Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Sabtu, 10 September 2016

Berlayarlah Kapal Kita

Ini adalah sebuah perjalanan mengarungi samudra. Berlayar meski bukan seorang pelaut. Samudra luas sampai ujung mata. Kapal telah mengambil sauhnya, bergerak perlahan ke tengah lautan lepas. Nahkoda dan awaknya bersiap, kencangkan peganganmu. Jangan tutup matamu, buka lebar-lebarlah karena pemandangan ditengah samudra ini kan jadi elok katanya. Lautan nan biru, senja menguning diujung cakrawala, lompatan gerombolan lumba-lumba, atau bahkan badai yang siap menerpa. Tak pernah ada kata kembali. Pelaut hanya akan kembali ke dermaga yang sama dengan membawa hasil. Tak pernah tangan kosong. Karenanya, hanya satu kata untuk perjalanan berlayar ini : "Nikmatilah". 

Perjalanan pelayaran ini untuk menemukan jawaban dari pertanyaan saat pertama melihat dunia. Pertanyaan yang sudah diberikan Tuhan kepada setiap manusia yang IA takdirkan hidup di bumi. "Untuk apa aku ada disini?". Mungkinkah hidup di dunia itu sebenarnya adalah sarana penebusan dosa?. Ingat bagaimana awal mula manusia diturunkan Sang Kuasa dari surga untuk menjalani kehidupannya di bumi?. Bermula dari dosa dan kesalahan yang dibuat Adam dan Hawa. Tuhan murka, dan memaksa mereka menjadi penduduk bumi. Hingga kini, turun temurun sampai kepada anak cucunya. Di bumi, Adam dan Hawa menjelajahi setiap jengkalnya dan tak pernah lepas dari kalimat tasbih dan permohonan ampun kepada Sang Maha Kuasa. Mereka bertaubat hingga pada akhirrya Tuhan pun mengampuni mereka. Sebagai bentuk balasan atas usaha penebusan dosa itu, Sang Maha Pencipta menjanjikan kehidupan surga kembali kepada manusia. Ya, janji itu tak cuma cuma, ada syaratnya. Syaratnya adalah : selama hidup di bumi, manusia harus selalu bertasbih dan memohon ampun kepada Sang Pencipta. Sudah ditentukan, dan begitulah seterusnya kehidupan manusia di dunia yang sementara ini. Jika manusia tak mampu melakukannnya, Sang Pencipta pun sudah memberikan balasannya : Hidup bersama iblis di neraka. Dan tak ada satupun yang tidak adil di dunia ini.

Siapa yang pernah berkata berlayar mengaruni lautan itu mudah?. Tidak mudah, tapi mungkin. Sulit tapi menantang. Semuanya akan mungkin dan tak sulit dengan usaha dan keikhlasan. Tuhan, Sang Pencipta, tidak sekejam itu. IA memberikan banyak sarana dan fasilitas kepada manusia yang diturunkanNya ke bumi. IA memberi hukuman memang, tapi tak pernah benar benar meninggalkan manusia seorang diri. Kasih sayangNYA kepada manusia tetap ada. IA tidak seperti orang tua yang mengusir anaknya keluar rumah dan tak memberi bekal atau fasilitas apapun. 

Syarat untuk mendapatkan hak hidup di surga (kembali) memang tak pernah mudah. Aku telah mengatakan kepadamu : "Perjalanan ini akan sulit". Namun, setelah kalimat itu, selalu ada kata tapi. "Tapi, selalu mungkin untuk berhasil". Aku tak pernah bilang kepadamu semua perjalanan yang akan kita mulai ini bakal menjadi perjalanan yang penuh dengan pemandangan indah. Tidak hanya kataku, si pandai bijaksana pun berkata hal yang sama. Hidupmu setelah ini tak akan pernah sama lagi. Akan banyak badai, angin puting beliung, bahkan air yang tenang tetap menghayutkan bukan?. Perjalanan hidup yang sesungguhnya dimulai dari sini. Dan perjalanan ini akan membawamu pada makna hidup yang sejati sesungguhnya. 

Nyatanya memang tak pernah mudah. Badai akan selalu ada menerpa layar layar kapal kita. Laut yang tenang tak akan menghasilkan pelaut yang tangguh. Semakin besar ombak dan badainya, semakin terlatih dan kuatlah si pelaut, ya kan?. Berlayarlah, buka lebar layar-layar itu, terjang semua badai di depan, tambal kapal yang bocor, teruslah berlayar hingga dosa-dosa kita tertebus sudah. Lalu hak hidup di surga itu akan diberikan kembali oleh Sang Pencipta kepada kita.

-Catatan Perjalanan Hidup-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu