lembar kertas buku baruku. Entah apakah ia sekedar akan jadi penghias catatan kaki cerita di halaman baru buku ku. Tak ada yang tau.
Hingga mungkin pertanyaan yang sama yang terus merongrong hidupku terjawab atau setidaknya mimpi buruk itu tak lagi ada. Semoga.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar