Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Jumat, 25 Januari 2019

The Pursuit of Happiness

Judul itu saya ambil dari sebuah film yang pernah saya tonton. Saya menontonnya bukan di Bioskop atau DVD, saya menyaksikan film itu melalui smartphone saya via aplikasi "HOOQ". 

Film itu memberi kesan cukup mendalam untuk saya. Seorang Will Smith yang tertatih tatih menjalani hidup, akhirnya ditinggal oleh istrinya karena ia tak sanggup hidup dalam keterbatasan. Will Smith tetap ngotot untuk mengasuh anaknya. Hidup yang berat ia jalani sehari-hari.  Ia mengalami kesulitan menjual barang dagangannya, hutang makin mencekik dan tagihan sewa rumah tak bisa ia bayar. Akhirnya ia diusir dari apartmen-nya, pindah ke motel diusir lagi, hingga ia pernah tidur di toilet stasiun bersama anaknya. Aku turut meneteskan air mata saat melihat ia dan anaknya tidur di-toilet. Adegan yang sangat menyayat hati. 

Untuk menekan pengeluaran, ia membawa anaknya berjualan barang kemana-mana. Saking gak punya uang, ia setiap malam mengantri untuk mencari gereja yang menawarkan tempat tidur dan makan kepada para gelandangan. Ya ia menjadi "homeless". Tak sanggup sewa rumah dan motel, ia tidur dari ruangan sempit ke ruangan sempit lainnya. Untuk mendapatkan ruang tidur sempit itu pun tak mudah, ia harus mengantri panjang dan bahkan berebut dengan yg lain. 

Saya agak lupa narasi persisnya, saat ia benar-benar dibawah dan merana itu Will Smith sempat bilang dalam hati "Pendiri negara Amerika bilang setiap warga negara berhak untuk mengejar kebahagiaan, mungkin karena itu kebahagiaan tidak pernah kita capai, karena kita hanya berhak mengejarnya saja, bukan menggapainya-memperolehnya". Tetes air mata pun tak sanggup saya bendung saat mendengar suara hati Will Smith ini.


Apakah mungkin benar bahwa manusia tidak pernah mencapai kebahagiaan yang sejati, karena pada dasarnya kebahagiaan itu untuk dikejar, bukan untuk diraih?.  

Untuk mengubah hidupnya, Will Smith tahu harus berbuat sesuatu yang berbeda. Akhirnya ia mendaftar sebagai seorang broker di sebuah firma Bursa Saham. Selama kalau tidak salah 6 bulan atau 1 tahun ia harus mengikuti internship tanpa dibayar. Ia jalani itu dengan penuh perjuangan. Ia diperlakukan sebagai seorang pesuruh, diminta bikinin kopi, parkirin mobil, dan dicemooh oleh pegawai perusahaan lainnya. Tapi saya simpulkan sikap dia terhadap tekanan dan perlakuan orang lain yg merendahkannya itu tetap positif. Ia tidak marah, ia tidak menolak, ia tidak nge-block, tapi tetap menerima dengan baik. Ia pun bekerja dengan giat, belajar dengan sungguh-sungguh, sampai-sampai menelfon dan membuat penawaran berkali-kali meski ditolak juga oleh orang lain. 

Hingga akhirnya saat masa evaluasi akhir, ia diterima sebagai pegawai firma tersebut dan agedan diakhir itu begitu menyentuh. 

Well, film ini mengajarkan pada kita bahwa hidup itu memang tidak mudah. So many things you have to succrife: your time, your money. Dan jika ingin sukses kita harus tetap positive, berusaha, gak boleh menyerah, dan tunjukan kepada orang lain bahwa kita ini dapat diandalkan. Yes, pada akhirnya yang menentukan keberhasilan seseorang adalah usahanya dan sikapnya terhadap tantangan hidup. 

You know, effort count twice. 

Hidup gak akan memberimu kebahagiaan dengan gratis, ia diraih dengan usaha. Justru usaha meraih kebahagiaan itu, dibandingkan saat kita berhasil meraih bahagia, jauh lebih banyak mengisi hidup kita dibanding saat momen kita bahagia. Intinya hidup itu dipenuhi dengan perjuangan. Jika misalnya hidup itu 10 jam, ya 9,5 jamnya dipenuhi dengan susah payah baru nanti 0,5 jam terakhir bahagia. 

Lalu, siklusnya berputar lagi. Begitulah hidup. 



-Catatan Perjalanan Hidup-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu