Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Senin, 29 November 2010

Tanda-Tanda Kehancuran Suatu Bangsa

Aktivitas ku hari ini mengingatkanku tentang materi yang dahulu pernah aku terima dari sebuah pelatihan yang aku ikuti oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga mengenai penumbuhan karakter pemuda Indonesia. Pemateri waktu itu adalah Bapak Imam Gunawan, alumni Undip juga, beliau menyampaikan materi--kalau tidak salah,hehe--mengenai strategi penumbuhan karakter pemuda Indonesia. Di awal slide materi, beliau memaparkan tentang ciri-ciri atau tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa. Tanda-tanda itu beliau sadur dari seorang peneliti asing, entah aku lupa namanya. Beliau mengajak kami, peserta, untuk melihat dan meneliti serta mencermati tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa yang ada di layar presentasi. Aku cermati satu demi satu tanda-tanda itu, kalau tidak salah ada 10 point disana. Setelah semua aku baca, aku semakin merinding, karena sepuluh point tasi aku rasa sudah ada bahkan mewabah di negara ku sendiri, Indonesia. Kemudian, beliau pun bertanya kepada kami, "menurut kalian, apakah tanda-tanda itu sudah terjadi di Indonesia?".Begitulah pertanyaan beliau kepada kami, tanpa daya sepertinya jawaban 'iya' harus keluar dari mulut kami, termasuk aku waktu itu, karena memang faktanya seperti itu yang terjadi di negara Indonesia ini.Kebanggaankah atau ironikah, atau hanya sebatas keprihatinan semata?Ngeri aku membaca point-point itu.

Belakangan ini, aku mencari sebuah artikel tentang karakter pemuda Indonesia, dan aku menemukan potongan artikel mengenai tanda atau ciri kemunduran dan kehancuran sebuah bangsa---mungkin juga peradaban, dan sepertinya sama seperti apa yang Bapak Imam Gunawan sampaikan dahulu. Keinginanku untuk menulis artikel dan memunculkan kesepuluh ciri-ciri tersebut diperkuat oleh penglihatanku sendiri tentang realita masyarakat Indonesia khususnya yang aku temui saat berada di bus pagi tadi selama perjalanan ke Semarang. Aku juga terinspirasi oleh obrolanku dengan adek kelas sore tadi di kampus.

Berikut adalah 10 TANDA KEMUNDURAN BANGSA menurut Thomas Lickona (kesepuluh ciri ini dapat Anda temukan dengan mudah di Google, hehe):

1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja.

2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk.

3. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan.

4. Meningkatnya perilaku yang merusak diri seperti narkoba, sex bebas dan alkohol.

5. Kaburnya pedoman moral baik dan buruk.

6. Penurunan etos kerja.

7. Rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru.

8. Rendahnya rasa tanggungjawab baik sebagai individu dan warganegara.

9. Ketidakjujuran yang telah membudaya.

10. Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Mungkin aku berani menggaransi, setiap kalian yang membaca kesepuluh tanda diatas, pasti harus terpaksa mengatakan setuju bahwa kesepuluh tanda tersebut telah, sudah, dan sedang terjadi di Indonesia. Bener gak?Meskipun dengan sangat berat hati dan miris tentunya, tapi begitulah realitanya, begitulah faktanya, lalu harus bagaimana lagi?benarkah Indonesia ini akan hancur?

Kenapa aku teringat kesepuluh tanda ini, karena di bus ekonomi Purwokerto-Semarang tadi, fenomena kejadian kesepuluh tanda ini sepertinya nyata-nyata terjadi. Itu baru potret dari kondisi di Bus/kendaraan umum, belum di kehidupan sosial masyarakat yang lain, sepertinya sisi kehidupan masyarakat kita yang lain dapat kita lihat dengan jelas terjadinya kesepuluh tanda kemunduran bangsa tadi menurut Thomas Lickona. Didalam bus ekonomi, pasti ada pemuda ngamen, menyanyi lagu lalu meminta upah dengan menodongkan tangan kesetiap penumpang. Bahkan, ada yang meminta sumbangan untuk pembangunan masjid, dan pasti ada pedangan asongan mondar mandir didalam bus, Apakah itu bukan pekerjaan yang malas?penurunan etos kerja (point 6). Orang-orang yang ada didalam bus, sepertinya mudah sekali mengatakan kata-kata kotor, mengumpat, atau minimal berbahasa dengan kacau (ciri di point 2). Ada kernet, atau penumpang yang saling srobot, sikut, dan bentak jika terjadi antrian panjang didalam bus, masing-masing saling ngotot menang sendiri (point 10). Tidak jarang pula, kita temui didalam bus ekonomi, bentuk-bentuk ketidakjujuran (banyak sekali contohnya). Rasa saling hormat-menghormati pun sepertinya musnah diantara para penumpang, rasa was-was dan saling curiga nampak terjadi diantara penumpang dilihat dari sikap dan wajah mereka. Tidak bersahabat sama sekali. Realita ini lah yang sering aku lihat, tidak hanya di bus, bahkan di kereta ekonomi juga seperti itu (maklum lah, mampunya naik yang level ekonomi, hehe). Miris dan sedih, serta ada perasaan teraduk-aduk yang susah untuk diterjemahkan setiap saat melihat kondisi dan realita seperti itu---makanya kadang males naik ekonomi, tapi lha piye meneh, duitnya cekak, hehe.

Setiap naik bus ekonomi, di pasar, di keramaian masyarakat, di manapun tempatnya yang memungkinkan adanya interaksi sosial yang luas, membuat aku terbayang-bayang akan kesepuluh tanda kehancuran bangsa yang dipaparkan oleh Bapak Imam Gunawan, dan bisa aku tulis lagi di note ini. Sepertinya, negara ini sedang mengalami proses kemunduran bahkan mulai terlihat tanda kehancurannya. Tapi, coba lihat kawan sekalian, dari sepuluh tanda tadi, hampir semuanya menyangkut masalah Sumber Daya Manusia, lebih khusus kalau boleh aku katakan, adalah tentang 'karakter, sikap, attitude, moral, dan sejenisnya', setuju gak?Dan, dilihat dari tandanya, kemunduran suatu bangsa sebenarnya disebabkan dari internal bangsa itu sendiri, bukan karena bangsa lain, bener gak?Kehancuran itu sejatinya dimulai dari dalam diri sendiri, dari sikap dan perilaku orang-orangnya sendiri.

Barangkali bukan lagi tujuan, visi, sistem, dan proses bangsa dan negara ini yang seharusnya kita pertanyakan, melainkan attitude kita sebagai warga negara dan manusia yang perlu kita pertanyakan, sehingga mengakibatkan negara kita menjadi negara yang masih tertinggal dibandingkan negara lainnya. Aku juga saat ini, sedang mencoba menyelesaikan membaca buku dengan judul "IMPERIUM III", dari buku itu aku semakin tahu, bahwa kemajuan sebuah bangsa dapat ditiru atau dicontoh dari bangsa lain, contohnya kemajuan Eropa banyak mengambil sumber dari peradaban Islam, Kemajuan Jepang terinspirasi oleh Teknologi Amerika, dan sekarang Cina tumbuh menjadi calon negara super power baru di dunia. Bangsa yang unggul dapat dicapai dengan mencontoh dan mengaplikasikan nilai-nilai yang luhur dan maju dari bangsa lain yang terlebih dahulu mencapai kejayaan.

Yaa, mungkin status bangsa Indonesia saat ini, berdasarkan sepuluh tanda tadi, masuk dalam katergori 'kritis', namun apakah selamanya kita (sebagai warga negara Indonesia) akan berdiam diri, membiarkan kehancuran negara kita benar-benar terjadi nantinya?Perubahan besar hanya diawali oleh beberapa orang saja, rumus ini aku dapat dari bukunya Malclom Gladwell dengan judul The Tipping Point, bahwa sebuah epidemi sosial besar terjadi hanya karena hal-hal yang sepele, kecil, dan dimulai dari segelintir orang saja. Oleh karena itu, Jadilah seseorang yang sedikit itu, yang mempunyai pengaruh besar, sehingga mampu menggerakan masa sosial untuk berubah menuju budaya bangsa yang maju dan besar. Orang yang sedikit itulah orang yang spesial.

Panca Dias P


Jumat, 19 November 2010

Menjelang Pemira

Jumat, 19 November 2010

Pagi yang cerah, tanpa awan diluar sana, langit membiru, matahari bersinar terik....Hemm...menyenangkan sekali hari ini.
Malam tadi, aku senang sekali, karena aku bisa berbincang-bincang lama dengan salah seorang temank lewat facebook, jujur sedikit mengurangi sakit dalam hati akibat peristiwa beberapa hari kemarin yang sangat mengganggu hidupku.....Dia salah satu teman yang aku kenal saat kompetisi mahasiswa berprestasi awal tahun 2010 ini. Menurutku dia anaknya cerdas, berakhlak baik (terlihat dari jilbabnya yang menutupi seluruh auratnya), dan tentunya cantik, hehe.....Dia tidak kuliah di fakultas yang sama dengan ku, sehingga kami jarang sekali bertemu, hanya sesekali saja saat momen-momen tertentu, itupun bisa dihitung pakek jari.....Aku merasa senang dapat lebih dekat dengannya meskipun baru-baru ini saja,...

Selain itu, tadi malam pun, aku banyak bercerita dan berdiskusi dengan teman-temanku yang lain mengenai pencalonan presiden BEM, dan kegiatan-kegiatan yang lainnnya....

Aku sedang kepikiran mengenai pemilihan raya yang tinggal sebentar lagi. Alhamdulilah, KPR sudah terbentuk, aku agak lega, namun timnya belum solid sama sekali. Selain itu, senat pun tidak juga mensosialisasikan undang-undang pemira, kriteria ketua BEM, senator, dan partai....yang jelas KPR butuhkan dalam bekerja nantinya....Yach, aku harap segera ada keputusan dari senat...

Menjelang pemira memang suasana politik antara mahasiswa di FPIK khususnya yang sering terjun dalam dunia politik kampus mulai terasa panas, tidak hanya antar mahasiswa, namun internal partai ku juga demikian. Ditambah lagi, partai ku belum jalan sama sekali, entah lah, karena apa, aku liat si karena ketuanya aja tu gak jalan-jalan, padahal suasana politiknya sudah seperti sekarang ini. Prediksiku si paling seperti tahun-tahun sebelumnya, serba mendadak, gak profesional, dan terkesan seadanya aja.....Budaya seperti ini memang harus segera dihilangkan, apalagi kalo udah saling tunggu menunggu, behhhh, paling gak suka aku....

Apapun itu, aku berharap semua berjalan lancar, dan dakwah kampus ini tetap berjaya seperti biasa.....

Kamis, 18 November 2010

Nostalgia Masa Muda:Nyate dan Curhat Colongan

Semalem, aku dan teman-teman satu kelas nyate daging kurban rame-rame di rumah salah satu teman di perumahan Unnes. Karena cuma anak kos, yang gak pernah ada riwayatnya dapet daging kurban dari mushola atau masjid, jadi pas dateng kerumah temanku, aku gak bawa perbekalan apa-apa. Melenggang aja tanpa dosa kerumah temanku, Yufa, setelah menunaikan shlat maghrib di masjid kampus, setelah mandi dan bersih-bersih tentunya, hehe. Perjalanan dari Masjid Kampus sampai ke rumah temanku, memakan waktu sekitar 15 menitan, dengan jalan yang berkelak-kelok, naik-turun, dan berlubang dimana-mana, hingga gak nyadar udah berapa lubang ya aku lindas gitu aja...Hingga kadang-kadang suara "draakkkk" kedengeran, sambil badan agak keanggap dikit dari motor....Emang ni jalan agak kurang diurus...

Akhirnya nyampek juga di rumah Yufa, meski aku benar-benar memasang semua indra dalam posisi stanby and ready, termasuk indra keenam dan firasatku, karena aku lupa-lupa inget jalan masuk ke rumahnya Yufa. Mengandalkan insting ternyata bener nyampek, gak nyasar sedikitpun, hehe...meski gelap menyelimuti jalanan...^^. Setibanya didepan rumah Yufa yang tidak asing lagi dimemoriku, karena spertinya sudah 3 kali ini aku maen kerumah teman ku yg satu ini, aku dibikin sedikit terkejut karena ternyata aku adalah orang kedua yang tiba paling awal diTKP, padahal dijarkom yang aku terima ngumpulnya jam 18.00. Aku liat jam tanganku, kalo gak salah jam 18.35, hemmm, molor setengah jam niiih, biasa lah anak-anak tu sukanya gitu, meski aku kadang-kadang ngaret si (hehe)....Didepan rumah Yufa sudah teronggok (emang mayat) sepeda motor, gak asing lagi tu punya Rico, temanku yang badannya kayak gajah itu (peace rico, ^^).Yufa dateng pakek motor, entah dari mana, dibelakangnya temanku satu lagi sama pacarnya, Niken dan Mantep..
Sedikit basi-basi, lalu terdengar lah suara adzan isya, kami pun para pria yang cuma bertiga (aku, rico, mantep) memutuskan shalat isya di mushola terdekat . Singkat cerita, teman-teman mulai berdatangan, pesta pun dimulai....mulai dari menyiapkan tempat bakar sate, manasin arang, ngiris daging, nusuk-nusukin daging, ngebuat bumbu, dan sate yang udah siap dibakar diatas bara arang yang menyala-nyala, yeeee.....Sambil dikipas-kipas, dibantu kipas angin elektronik, dibolak-balik, kalo udah keliatan coklat, dicobain deh, dah krasa mateng belum, kalo belum yaa dikabar lagi...Hehe, enaknya jadi pembakar sate, ya gitu, bisa nyobain kapanpun dan bagaimanapun, apalagi pas satenya masih panas, mak nyus tenan...........

Ditengah-tengah proses pembakaran sate, aku ijin break sebentar untuk rehat, melonggarkan otot-otot yang krasa kaku akibat terlalu lama duduk nungguin sate mateng....Sembari rehat, ternyata teman-temanku terutama yang cewek, ngajak ngbrol dan sharing, tepatnya diskusi mengenai perasaan mereka.Biasalah kalo cewek tu sukanya gitu, curhat critanya, mereka pengen menyampaikan dan bercerita sesuatu ke aku, yaa hal-hal yg berhubungan dg 'cinta' dan sejenisnya lah....(kapan ya aku bisa cerita ma sesorang ttg apa yg kurasakan, ttg cinta yg kurasakan, hemm, aku masih aja sering ndengerin teman-teman cerita ttg 'cinta' mereka)....Aku emang cukup sering jadi lahan cerita nya teman-temanku ttg 'cinta' dan 'perasaan' kepada lawan jenis, entahlah aku kurang tau apa alasannya, mungkin jawaban yg aku kasih terdengar bijaksana ditelinga mereka (cieeee, sok bijaksana, hehe).....entahlah.....But so far, aku enjoy aja lah mungkin ada kata-kata ku yg bermanfaat, lalu bisa jadi inspirasi beramal mereka, aku juga yg untung...hehe

Memang, kata seorang ustadz yang aku lupa, 'cinta' adalah hal yang tidak akan pernah selesai dibahas meski sampai kiamat sekalipun, karena meski kita tau cinta itu sering bikin sakit dan kecewa di hati, tapi kita tetep aja suka memainkan cinta. Cinta itu bikin hati berbunga-bunga, indah terasa didunia ini kalo sedang kasmawan oleh cinta, katanya, aku si gak tau, hehe (gayamu...panca..hehe^^)...

Aku si bilang ke mereka, teman-temanku, kayak gini, "aku tu juga gi belajar gimana memanaj cinta dan hati ku sendiri, tapiiii aku juga pernah kok ngrsain gimana sakit dan gak enaknya kalo tergores cinta, belakangan ini aku sedikit ngrasain itu, aku juga manusia biasa kok,". Lanjutku "aku juga gi belajar....". AKu ngomong lagi ma mereka: "sering kita tu tahu, kalo bermain dengan cinta dan perasaan, bisa aja ntar hati kita sakit karena nya, analoginya kayak gini, kita tau kalo maenan api tu bisa kena arangnya, kayak arang disana tu (sambil nunjuk arang bakaran sate), panas kan?bisa melepuh tangan kita, tapi sudah tau panas, dah tau bisa melepuh, tapi dengan sengaja kita masih aja maen-maenan api. Tangan kita melepuh, maenan lagi, begitu seterusnya. Ibaratnya cinta tu kayak gitu....yaaa emang berbeda-beda si orang yang menyikapi nya seperti apa...".Habis aku ngomong kayak gitu, teman-temanku banyak yg menimpali dan komen berdasarkan kisah nyata yg mereka alami sendiri, saling komen akhirnya terjadi....

Ya begtulah menurutku, cinta...cinta yang gak akan pernah habis dibahas sampai kapanpun, cinta yang selalu terasa indah jika dirasakan....cinta yang entah kenapa sering membuat orang jadi gila memikirkan si dia, meski semua tahu cinta itu ibarat api yang bisa membakar jika tidak berhati-hati.....Seperti yang belakangan ini aku rasakan, bahwa ketidakhati-hatian dalam menyikapi cinta, malah membuat sangat tersiksa, setiap hari kepikiran dia, kangen akan perhatian yang selalu ia berikan,...begitulah dan seterusnya......

Kadang, kita ingin sikap kita biasa saja, dan menolak sesuatu yg kita rasakan didalam hati, namun setelah ia tidak memberikan perhatian itu, kita baru tersadar bahwa ternyata mungkin kita mencintainya,...dan tersiksa karenanya,...oh Tuha, ampunilah aku....


Rabu, 17 November 2010

PEMILIHAN RAYA: EKSISTENSI DAKWAH KAMPUS DAN GERAKAN POLITIK MAHASISWA

Panca Dias Purnomo *)

Assalamualaikumwarohmatullahiwabaraokatuh,

Senang rasanya saya diberikan kesempatan menjadi orang pertama yang menuliskan sedikit ide pemikiran di buletin tarbiyah ikhwah kelautan dan perikanan ini. Berawal dari sms sang masul yang memberi wacana tentang pengisian buletin tarbiyah dengan tema pemilihan raya karena momen inilah yang sedang hangat dibahas dan dipersiapkan di lingkungan Universitas Diponegoro, tidak terkecuali Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Menurut informasi terbaru, PEMIRA akan diselenggarakan tanggal 14 Desember 2010. Sehingga, saya akhirnya memberanikan diri menulis artikel ini agar dapat memberikan sedikit pencerahan bagi kita semua.

Mahasiswa Harus Bergerak

Jika berbicara mengenai pergerakan mahasiswa dan peran serta kontribusinya terhadap dinamika pembangunan bangsa dan negara, maka kita harus melihat jejak panjang sejarah peran mahasiswa sejak jaman pra kemerdekaan. Budi utomo, yang diakui sebagai organisasi pemuda mahasiwa pertama, berkembang dibawah kepemimpinan mahasiswa pada tahun 1908. Organisasi Budi Utomo kemudian dianggap sebagai organisasi pertama yang membawa paham persatuan dan semangat anti kolonialisme. Peran mahasiswa pun sangat kental terasa pada lahirnya sumpah pemuda tahun 1928. Begitu juga, pada tahun 1945, 1966, 1972, berturut-turut proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, isu ideologi komunisme, dan MALARI (malapetaka lima belas januari), serta yang terbaru adalah tahun 1998 saat kekuatan mahasiswa mampu meruntuhkan rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Sehingga lahirlah era baru di negara Indonesia, yaitu ‘reformasi’. Untaian sejarah tadi setidaknya memberikan indikasi bahwa mahasiswa mempunyai posisi dan tanggung jawab yang lebih dibandingkan dengan elemen masyarakat lainnya. Hal tersebut membutuhkan kesadaran. Kesadaran akan peran strategis mahasiswa didalam masyarakat, kesadaran bahwa mahasiswa tidak hanya berkutat pada kuliah, laporan, dan tugas-tugas akademis, namun juga harus peka dan peduli terhadap kondisi sosial masyarakat yang ternyata jauh lebih rumit penyelesainnya dibandingkan teori di bangku kuliah.

Berkat sepak terjangnyalah, kemudian gelar prestisius diamanatkan kepada mahasiswa, antara lain agent of change, iron stock, kaum intelektual, social controler, dan gelar lainnya yang menuntut tanggung jawab dalam arti luas. Kampus pun pada akhirnya menjadi lahan pembelajaran sosial politik mahasiswa apapun disiplin ilmunya, karena pemahaman berkorelasi positif terhadap tindakan, sehingga pemahaman mengenai ilmu dan realita politik, sosial, kenegaraan, dan pemerintahan mutlak dimiliki oleh mahasiswa. Ilmu dan realita itulah yang dapat mahasiwa pelajari dari keikutsertaan secara aktif didalam bidang poltik kampus, organisasi mahasiswa, baik organisasi dan politik intra maupun ekstra kampus. Menjadi mahasiswa berarti harus mau dan siap menanggung konsekuensi dari tanggung jawab sebagai kaum pembaharu. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, mahasiswa harus bergerak, bergerak atau tergantikan, bergerak atau tidak berarti.

Pemilihan Raya:Pesta Demokrasi Kampus

Pemira (pemilihan raya) adalah ajang pemilihan calon ketua Himpunan Jurusan, ketua/presiden BEM dan anggota senat mahasiswa baik ditingkat fakultas maupun universitas yang berasal dari berbagai partai mahasiswa. PEMIRA merupakan pesta demokrasi terbesar tahunan yang akan menentukan pemimpin lembaga tertinggi kampus dan mahasiswa. HMJ, BEM, dan senat sebagai lembaga tertinggi kampus, sebagai pusat koordinasi bagi organisasi-organisasi dibawahnya, menjadi lahan perebutan kepentingan dan pengaruh yang cukup besar bagi berbagai basis ideologi gerakan mahasiswa. Lembaga tersebut juga merupakan representasi dari suara mahasiswa ditingkat bawah yang telah memberikan suara/dukungan kepada pihak yang mencalonkan diri sebagai pemimpin lembaga.

Fungsi dan kedudukan strategis HM, BEM, dan senat inilah yang sering sekali mengakibatkan benturan berbagai kepentingan dan pengaruh ideologi gerakan mahasiswa, yang mana ideologi gerakan tersebut adalah refleksi dari organisasi ekstra kampus yang notabene kader-kadernya berasal dari lingkungan internal kampus sendiri, seperti KAMMI, HMI, GMNI, PMII, dan lain sebagainya. Tarbiyah berbasis KAMMI sebagai penopang ideologi dan gerakannya, namun perlu diingat juga bahwa harus ada batas yang jelas antara lembaga ekstra dan intra kampus. Penulis sepakat bahwa, basis pergerakan tarbiyah atau BEM sekalipun adalah KAMMI, namun perlu diingat bahwa BEM tidak sama dengan KAMMI. Harus dibedakan antara keduanya, karena menurut penulis kecenderungan ini masih terasa kental di kampus FPIK, bahkan UNDIP, sehingga sering memunculkan pertanyaan mengenai independensi BEM sebagai gerakan mahasiswa intra kampus. Tidak dapat dihindari lagi, benturan ideologi pergerakan yang berbeda sering terjadi didalam kehidupan politik intra kampus.

PEMIRA adalah bagian kecil dari sistem demokrasi yang dibangun didalam intern kampus yang mirip dengan sistem demokrasi negara Indonesia saat ini. Jika diibaratkan BEM adalah pusat pemerintahan, senat adalah lembaga legislatif yang mengontrol lembaga eksekutif, dan HM adalah pemerintahan ditingkat daerah. Dan Partai mahasiswa, adalah kendaraan politik untuk mencapai pengaruh dan kepentingan sebagai pendukung kebijakan dan penguat gerakan pemerintah. Sistem seperti ini merupakan lahan pembelajaran kehidupan berdemokrasi yang sesungguhnya kelak, dan sejatinya mahasiswa yang terjun secara langsung dalam perpoltikan praktis dikampus, sejatinya sedang belajar mengasah kedewasaan dan kearifan dalam dunia demokrasi nyata Indonesia. Tidak ada tuntutan sedikitpun bahwa mahasiswa yang aktif dalam dunia politik kampus harus terjun didunia politik praktis kelak, karena semuanya adalah pilihan. Yang pasti, politik kampus dan sistemnya mengasah mahasiswa untuk menjadi peka, peduli, dan paham tentang realitas sosial kemasyarakatan dan pemerintahan sebagai bentuk amalan kodrat mahasiswa.

Menghilangkan Eksklusifitas Gerakan, Membumikan Gerakan Dakwah Kampus

Eksklusifitas (tertutup, hanya untuk kepentingan jamaah sendiri) barangkali sangat bersifat subyektif, artinya mungkin penilaian ini berasal dari pihak, jamaah, atau golongan yang berseberangan dengan identitas jamaah sendiri. Sedangkan dipihak jamaah sendiri sudah merasa merangkul semua pihak untuk ikut serta dalam gerakan perbaikan dan tanpa melihat sebelah mata pihak lainnya.

