Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Selasa, 19 Mei 2020

Learning Curve

Ini adalah salah satu fase terberat dalam karir saya. Saya pernah ingat, saya pernah merasakan perasaan ini dalam karir saya dulu. Kini entah bagaimana, saya merasakannya lagi. Sulit untuk dijelaskan, tapi rasanya seperti mayat hidup. Semakin kamu merefleksikan karir, semakin tak karuan rasanya.

I don't feel belong. Saya tak merasakan tempat untuk berkarya dan memiliki seutuhnya pekerjaan saya, sehingga saya bisa menikmatinya.

Sekitar 4 tahun lalu, saya sempat merasakannya, saat dimana langkah kakimu ke tempat kerja itu terasa berat. Banyak hal yang memang saya masih lakukan waktu itu, saya berdaya, tapi tak benar-benar hidup. Saya tidak merasakan keterikatan dan dedikasi yang sesungguhnya ke lingkungan dan tempat kerja saya. Ya, saya tetap produktif, menghasilkan banyak hal, namun I dont feel belong there, the people, the leader, and the company.

Kini, saya justru merasa tak melakukan apa-apa. Tak berdaya dan tak berkarya semestinya. Ingin saya meningkatkan keahlian, pengalaman, dan pengetahuan namun justru selalu ada rasa was-was kalau kalau pekerjaan saya tak sama seperti yang atasan harapkan. Saya tidak merasakan adanya phychologist safety, akhirnya saya memilih untuk melakukan hal yang standard saja. Karena saya tak melihat ada autonomy untuk mengambil keputusan dan berkreasi. At the end, I dont feel safe and I dont feel belong & engage di lingkungan kerja saya.


Meski begitu, saya tetap profesional, saya masih melakukan pekerjaan saya sebaik mungkin yang saya bisa. Meski sejujurnya, I dont really enjoy it karena banyak hal yang menurut saya seharusnya tidak seperti itu. Lalu kadang, kepikiran, buat apa semua ini?. Apakah keahlian saya bertambah? Apakah pengetahuan dan ketrampilan saya bertambah? Apakah saya bisa belajar?.

Beradaptasi pada posisi dan atasan baru memang butuh waktu, sulit juga memang, tapi saya tidak menyangka akan selama ini. Apakah saya yang terlalu BAPER? bisa jadi, namun terkadang di role dan peran saya sekarang, autonomy itu harusnya lebih besar.

Well, terkadang saya berpikir, sudah bertambah apa kapasitas saya sekarang dibandingkan sebelumnya?. Disitu saya terkadang berpikir, yes ada, namun apakah besar penambahannya?, saya berpikir tidak. Saya butuh lebih.

Saya ingin menambah keahlian dan pengalaman saya. Apakah masa depan saya disini? Saya berpikir tidak, kondisi ini jika masih seperti ini, saya merasa ini akan bertahan lama. Value perusahaan, how the leader think, act, and treat others, sudah cukup mencerminkan bagaimana perusahaan ini 5 tahun kedepan. Budaya perusahaan kadang gak perlu ditulis besar-besar dan dihafalkan, karena yang lebih penting apa yg kamu rasakan, dengar, dan lihat langsung dari pimpinan bagaimana mengoperasikan perusahaan. Disitulah, saya makin melihat bagaimana budaya perusahaan yg sesungguhnya. Apakah sesuai dengan prinsip pribadimu dan yang kamu dambakan sebagai tempat kerja impianmu?. I dont think so.

Apa yang saya cari?. Apa yang sebenarnya saya cari?.

Adaptasi atau mati...
Lebih baik mati tapi hidup, atau lebih baik hidup tapi mati?
Entahlah...
Apa yang saya cari?

Air mata menetes dalam doa
Beri ia ketenangan jiwa
Beri ia kekuatan
Beri ia petunjuk dan segala kelancaran urusannya...
ENGKAU yang Maha pengasih

Apakah begini dunia yg sebenarnya?.Ia akan mebawamu kepada hal yang membuatmu bersemangat, disatu lain waktu ia membawamu jatuh dan merasakan hambarnya hidup.

I dont belong here, but where should I belong to?.

Saya harus tetap mencari kan. Tak boleh berputus asa, harus optimis.

Tak perlu orang lain tau bagaimana rasanya, yang orang lain perlu tahu adalah ketegaranmu menghadapinya. Tak mudah, tapi tak pernah ada kata menyerah.

Percaya diri, percaya pada kemampuan sendiri, terus belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Hingga suatu hari, tak ada lagi yang mengernyitkan dahi dan mencaci.

Yes, you CAN.

Tapi utk para PENGUSAHA, pernahkah kamu berpikir siapa orang yg membantumu untuk tetap berdiri seperti sekarang?. Mereka adalah para karyawanmu. Kamu gampang bilang ganti dia, pecat dia, hukum dia, tapi ketika ia berkontribusi kepadamu apakah kamu mengingatnya?. Kehidupan korporasi memang begitu, kejelekanmu akan jauh lebih diingat daripada kontribusimu. Ketika kau sakit, yang pertama ditanya adalah "mau berapa lama sakit", "siapa yang bisa gantiin posisisnya", "berapa pesangonya kalau kita pecat dia", ya itu yang terjadi. Gampang saja. Mudah saja. Ketika karyawan mati, siapa orang paling sedih?. Keluarganya. Apakah direkturnya peduli ? ya mungkin, tapi cuma beberapa jam saja. Apakah president direkturnya peduli? Tidak. Datang ke pemakaman dan menjamin hidup istri anaknya? Boro-boro. Tapi setiap hari, si karyawan memberi jam dan hidupnya utk perusahaan, tapi suatu ketika perusahaan akan mudah saja mengganti dan menendang si karyawan.

Disitulah, saya melihat bagaimana seseorang bisa dengan saya mudahnya dilupakan.

Di perusahaan yang benar-benar memanusiakan manusialah ingin aku berdiri dan bersumpah setia, bukan sekedar alat atau pelengkap. Melainkan peran setara bahwa tenaga dan pikirannya diberikan kepadamu, untuk perusahaan, sedangkan ketika kamu susah, kamu tinggalkan mereka begitu saja tanpa tranparansi data kenapa.



-Catatan Perjalanan Hidup-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu