Oleh:
Panca Dias Purnomo[1]
Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam menentukan arah perbaikan bangsa ini. Sebagai manusia yang lebih tercerahkan (enlightenment people) dibandingkan kelompok masyarakat lainnya, mahasiswa seharusnya mempunyai kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi di sekelilingnya. Kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi sekelilingnya ini harus berdasarkan suatu pemahaman atau pengetahuan yang nantinya dapat mendasari mahasiswa dalam bergerak. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memperbaiki dan memperbarui kondisi masyarakat, bangsa, dan negara, haruslah mempunyai kapasitas diatas rata-rata mayoritas masyarakat kita. Mahasiswa harus mempunyai pemahaman keilmuaan yang holistik, artinya berpengatahuan luas. Namun tidak cukup sebatas berpengetahuan luas saja, melainkan harus mempunyai kemampuan (skill), visi, karakter, jauh lebih maju dibandingkan kebanyakan masyarakat pada saat ini. Karena itu, mahasiswa harus sadar akan tanggung jawab dan konsekuensi moralnya ini, sehingga kaum intelektual ini harus berlomba-lomba untuk berprestasi: mempunyai pencapaian diatas rata-rata kebanyakan manusia dengan kelebihan masing-masing. Tumbuhnya semangat maju dan berprestasi, berdasarkan fakta dan banyak pengalaman, bermula dari organisasi mahasiswa. Organisasi mahasiswa menjadi bagian vital dalam dunia akademik kampus yang membantu perguruan tinggi mencetak intelektual muda unggul.
Mengapa Mahasiswa?
"Pemuda dalam hal ini mahasiswa adalah sosok yang paling dinamis dan tidak dapat dipisahkan dari perjuangan bangsa. Pemuda selalu hadir untuk memberikan sumbangan yang bermakna bagi bangsa Indonesia. Ia selalu tampil untuk menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan menentang segala bentuk ketidakadilan pada zamannya”[2]. Petikan kalimat ini adalah bisa dikatakan sebagai dasar mahasiswa untuk menyadari betul bahwa, secara historis, mahasiswa selalu mempunyai peran besar dalam penentuan sekaligus perbaikan arah bangsa ini. Sadarlah mahasiswa! bahwa mahasiswa adalah garda depan perubahan bangsa menuju masa depan lebih baik.
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Selain itu, motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan atau keinginan dalam diri untuk mencapai kesuksesan yang setinggi mungkin sehingga tercapai kecakapan pribadi yang tinggi[3].
Semakin baik persepsi seseorang terhadap apa yang sedang ia kerjakan, maka kemungkinan akan semakin baik hasil pekerjaan yang ia lakukan. Belajar atau melakukan sesuatu yang didasarkan pada keterpaksaan akan mempengaruhi psikis seseorang sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal karena adanya perasaan ketergantungan dan ketidaknyamanan. Dorongan untuk beprestasi harus ditumbuhkan baik dari dalam diri maupun dari luar. Dorongan dari dalam diri antara lain adalah berupa kesadaran untuk meraih hasil yang tinggi. Dorongan dari luar misalnya antara lain adalah kondisi suasana kampus, peran senior, dan organisasi mahasiswa, serta dosen. Kesadaran dari dalam diri (faktor internal) merupakan faktor yang menentukan seseorang dalam mencapai sesuatu. Faktor ekternal juga mempengaruhi seseorang dalam mencapai sesuatu tapi hanya mempengaruhi bukan menentukan. Motivasi berprestasi sangat tergantung oleh usaha dan upaya seseorang itu sendiri.
Pentingnya Motivasi Beprestasi
Motivasi berprestasi merupakan faktor primer seseorang agar berhasil mencapai sesuatu. Hal ini didasarkan atas kesadaran pribadi yang akan menggerakan seseorang untuk melakukan tindakan. Mahasiswa dapat meraih prestasi tinggi jika ia mempunyai kesadaran tinggi yang dapat mendorong dirinya sendiri untuk meraih apa yang ia telah rencanakan. Kesadaran mencapai sesuatu dapat dicapai jika mahasiswa mampu memahami makna atau esensi keberadaannya di kampus dan kehidupan ini. Persepsi ini dapat dicapai mahasiswa dengan menyerap dan mengolah informasi dari lingkungannya (baca: kampus). Persepsi positif terhadap kampus dapat menumbuhkan semangat berkontribusi dan berprestasi. Mahasiswa yang mempunyai persepsi positif terhadap kampusnya mempunyai motivasi berprestasi dan berkontribusi yang jauh lebih besar. Persepsi positif terhadap almamater ditumbuhkan dengan penanaman nilai-nilai kebanggan dan kecintaan terhadap almamater sejak dini kepada mahasiswa, sehingga motivasi beprestasi dan berkontribusi kepada almamater akan terus tumbuh di hati, pikiran, dan tindakan mahasiswa. Motivasi beprestasi sekaligus berkontribusi mahasiswa kepada kampusnya mempunyai hubungan atau korelasi dengan persepsi positif mahasiswa terhadap almamaternya. Apapun kondisi dan realita kampus yang sesungguhnya serta apapun perkataan orang lain, penumbuhan kebanggaan dan kecintaan terhadap alamamater harus diarahkan kepada penumbuhan persepsi positif kepada setiap mahasiswa didalamnya. Motivasi berprestasi dan persepsi positif mahasiswa akan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar dan kontribusi membangun almamaternya. Apalabila mahasiswa mempunyai persepsi positif terhadap apapun yang ada dikampusnya, maka ia akan cenderung untuk berpikir, merasakan, menyerap, dan berperilaku positif dalam rangka membangun kejayaan almamater atau kampusnya.
Terbentuknya Motivasi Berprestasi
Penumbuhan semangat berprestasi sekaligus berkontribusi untuk kebanggaan dan kejayaan almamater bermula dari adanya persepsi positif dari setiap mahasiswa terhadap apapun yang berhubungan dengan almamaternya (fasilitas, lingkungan, senior, aktifitas akademik, dll). Persepsi positif dibentuk dari informasi (dosen, senior, pegawai, teman) dan lingkungan (kegiatan belajar mengajar, praktikum, organisasi mahasiswa, dll) yang mendukung penumbuhan persepsi positif tersebut. Informasi dan lingkungan yang ada di kampus, agar mendukung terbentuknya perpsepti positif, harus dikondisikan sedemikian rupa agar ber-iklim atau ber-atmosfer positif (juga). Hal ini dapat dikondisikan oleh para senior dan pengurus organisasi yang ada di kampus melalui berbagai aktivitas kegiatan yang mereka lakukan, terutama pada setiap acara dengan fungsi kaderisasi.
Penumbuhan semangat berprestasi sekaligus berkontribusi untuk kebanggaan dan kejayaan almamater bermula dari adanya persepsi positif dari setiap mahasiswa terhadap apapun yang berhubungan dengan almamaternya (fasilitas, lingkungan, senior, aktifitas akademik, dll). Persepsi positif dibentuk dari informasi (dosen, senior, pegawai, teman) dan lingkungan (kegiatan belajar mengajar, praktikum, organisasi mahasiswa, dll) yang mendukung penumbuhan persepsi positif tersebut. Informasi dan lingkungan yang ada di kampus, agar mendukung terbentuknya perpsepti positif, harus dikondisikan sedemikian rupa agar ber-iklim atau ber-atmosfer positif (juga). Hal ini dapat dikondisikan oleh para senior dan pengurus organisasi yang ada di kampus melalui berbagai aktivitas kegiatan yang mereka lakukan, terutama pada setiap acara dengan fungsi kaderisasi.
Persepsi positif tersebut misalnya meliputi ilmu dan wawasan apa yang akan didapat dari almamaternya, bagaimana prospek setelah lulus, keahlian dan ketrampilan apa yang bisa didapatkan. Dan hal positif lainnya yang dapat diperoleh setelah mahasiswa masuk dalam lingkungan kampus. Persepsi positif terhadap almamater sangat penting dalam menentukan seorang mahasiswa ingin berprestasi dan juga berkontribusi untuk almamaternya. Budaya dan amosfer ini lah yang dapat ditumbuhkan oleh organisasi mahasiswa kepada mahasiswanya agar persepsi positif dan kebanggaran almamater tumbuh dan bersemi dalam diri setiap mahasiswa, sehingga membantu mahasiswa untuk beprestasi sekaligus berkontribusi kepada almamater dan bangsa.
Kekuatan atau kompetensi dari suatu organisasi akan lebih ditentukan oleh intangible asset berupa sumber daya manusia yang berkemampuan serta organisasi pembelajar untuk dapat bersaing pada masa yang akan datang.
Apa yang Mempengaruhi Mahasiswa Berprestasi?
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal, yaitu inteligensi, kepribadian, lingkungan kampus, dan lingkungan rumah. Salah satu faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi optimal yaitu self-regulation (SR). Usaha individu untuk mencapai tujuan belajar dengan mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, emosi dan perilaku disebut self-regulated learning (SRL). SRL bukan merupakan kemampuan mental (inteligensi) atau keterampilan akademik seperti kecakapan membaca, tetapi suatu proses pengarahan diri yang melibatkan transformasi dari kemampuan mental menuju keterampilan akademik individu[4].
Seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa mahasiswa dapat berprestasi atau kah tidak akan ditentukan oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah yang berasal dari luar dirinya. Faktor internal, menurut banyak ahli merupakan penentu dari kesuksesan seorang mahasiswa mencapai prestasi optimal. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi pencapaian mahasiswa, namun hanya sebatas mempengaruhi tidak menentukan. Faktor internal yang dimaksud adalah contohnya motivasi, semangat, dorongan dari dalam diri untuk berprestasi. Kesadaran untuk berprestasi diatas rata-rata yang nantinya akan memunculkan motivasi, semangat, dan dorongan didalam dirinya. Motivasi tersebut hanya akan mencapai sasaran jika mahasiswa menemukan cara bagaimana mencapai targetnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang bagaimana mencapai target atau prestasi yang diinginkan harus dipunyai setiap mahasiswa. Pemahaman tentang diri sendiri, pemahaman tentang manajemen diri, manajemen waktu, dan penentuan prioritas dan juga life mapping sangat perlu dikuasai oleh setiap mahasiswa agar mereka tahu cara dan jalan mencapai prestasi yang mereka inginkan. Seperti juga yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya, bahwa kemampuan dalam mengatur dirinya (self-regulated), terutama bagi mahasiswa yang dianggap telah mandiri dan dewasa, merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung pencapaian target prestasi mereka.
Selain faktor internal, faktor eskternal berpengaruh terhadap motivasi mahasiswa untuk berprestasi, diantaranya adalah lingkungan, baik lingkungan kampus, lingkungan pergaulan, maupun keluarga. Lingkungan kampus, berupa amosfer akademik yang tinggi, iklim belajar dan beprestasi yang tinggi, yang dibangun oleh setiap elemen yang ada di kampus akan sangat menentukan seberapa besarkah motivasi beprestasi pada setiap individu mahasiswanya. Jika amosfer, iklim, dan budaya prestatif telah ada di lingkungan kampus, setiap mahasiswa yang baru masuk kedalam kampus tersebut, sudah dapat dipastikan mereka akan langsung termotivasi untuk juga berprestasi seperti mahasiswa kebanyakan dikampus tersebut. Pergaulan atau pertemanan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bertingakah laku, berpikir, dan berucap. Banyak orang mengatakan “jika kamu ingin menjadi dokter maka bergaulan dengan dokter, jika kamu ingin menjadi guru bergaullah dengan guru, dan jika kamu ingin menjadi orang sukses maka bergaullah dengan orang-orang sukses”. Dengan siapa kita bergaul, dengan siapa kita berteman, pasti akan mempengaruhi pola pikir dan tindak tanduk kita. Jika mahasiswa dapat berteman dengan mahasiswa lain yang mempunyai berorientasi prestasim, dapat dipastikan bahwa mahasiswa tersebut akan ikut terpengaruh, minimal ingin beprestasi seperti teman-temannya atau bahkan melebihi teman-temannya itu. Mahasiswa tersebut akan termotivasi melihat teman-temannya yang lain. Cara pandang, sikap, dan karakter prestatif dalam diri mahasiswa pun akan terbangun karena lingkungan pertemanan atau pergaulannya mendukung hal tersebut tercapai.
Prestasi Berawal dari Organisasi
Lingkungan pergaulan yang berorientasi prestasi tersebut, berdasarkan banyak pengalaman, lahir dari dunia organisasi mahasiswa. Mereka yang beprestasilah yang kebanyakan lahir dari rahim organisasi mahasiswa, apapun organisasinya. Berorganisasi artinya selain dapat menumbuhkan kemampuan soft-skill dan life-skill, tapi juga mengundang kesempatan untuk berpretasi. Fakta membutkitkan, mahasiswa yang banyak mendapatkan prestasi, seperti lomba karya tulis, penelitian, business plan, debat, prestasi dibidang kesenian dan budaya, olahraga, dan bahkan terpilih menjadi delegasi di acara internasional adalah mereka yang aktif di organisasi mahasiswa. Bahkan ajang pemilihan mahasiswa beprestasi yang setiap tahunnya diadakan adalah salah satunya ditentukan oleh keaktifannya di organisasi. Organisasi mahasiswa dapat menjadi sarana yang sangat efektif dalam membantu seorang mahasiswa menemukan kesadaran kemudian dorongan dan motivasi untuk berprestasi karena ia berada pada lingkungan pergaulan yang mendukung seorang mahasiswa mencapai prestasinya. Apapun bidang dan jenis prestasinya.
Mahasiswa yang aktif di organisasi mahasiswa umumnya akan lebih cepat mehami dirinya sendiri, menemukan jati diri dan prinsip hidupnya, sehingga mereka dapat mengatur diri dan waktu dengan baik untuk mencapai target-target mereka. Fakta telah membuktikan hal tersebut. Berorganisasi cenderung akan melahirkan pemahaman diri, jati diri, prinsip hidup, karakter, kepercayaan diri dan skill. Ada potongan kalimat dari seorang aktivis mahasiswa yang mengatakan bahwa: “Berorganisasi memunculkan teman. Berteman melahirkan pergaulan. Pergaulan membawa pada dinamika. Dan dinamika membawa kepada kematangan hidup sebagai seorang pembelajar”[5].
Maka, motivasi berprestasi lahir dari keaktifan kita berorganisasi. Berorganisasi membuka peluang untuk beprestasi.
Organisasi mahasiswa berperan besar dalam membangun budaya dan amosfer prestatif didalam kampus melalui kebijakan dan program kerja yang dilakukannya. Kebijakana dan program kerja yang dibuat oleh organisasi mahasiswa seyogyanya semuanya berorientasi prestatif. Selain itu, organisasi mahasiswa mempunyai peran dalam proses pendidikan dan kaderisasi mahasiswa, sehingga secara langsung sebenarnya organisasi mahasiswa mempunyai tanggung jawab dalam mendidik mahasiswa yang ada dikampusnya. Organisasi harus menjadi wadah pembelajaran sekaligus wada pendidikan, atau knowledge resource bagi setiap mahasiswa yang ada didalam organisasi tersebut maupun kepada mahasiswa lain secara luas. Organisasi maasiswa harus mengajarkan berbagai skill kepada mahasiswanya berdasarkan peran dan fungsi organisasi tersebut. Ada empat sendi pengembangan skill dan knowledge mahasiswa yaitu melalui organisasi mahasiswa, yaitu 1) akademik oleh HMJ (himpunan mahasiswa jurusan), 2) sosial politik oleh BEM dan SENAT/DPM, 3) minat bakat oleh UKM (unit kegiatan mahasiswa), dan 4) keagamaan/spiritual oleh lembaga mahasiswa berbasis agama. Keempat sendi aktivitas mahasiswa tersebut harus berjalan secara sinergis dan terintegrasi dalam satu kesatuan yang harmonis sehingga pengembangan softskill mahasiswa di perguruan tinggi dapat dicapai dengan sempurna atau COMPLETE.
Organisasi mahasiswa harus menjadi penanam nilai/value positif kepada mahasiswa melalui kegiatan dan aktifitas yang dilakukan. Organisasi mahasiswa adalah wadah yang sangat tepat untuk mendidik mahasiswa menjadi mahasiswa ideal yang sesungguhnya, dan sebagai tempat yang tepat untuk belajar tentang kehidupan dan memaknainya. Seperti yang sudah dijelaskan dimuka, organisasi mahasiswa harus bisa berperan dalam menumbuhkan persepsi positif mahasiswa kepada institusinya agar dorongan untuk berprestasi dan berkontribusi kepada almamater dan bangsa dapat tumbuh subur dikalangan mahasiswa. Organisasi mahaisiswa adalah bagian penting dalam menumbuhkan dan melestarikan budaya dan amosfer prestatif di kampus.
Mulailah dari Dalam Diri Sendiri
Mulailah menumbuhkan semangat bepretasi dari dalam diri. Karena semangat kuat untuk menggapai prestasi bermula dari dalam diri sendiri, dan itulah yang akan menentukan apakah kita akan mempunyai prestasi atau tidak. Diri sendirilah juga yang akan menggerakan kita menjadi mahasiswa yang biasa saja, seperti kebanyakan kita, ataukah akan melejit diatas rata-rata kita, menjadi mahasiswa yang punya prestasi. Prioritaskan memperbaiki diri sebelum memperbaiki sistem. Perbaikan diri adalah modal untuk memperbaiki sistem. Sistem yang baik dibuat dan dijalankan oleh individu yang baik. Semuanya berawal dari pembinaan diri. Perbaikan diri[6].
Kapasitas berbanding lurus dengan kontribusi. Ibarat sebuah gelas, semakin besar ukuran gelas akan semakin besar jumlah air yang bisa ia tampung dan berikan. Semakin besar dan banyak ilmu seseorang, semakin besar kontribusi dan kemanfaatannya bagi sesama.
Teruslah belajar dan berkontribusi untuk kejayaan almamater dan bangsa.
[1] Ketua BEM FPIK UNDIP 2010; Komisi Ahli Internal BEM KM UNDIP 2011, E-mail: panca.purnomo@gmail.com;
[2] Srihadi W.Zarkasyi. 2006. Mahasiswa dan Motivasi Berprestasi. Fakultas Ekonomi, Universitas Padjajaran
[3] Damar Adi Hartaji. Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orang Tua. Universitas Gunadarma
[4]Irma Yulinawati, Sri Hartati, dan Dian Ratna Sawitri. SELF-REGULATED LEARNING MAHASISWA FAST TRACK. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
[5] Yori Yuliandra. 2010. Study Oriented?Mengapa Tidak, http://yorijuly14.wordpress.com/
[6] PSDM. 2011. Manajemen Prioritas, http://rumahfahima.org/index.php?option=com_content&view=article&id=442:manajemen-prioritas&catid=69:artikel-manajemen&Itemid=158.
pancaaaa,,,, artikel yg bagus ^-^.. tapi ada yg mau ak komentari,,, di bagian kalimat ini,, :"Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal, yaitu inteligensi, kepribadian, lingkungan kampus, dan lingkungan rumah. Salah satu faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi optimal yaitu self-regulation (SR)."
BalasHapusmaksudnya??? hehe,, mungkin bs dcermati lg dlm penulisannya.. ^_^v
Nyasar kau wi ke blogku?hehe..Sorry dew, ada kata yg kurang disitu dew, yg bener begini "Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal, yaitu inteligensi, kepribadian, lingkungan kampus, dan lingkungan rumah. Selain beberapa faktor tersebut, faktor lain yang turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi optimal yaitu self-regulation (SR"
BalasHapus