Munculnya stigma ekslusif muncul (berdasarkan pengamatan penulis) akibat wacana ketidakpuasan mahasiswa kepada sistem pemerintahan yang dipegang oleh faham tertentu (tarbiyah juga termasuk). Ketidakpuasan tersebut muncul disebabkan karena jeleknya sistem dan kinerja dari sumber daya manusia yang memegang sistem pemerintahan mahasiswa. Barangkali inilah yang menjadi koreksi bagi kita semua, bahwa kepemimpinan (ikhwah) tidak hanya sebatas untuk ikhwan dan akhwat saja, namun juga umat, seluruh komponen mahasiswa didalam sistem ini. Jika, wacana ketidakpuasaan itu selalu muncul, maka jangan heran ketidakpercayaan publik terhadap jamaah (tarbiyah) akan tergerus, dan akhirnya hilang, karena ketidak profesionalan kader dalam mengelola sistem ini. Oleh karena itu, sebagai kader tarbiyah, yang ditunjuk ditempatkan oleh jamaah dalam mengelola organisasi intra, entah kelompok studi, himpunan jurusan, BEM, atau pun senat, harus menjunjung tinggi profesionalisme tanpa melupakan akar gerakan dan ideologi sehingga kepemimpinan jamaah ini dalam sistem politik intra kampus dapat membumi, mengakar, menghujam masuk dalam setiap relung hati mahasiswa yang lainnya.

Menurut penulis, tarbiyah dapat dibumikan dan disebarkan melalui organisasi internal kampus (HMJ, BEM) melalui agen-agen yang berpengaruh dan berkarakter kuat, namun tetap menunjung tinggi independensi gerakan serta citra positif organisasi.

Selain itu, yang perlu dipahami oleh semua kader tarbiyah adalah bahwa amanah kontribusi dalam organisasi intra kampus adalah bagian dari bentuk amalan kita sebagai khalifah umat di muka bumi. Bukan, untuk mengejar kepentingan pribadi, atau bahkan popularitas. Amanah adalah dakwah, mensyiarkan Islam kesegala penjuru kampus, membentuk peradaban manusia yang madani. Kita semua adalah da’i dimanapun kita berada, oleh karena itu kita harus mampu menanamkan kebaikan dimanapun dan dengan siapapun kita berada.

Kesimpulan

PEMIRA adalah ajang penuh perang kepentingan dan pengaruh. Kita (sebagai jammah tarbiyah) harus memahami ini sebagai ladang dakwah dan ladang menanam kebaikan serta memetik amal sebagai bekal didunia dan akhirat. Kepemimpinan tarbiyah didalam sistem politik intra kampus harus diemban dengan menjunjung tinggi profesionalisme dan indenpendensi gerakan tanpa melupakan ideologi jamaah, agar dakwah ini dapat membumi masuk kedalam relung hati setiap mahasiswa, sehingga tujuan membentuk kampus yang madani dapat tercapai. Mari, sahabat sekalian, rapatkan barisan memenangkan PEMIRA, sebagai bagian dari langkah kecil meraih kejayaan Islam di muka bumi.

Wallohualambisowab,

Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarokatuh

Tentang Masa Depan

Menit berlalu menjadi jam, jam berlalu menjadi hari, hari bergulir menjadi minggu, tidak terasa sudah hampir satu tahun ya, dan waktu begitu terasa sangat cepat berganti hingga sepertinya lupa apa saja yang sudah aku lakukan.

Terkadang muncul emosi yang tidak menentu jika aku memikirkan tentang masa depan atau lebih tepatnya mungkin kelanjutan organisasi, kader, dan adek-adek potensial yang dimili fakultasku....Namun sebelumnya memori masa lalu itu ingin aku putar sejenak untuk mengingat heroisme dan nostalgia perjuangan masa muda....

Allah memberiku jalan untuk diterima di jurusan perikanan UNDIP, dan tidak pernah aku sesali sedikitpun, bahkan hari demi hari aku semakin banyak menemukan nikmat Allah yang begitu besar setelah aku berada di jurusan ini....Aku dikenalkan dengan sahabat karib, teman dekat waktu itu yang mampu membimbing dan saling menguatkan kepada kebaikan, apalagi setelah dikenalkan dengan dunia Islam, dakwah kampus yang begitu indah namun perlahan mengubah segala sisi hidupku ini....Imam, Rico, Angga, teman-teman seperjuangan, saling bahu-membahu berkontribusi untuk prodi, jurusan, dan fakultas dengan gaya masing-masing...Memang sudah jalan Allah swt, akhirnya kami pun diterjunkan di kesibukan yang berbeda-beda, hingga sekarang kebersamaan itu terasa hilang, hanya kenangan-kenangan kejenakaan yang masih bisa menemani...

Perlahan, aku semakin sadar bahwa keberadaanku di fakultas dan lingkungan dakwah ini, tidak lagi membuatku hanya sebatas sebagai mahasiswa dan pemegang amanah organisasi saja, namun lebih dari pada itu. Aku, ibarat, seorang kakak, bahkan ayah bagi seluruh kader organisasi yang aku pegang dan bagi seluruh kader dakwah kampus yang masih aku kelola. Amanah yang aku pegang tidak lagi hanya sekedar mengurusi tugas-tugas organisasi saja, atau hanya sebatas rutinitas fungsi organisasi saja, tapi aku (mensframe diriku sendiri) sebagai seorang pemimpin yang men setting, mengonsep kader, mendampingi, dan membimbing adek-adek di fakultas menjadi orang-orang hebat, setidaknya menjadi seperti yang aku harapkan,....

Hal tersebutlah yang selalu menjadi beban pikiranku saat aku sedang merenung sendiri, "apa makna keberadaanku selama ini dikampus". Aku merasa sangat bersalah kalau adek-adekku tidak menjadi seperti yang aku harapkan.Apalagi, aku pikir, aku tidak akan ada artinya jika adeku tidak menjadi siapa-siapa, aku bisa sendiri, aku paham sendiri, namun bagaimana kalau adek-adeku tidak?entahlah, kadang memang rasa kepedulianku terhadap adek-adek dan organisasi ini berlebihan, sehingga rasa khawatir sangat sering muncul....

Karena rasa khawatir itu, akhirnya aku beranikan diri untuk mengajak sharing dengan adek-adek kader terbaiku tentang kecemasanku terkait masa depan mereka, organisasi serta fakultas ini...Mungkin memang tidak banyak orang yang care dan peduli terhadap kelangsungan kader dan perjalanan dakwah atau organisasi yang ia pegang, tapi menurutku sejatinya keberadaanku tidak akan pernah ada maknanya jika aku tidak mampu menelurkan generasi yang melebihi atau bahkan jauuuh melampaui kebisaanku....Aku harap setelah aku sampaikan kepada adek-adeku tentang masa depan yang aku harapkan itu, aku berharap mereka menjadi semakin rajin belajar memperbaiki diri agar suatu saat jika waktunya tiba mereka telah siap bahkan sangat siap untuk menanggung estafet kememimpinan dakwah dan perbaikan ini...

Waktunya pasti akan datang,

Sahabat sekalian dimanapun kalian berada, aku hanya ingin mengatakan bahwa kita bermakna bukan hari ini, namun setelah kita mampu menghasilkan kader yang melebihi kebisaan kita esok hari. Tidak hanya sekarang yang kita pikirkan, namun juga nasib masa depan...siapkan lah adek-adek kita agar mampu menyongsong masa depan yang jauh lebih baik,

Wallohualam,

Panca Dias P

Pengorbanan adalah Kontribusi dan Keikhlasan

Pada hari ini, umat muslim diseluruh dunia serentak merayakan hari raya idhul adha. Pagi tadi, seluruh mushola, masjid, dan beberapa tanah lapang penuh diisi oleh umat muslim sebagai tempat menunaikan shalat ied berjamaah. Kalimat agung yang memuji kebesaran dan keesaan serta ungkapan syukur kepada Allah swt. dikumandangkan diseluruh dunia, melalui lantunan takbir. Seluruh tempat dengan khusyuk memuji nama Allah swt. Barisan hewan kurban terlihat berjajar rapi diluar masjid dan mushola, kambing dan sapi mendominasi, siap untuk disembelih dihari raya kurban ini, meski sepertinya tampak kegelisahan yang jelas dari bahasa tubuh mereka karena barangkali mereka sadar akan dikorbankan hari ini.
Menilik hari raya idhul adha, tidak lepas dari sejarah panjang nan heroik dari hari bersejarah itu, yang telah sering kali kita semua dengarkan dari berbagai sumber. Sejarah idhul adha, atau hari raya kurban, berasal dari kisah pengorbanan putra Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as, yang diperintahkan secara langsung oleh Allah swt kepada beliau melalui mimpi untuk menyembelih putranya. Padahal saat itu, Nabi Ismail as adalah putra yang diidam-idamkan kehadirannya oleh Nabi Ibrahim karena telah sekian lama beliau tidak juga dikarunia putra sedangkan umur Nabi Ibrahim dan istrinya sudah tua. Dapat dibayangkan betapa gembira dan sayangnya Nabi Ibrahim dan istrinya kepada Nabi Ismail, putra yang selama itu ditunggu-tunggu kehadirannya. Perintah yang sangat mengejutkan datang dari Allah swt. agar menyembelih putra kesayanganya itu, betapa sangat mengejutkan dan pastinya sangat sulit bagi Nabi Ibrahim untuk melakukannya. Ketika beliau menyampaikan hal itu kepada putranya, justru Nabi Ismail menyampaikan dengan gembira bahwa ia ikhlas untuk disembelih karena hal itu adalah perintah langsung dari Allah swt, Tuhan Pencinpta Alam Sang Pemilik Segala Kekuatan. Tentunya, tidak ada orang tua yang mau menyembelih anaknya sendiri, apalagi anak yang sangat disanyangi dan ditunggu kehadirannya selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, karena Nabi Ibrahim menyadari bahwa hal itu adalah perintah dari Allah swt, dan ia ingin menjadi hamba yang patuh dan bertakwa kepada Tuhannya, maka Nabi Ibrahim dengan kuat dan besar hati meminta anaknya untuk terlentang agar siap disembelih. Peristiwa luar biasa pun terjadi, jasad Nabi Ismail yang siap disembelih diganti dengan seekor domba. Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, lulus ujian keikhlasan dan ketakwaan. Hari tersebut, kemudian kita umat muslim peringati setiap tahunnya sebagai hari raya idhul adha pada tanggal 1 Dzulhijah.
Dari cerita singkat mengenai kronologis sejarah kisah Nabi Ibrahim diatas, tentu banyak memberikan hikmah dan pelajaran kepada kita dalam melihat makna kata pengorbanan. Dalam hal ini, saya ingin mengerucutkan makna tersebut kedalam kehidupan berorganisasi dikampus. Saya, terinspirasi juga oleh sebuah diskusi alot mengenai makna kontribusi dan pengorbanan saat saya mengikuti forum penentuan calon presiden/ketua sebuah organisasi besar di kampus saya, karena ternyata makna kata pengorbanan menjadi bahan perbincangan dan parameter penilaian yang, menurut saya, cukup sulit. 'Pengorbanan', berkorban', 'mengorbankan', dan 'korban', mempunyai makna atau arti kata yang berbeda sehingga dalam tulisan ini, mungkin saya akan menggunakannya secara bergantian sesuai konteks kalimat yang saya gunakan.
Seberapa besar seseorang telah berkorban-dalam konteks-mengamalkan tugasnya dalam fungsi organisasi sering menjadi pertanyaan besar karena hal tersebut sering kali menentukan seberapa besar kontribusi seseorang kepada organisasi dalam lingkup kerjanya. Makna pengorbanan didalam berorganisasi dan mengamalkan fungsinya, bagi saya, adalah memberikan sumber daya yang kita punyai untuk kemasyahalatan organisasi dan fungsinya dengan ikhlas tanpa pamrih sedikitpun. Dalam menjalankan fungsi sebagai mahasiswa dan penggerak organisasi, sejatinya kita telah mengorbankan banyak sekali sumber daya yang kita miliki untuk keberjalanan fungsi organisasi secara optimal, seperti waktu yang kita punyai, materi, pikiran, tenaga, dan fisik kita. Misalkan, dalam masa ujian akhir semester, kita dituntut harus belajar dan mendayagunakan serta mengoptimalkan waktu yang kita miliki untuk belajar, namun karena kita mempunyai tanggung jawab kepada organisasi dan umat, maka kita pun mengorbankan waktu belajar kita untuk menjalankan fungsi organisasi. Misalkan pula, saat kita ditunjuk untuk menjadi panitia kegiatan atau misalkan ketika kita menjalankan fungsi organisasi sehari-hari, tidak jarang kita sering mengorbankan uang atau barang yang kita miliki untuk organisasi karena kita ingin kegiatan dan fungsi organisasi berjalan dengan optimal. Sering pula, agar segala fungsi organisai dapat berjalan dengan baik, kita dengan tanpa sadar mengorbankan tenaga, fisik, dan pikiran kita, yang sebenarnya dapat kita gunakan untuk aktivitas yang lain, yang barangkali tidak kalah produktif dan bermanfaat dibandingkan pengamalan fungsi organisasi itu. Sebenarnya, didalam konteks organisasi mahasiswa yang tidak digaji dan diberi imbalan ini, semua anggota didalamnya sebenarnya sedang berkorban, meski pasti besarnya berbeda-beda, mengorbankan segala sumber daya yang dimiliki untuk keberjalanan fungsi organisasi secara optimal. Yaa, padahal mungkin dengan sumber daya yang ia miliki itu, ia dapat melakukan atau meraih sesuatu yang ia senangi.
Berbagai macam 'pengorbanan' yang telah kita lakukan itu, menurut saya, adalah makna dan arti yang serupa juga bagi makna dan arti 'kontribusi'. Seberapa besar sumber daya yang kita miliki untuk kita korbankan kepada organisasi dan fungsinya berkorelasi dengan seberapa besar kontribusi kita kepada organisasi dan fungsinya. Bisa dikatakan, semakin besar korban sumber daya yang dimiliki-- diberikan kepada organisasi, semakin besar pula kontribusi kepada organisasi dan fungsinya. Kontribusi adalah pengorbanan, memberikan sesuatu yang kita miliki untuk kepentingan orang lain, kepatuhan kepada perintah, dan bentuk tanggung jawab internal kita sebagai manusia yang memegang amanah. Jadi, seberapa besar kontribusi kita kepada organisasi, dapat dilihat dari seberapa besar sumber daya yang kita miliki yang kita korbankan untuk organisasi kita. Sekali lagi, pengorbanan tidak hanya dengan materi, melainkan adalah dengan sumber daya yang kita miliki: tenaga, pikiran, fisik, dan waktu. Barangkali, penilaian besarnya kontribusi dan pengorbanan adalah relatif dan subyektif, namun, setiap orang pasti akan sepakat jika keberadaan, kontribusi, dan pengorban dapat dirasakan oleh lingkungan sekitarnya. Tidak harus semua merasakan atau mengatakan besarnya kontribusi dan pengorbanan, namun setidaknya mayoritas menyepakatinya.
Kontribusi adalah pengorbanan, pengorbanan yang ikhlas hanya kepada Allah swt seperti kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as yang menginspirasi hari raya idhul adha, sehingga konsep kontribusi yang harus kita pahami adalah sebagai kontribusi yang ikhlas hanya kepada Allah swt. Kontribusi yang ikhlas, pada akhirnya, insyaALLAH akan diganti oleh Allah swt. dengan imbalan yang jauh lebih baik. Selain itu, yang perlu kita ingat dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as adalah ketaatan dan ketakwaan beliau kepada Allah swt, karena sejatinya hidup didunia adalah ibadah. Sehingga, pahamilah kontribusi dan pengorbanan sebagai bentuk ibadah kepada Allah swt.
Selamat berkorban, berkontribusi, beramal, dan beribadah dengan ikhlas, Amin.
By: Panca Dias Purnomo

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu