Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Rabu, 01 Juni 2016

Gagap

Diceritakan, aku tersesat di gelapnya lorong hutan yang sempit. Tidak ada lampu dan penerangan. Aku tak bisa melihat apa-apa selain siluet siluet rimbun pepohonan dan kasarnya jalan dari balik sepatu. Aku menggandalkan tangan dan pendengaran sebagai alat indra. Aku menggapai gapai udara di depan, dan menggerakan tangan ke kiri dan kanan, berharap menemukan sebuah pegangan. Aku tajamkan alat pendengaran, penciuman, untuk mencari tanda tanda jalan yang bisa dilalui, atau mungkin bahkan tanda bahaya. Aku menggerakan kaki pelan-pelan, menyeretnya, bukan mengangkatnya, untuk menghalangi benturan bendar keras atau tajam yang membahayakan. Jantungku berdegup tak karuan, tak terkendali. Ya, manusiawi, aku begitu takut. Tidak ada yang tau apa yang ada di dalam lorong gelap ini. Monster?, hantu?, jurang?. Aku mencari-cari pegangan, namun masih belum kudapat. Aku menitikkan air mata, aku takut. Aku meraba jalanan dengan kaki, menyeretnya pelan-pelan. Waktu terasa berlalu sangat pelan. Suara detik waktu terdengar bak lonceng, menggema dalam pikiran dan jantungku. Hati kecilku berdoa tak henti, kapan lorong ini berakhir, adakah yang akan menolongku?. Aku melihat ke belakang, ada semburat sinar temaram di ujung sana. Aku tak berani kembali, belum tentu itu dekat, bisa jadi justru lebih jauh dan lebih tak jelas ujungnya. Aku tak mungkin berbalik kembali. Mulutku tak henti merapal doa dan selalu berusaha meyakinkan pikiranku sendiri bahwa lorong ini akan segera berujung. Aku masih akan tetap bergerak, meraba-raba ruang, menyeret-nyeret kaki, dan menajamkan telinga. Apapun yang dapat membantuku bertahan hidup dalam lorong sempit dan gelap ini. Tak mungkin aku menjerit minta tolong, karena tak ada apa-apa disini, semuanya hanya gelap. Sesekali tercium aroma ruang malam, dan pohon pohon tua. Jika aku berteriak mungkin hanya akan memancing kedatangan hewan buas. Aku pun memilih diam, menyeret langkah dan membisiki diri sendiri bahwa matahari akan segera muncul disuatu tempat untuk mengusir gelap malam ini. Aku masih berdoa, dan meyakini, matahari tak ingkar pada takdirnya.

-Catatan Perjalanan Hidup-

1 komentar:

  1. Wah wah keren tulisan blognya. Kalau tertarik kami bisa bantu untuk menjadikannya buku seperti novel-novel di gramedia dengan biaya murah. Kami bantu mulai dari pracetak (bahkan pengumpulan tulisan dari blog/ website untuk dijadikan buku) dengan biaya murah (self publishing).
    Untuk mengetahui lebih jauh tentang kami atau contoh beberapa buku yang sudah kami bantu terbitkan bisa dicek: www.heryamedia.com atau https://heryamedia.wordpress.com/

    Kontak kami:
    SMS Centre: 0877-80538726/ 0877-67866622
    BBM: 2AC9FC12
    WA: 087767866622
    Email: heryamedia@yahoo.com/ heryamedia@gmail.com

    BalasHapus

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu