Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Rabu, 17 November 2010

Pengorbanan adalah Kontribusi dan Keikhlasan

Pada hari ini, umat muslim diseluruh dunia serentak merayakan hari raya idhul adha. Pagi tadi, seluruh mushola, masjid, dan beberapa tanah lapang penuh diisi oleh umat muslim sebagai tempat menunaikan shalat ied berjamaah. Kalimat agung yang memuji kebesaran dan keesaan serta ungkapan syukur kepada Allah swt. dikumandangkan diseluruh dunia, melalui lantunan takbir. Seluruh tempat dengan khusyuk memuji nama Allah swt. Barisan hewan kurban terlihat berjajar rapi diluar masjid dan mushola, kambing dan sapi mendominasi, siap untuk disembelih dihari raya kurban ini, meski sepertinya tampak kegelisahan yang jelas dari bahasa tubuh mereka karena barangkali mereka sadar akan dikorbankan hari ini.
Menilik hari raya idhul adha, tidak lepas dari sejarah panjang nan heroik dari hari bersejarah itu, yang telah sering kali kita semua dengarkan dari berbagai sumber. Sejarah idhul adha, atau hari raya kurban, berasal dari kisah pengorbanan putra Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as, yang diperintahkan secara langsung oleh Allah swt kepada beliau melalui mimpi untuk menyembelih putranya. Padahal saat itu, Nabi Ismail as adalah putra yang diidam-idamkan kehadirannya oleh Nabi Ibrahim karena telah sekian lama beliau tidak juga dikarunia putra sedangkan umur Nabi Ibrahim dan istrinya sudah tua. Dapat dibayangkan betapa gembira dan sayangnya Nabi Ibrahim dan istrinya kepada Nabi Ismail, putra yang selama itu ditunggu-tunggu kehadirannya. Perintah yang sangat mengejutkan datang dari Allah swt. agar menyembelih putra kesayanganya itu, betapa sangat mengejutkan dan pastinya sangat sulit bagi Nabi Ibrahim untuk melakukannya. Ketika beliau menyampaikan hal itu kepada putranya, justru Nabi Ismail menyampaikan dengan gembira bahwa ia ikhlas untuk disembelih karena hal itu adalah perintah langsung dari Allah swt, Tuhan Pencinpta Alam Sang Pemilik Segala Kekuatan. Tentunya, tidak ada orang tua yang mau menyembelih anaknya sendiri, apalagi anak yang sangat disanyangi dan ditunggu kehadirannya selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, karena Nabi Ibrahim menyadari bahwa hal itu adalah perintah dari Allah swt, dan ia ingin menjadi hamba yang patuh dan bertakwa kepada Tuhannya, maka Nabi Ibrahim dengan kuat dan besar hati meminta anaknya untuk terlentang agar siap disembelih. Peristiwa luar biasa pun terjadi, jasad Nabi Ismail yang siap disembelih diganti dengan seekor domba. Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, lulus ujian keikhlasan dan ketakwaan. Hari tersebut, kemudian kita umat muslim peringati setiap tahunnya sebagai hari raya idhul adha pada tanggal 1 Dzulhijah.
Dari cerita singkat mengenai kronologis sejarah kisah Nabi Ibrahim diatas, tentu banyak memberikan hikmah dan pelajaran kepada kita dalam melihat makna kata pengorbanan. Dalam hal ini, saya ingin mengerucutkan makna tersebut kedalam kehidupan berorganisasi dikampus. Saya, terinspirasi juga oleh sebuah diskusi alot mengenai makna kontribusi dan pengorbanan saat saya mengikuti forum penentuan calon presiden/ketua sebuah organisasi besar di kampus saya, karena ternyata makna kata pengorbanan menjadi bahan perbincangan dan parameter penilaian yang, menurut saya, cukup sulit. 'Pengorbanan', berkorban', 'mengorbankan', dan 'korban', mempunyai makna atau arti kata yang berbeda sehingga dalam tulisan ini, mungkin saya akan menggunakannya secara bergantian sesuai konteks kalimat yang saya gunakan.
Seberapa besar seseorang telah berkorban-dalam konteks-mengamalkan tugasnya dalam fungsi organisasi sering menjadi pertanyaan besar karena hal tersebut sering kali menentukan seberapa besar kontribusi seseorang kepada organisasi dalam lingkup kerjanya. Makna pengorbanan didalam berorganisasi dan mengamalkan fungsinya, bagi saya, adalah memberikan sumber daya yang kita punyai untuk kemasyahalatan organisasi dan fungsinya dengan ikhlas tanpa pamrih sedikitpun. Dalam menjalankan fungsi sebagai mahasiswa dan penggerak organisasi, sejatinya kita telah mengorbankan banyak sekali sumber daya yang kita miliki untuk keberjalanan fungsi organisasi secara optimal, seperti waktu yang kita punyai, materi, pikiran, tenaga, dan fisik kita. Misalkan, dalam masa ujian akhir semester, kita dituntut harus belajar dan mendayagunakan serta mengoptimalkan waktu yang kita miliki untuk belajar, namun karena kita mempunyai tanggung jawab kepada organisasi dan umat, maka kita pun mengorbankan waktu belajar kita untuk menjalankan fungsi organisasi. Misalkan pula, saat kita ditunjuk untuk menjadi panitia kegiatan atau misalkan ketika kita menjalankan fungsi organisasi sehari-hari, tidak jarang kita sering mengorbankan uang atau barang yang kita miliki untuk organisasi karena kita ingin kegiatan dan fungsi organisasi berjalan dengan optimal. Sering pula, agar segala fungsi organisai dapat berjalan dengan baik, kita dengan tanpa sadar mengorbankan tenaga, fisik, dan pikiran kita, yang sebenarnya dapat kita gunakan untuk aktivitas yang lain, yang barangkali tidak kalah produktif dan bermanfaat dibandingkan pengamalan fungsi organisasi itu. Sebenarnya, didalam konteks organisasi mahasiswa yang tidak digaji dan diberi imbalan ini, semua anggota didalamnya sebenarnya sedang berkorban, meski pasti besarnya berbeda-beda, mengorbankan segala sumber daya yang dimiliki untuk keberjalanan fungsi organisasi secara optimal. Yaa, padahal mungkin dengan sumber daya yang ia miliki itu, ia dapat melakukan atau meraih sesuatu yang ia senangi.
Berbagai macam 'pengorbanan' yang telah kita lakukan itu, menurut saya, adalah makna dan arti yang serupa juga bagi makna dan arti 'kontribusi'. Seberapa besar sumber daya yang kita miliki untuk kita korbankan kepada organisasi dan fungsinya berkorelasi dengan seberapa besar kontribusi kita kepada organisasi dan fungsinya. Bisa dikatakan, semakin besar korban sumber daya yang dimiliki-- diberikan kepada organisasi, semakin besar pula kontribusi kepada organisasi dan fungsinya. Kontribusi adalah pengorbanan, memberikan sesuatu yang kita miliki untuk kepentingan orang lain, kepatuhan kepada perintah, dan bentuk tanggung jawab internal kita sebagai manusia yang memegang amanah. Jadi, seberapa besar kontribusi kita kepada organisasi, dapat dilihat dari seberapa besar sumber daya yang kita miliki yang kita korbankan untuk organisasi kita. Sekali lagi, pengorbanan tidak hanya dengan materi, melainkan adalah dengan sumber daya yang kita miliki: tenaga, pikiran, fisik, dan waktu. Barangkali, penilaian besarnya kontribusi dan pengorbanan adalah relatif dan subyektif, namun, setiap orang pasti akan sepakat jika keberadaan, kontribusi, dan pengorban dapat dirasakan oleh lingkungan sekitarnya. Tidak harus semua merasakan atau mengatakan besarnya kontribusi dan pengorbanan, namun setidaknya mayoritas menyepakatinya.
Kontribusi adalah pengorbanan, pengorbanan yang ikhlas hanya kepada Allah swt seperti kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as yang menginspirasi hari raya idhul adha, sehingga konsep kontribusi yang harus kita pahami adalah sebagai kontribusi yang ikhlas hanya kepada Allah swt. Kontribusi yang ikhlas, pada akhirnya, insyaALLAH akan diganti oleh Allah swt. dengan imbalan yang jauh lebih baik. Selain itu, yang perlu kita ingat dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as adalah ketaatan dan ketakwaan beliau kepada Allah swt, karena sejatinya hidup didunia adalah ibadah. Sehingga, pahamilah kontribusi dan pengorbanan sebagai bentuk ibadah kepada Allah swt.
Selamat berkorban, berkontribusi, beramal, dan beribadah dengan ikhlas, Amin.
By: Panca Dias Purnomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu