Aku melihat sesok pria sempurna di ujung sana. Bijaksana, mendamaikan, jujur, dan penuh kasih. Aura seorang pemimpin terpancar kuat dari tubuhnya dan sorot kedua matanya. Aku terkagum hanya sekedar melihatnya. Semburat cahaya keemasan seperti berkilau dari balik punggungnya. Ia pria sempurna, sesempurna, para malaikat yang ada di dongeng Cinderella. Ataukah ia titisan Tuhan?. Ataukah mungkin pangeran dari sebuah kerajaan agung, putra seorang Raja atau bangsawan?.
Aku dekati si pria itu. Aku melangkah perlahan ragu-ragu. Jarakku dengannya hanya selemparan batu. Hatiku gusar, bibirku mengering, mataku memicing makin kuat. Ini kah sosok pria idaman itu?. Mataku makin jelas tertuju padanya. Sorot mata itu, wajah itu, rambut itu, otot-otot di kedua lengannya, semua bak tak ada cela. Aku coba menenangkan diri, dan terus mengonfirmasi jika ini nyata. Inikah sosok pria idaman itu?.
Ketika aku yakin ia sudah ada di jangkauanku, aku lambaikan tanganku padanya. Atau sekedar untuk memastikan ia benar ada di sana. Aku hempaskan tanganku ke arah lengannya yang kokoh itu dan berharap tangaku akan membentur sesuatu.
Aku terhenyak. Tanganku lewat begitu saja, seperti saat kau mengibas sekumpulan asap. Aku tak menyentuh apapun, hanya sebuah pantulan cahaya yang tak ada wujudnya.
Dan seketika itu, aku terbangun. Aku tersengal. Lagi oh Tuhan, itu hanya sebuah mimpi.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar