Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 06 November 2016

Gak Masalah Apapun Jurusan Kamu

Masa depan itu gak ada yang tau. Hanya Tuhan yang tau gimana bakalnya masa depan kita. Bener banget deh kata kata ini. Kayak sebuah buku, orang gak akan bisa menebak lanjutan ceritanya sebelum ia membaca kata demi kata, lembar demi lembar isi buku itu. Kayak hidup ini pun begitu, kita baru akan tau cerita kehidupan selanjutnya saat kita menjalani hidup ini waktu demi waktu. 

Well, siapa yang bakal nyangka, aku kini bekerja di bidang Human Resources di sebuah perusahaan manufaktur?. Gak ada!. Aku pun juga, gak bakal mengira aku akan menggeluti dunia ke-HRD-an yang identik dengan mereka yang lulus dari jurusan Psikologi, Hukum, atau Manajemen. Hampir semua orang terkejud kalau tau aku bukan dari jurusan-jurusan itu. Pertanyaannya kok bisa?. Nah ini, aku pun gak terlalu paham bagaimana rencana Tuhan menggerakan ini semua. Bekerja di bidang yang tidak ada kaitannya dengan jurusan semasa kuliah memiliki banyak cerita tersendiri. Dari banyak cerita itu, kini aku sadar betul kalimat seseorang yang aku masih ingat sampai sekarang. Aku dengar kalimat ini ketika aku masih kuliah dulu. Intinya, jurusan tidak bisa menjadi tolak ukur akan menjadi apa kita kelak nantinya. Selama kita enjoy dan passionate di bidang yang kita sukai, meski tak sesuai dengan jurusan kita kuliah, go ahead, lanjutkan. Sehingga, selalu aku bilang jika jurusan apapun itu adalah bagus. 

Aku baru saja pindah perusahaan bulan Agustus lalu. Perusahaanku yang baru adalah perusahaan automotive, bikin mobil kerjasama antara US dengan China. Aku pengen nulis bagaimana beberapa perjalanan hidupku yang unik dan yang masih aku ingat dari seorang lulusan Sarjana Perikanan anak kampung, hingga sekarang bekerja di bidang HRD. 


Awal mulanya, aku memang suka dunia training. Mungkin inilah awalnya aku berkenalan dengan salah satu fungsi dari Human Resources, atau entah saat ini Human Capital, atau People Department, whatever itulah namanya. Sejak kuliah, hingga kemudian di Indonesia Mengajar, lalu di Bank BNI, duniaku banyak hubungannya dengan training. Hingga kemudian aku mulai mengenal aspek lain di dunia pengelolaan SDM di Haier. 

Dulu, pernah suatu ketika aku dipanggil interview di sebuah perusahaan swasta yang punya banyak bisnis di Indonesia, mulai dari percetakan, koran, toko buku, dan televisi. Perusahaan ini cukup terkenal, meski aku gak terlalu tau berapa jumlah kapitalnya. Aku melamar di posisi yang HRD banget, "Organization Development" dan "Learning Development". Waktu aku dateng untuk interview, ada satu orang lain yang juga diundang interview di jam yang sama denganku. Dia lulusan salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta, dan berasal dari jurusan "Pendidikan". Pas dan cocok bekerja di bidang Learning & Development. Sedangkan aku? Berbekal niat dan semangat bekerja di wilayah people development, aku tetap optimis kesempatannya sama besarnya dengan pemuda itu. 

Interview pun berlangsung, dia menanyaiku tentang pengalaman organisasi, riwayat pekerjaan, hingga hal-hal menyangkut teori OD, dan LD yang aku gak bisa menjawabnya. Interviewer yang saat itu masih terlihat sangat muda tertarik dengan IPK-ku. Ia bertanya "IPK kamu segini, kenapa kamu gak bekerja saja menjadi dosen atau kerja di kementrian Perikanan dan Kelautan?". Setelah itu, banyak orang yang heran dan aneh mengetahui IPK ku dan bertanya hal yang sama dengan si interviewer itu. Jawaban aku pun selalu sama. Hei, apa yang salah dengan IPK-ku?. IPK bagiku adalah indikator. Penanda seberapa serius dan seberapa keras usaha kamu untuk mencapai yang terbaik didalam perkuliahanmu. Ia juga bukan penentu masa depan profesi dan bidang pekerjaan seseorang nantinya. Aku pun gagal.  

Bekerja di bidang ini, bagi kebanyakan orang memang adalah milik beberapa jurusan tertentu. Dan pastinya bukan dari jurusan tempatku kuliah dulu. Ini bukan bidangku kata sebagian orang. Tapi embel embel titel tak diperlukan ketika niat dan semangatmu sudah cukup besar mengalahkan sekedar gelar. Sudah banyak contohnya, bukan. 

Kini niatku sudah sungguh sungguh, meski pernah aku dengar ada yang bilang "Sayang ilmunya. Sudah kuliah lama-lama, gak dipakek". Menurut aku, ini cara pikir yang sangat sempit. Karena sayang sekali kuliah lama-lama jika hanya berpikir kuliah itu sekedar belajar ilmu di jurusannya saja. Apakah ilmu lainnya yang tak dipelajari di bangku kuliah di hilangkan begitu saja?. Ilmu komunikasi, ilmu pergaulan, bahasa asing, kepercayaan diri bahkan, apakah itu ditulis di transkip ijazah kita?. Sama halnya, jika ada temanku yang bekerja di bidang lain seperti perbankan, finance, bahkan asuransi, apakah ilmu selama kuliah terbuang cuma-cuma?. Gak ada gunanya?. Aku gak akan ngomong begitu, bahkan kepada orang yang aku interview untuk posisi Manager Marketing dengan background pendidikan : Pertanian. 

Makanya tak pernah sedikitpun aku mempermasalahkan apapun jurusan kamu saat ini, sama halnya aku gak pernah mempermasalahkan kamu yang bergelut di dunia politik sedangkan kamu bukan jurusan Politik. Jurusan adalah jurusan, IPK adalah IPK, yang terpenting adalah seberapa baik kamu di bidang kamu saat ini, apapun jurusan kamu dan seberapapun IPK kamu. 


Go ahead!

-Catatan Perjalanan Hidup-

1 komentar:

  1. Lanjutin sekolah lagi berarti biar nambah ilmu ke-hrd-an nya pak...

    BalasHapus

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu