Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Sabtu, 26 November 2011

KA Internal Lovely Note#5#Pemira adalah Bagian dari Kaderisasi Lembaga Mahasiswa (Demi Kemajuan Almamater dan Bangsa)

Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang tidak hanya sebatas organisasi pelaksana program kerja semata, melainkan tempat mencetak kader-kader pembaharu bangsa. Disanalah letak peran organisasi mahasiswa sesungguhnya sebagai tempat pencetak generasi kepemimpinan selanjutnya. Karena itu, tepat sekali jika organisasi mahasiswa disebut sebagai organisasi kaderisasi. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kaderisasi adalah proses penanaman nilai, karakter, dan pengetahuan kepada kader untuk mencetak kader yang lebih baik sekaligus demi perbaikan organisasi dimasa mendatang. Kaderisasi merupakan penurunan sekaligus penanaman nilai, skill dan pengetahuan. Sistem kaderisasi yang berjalan dengan baik dapat menopang fungsi organisasi secara kontinyu dan meningkat. Proses berjalannya sistem kaderisasi adalah ibarat siklus yang terus berputar tanpa henti dan terus berkembang. Ada yang mengganti dan tergantikan. Ada yang masuk, ada yang keluar siklus, dan melalui pentahapan atau jenjang yang sistematis. Kaderisasi dalam organisasi mahasiswa tidak akan pernah lepas dari regenerasi.
Regenerasi dalam tubuh organisasi mahasiswa terjadi melalui mekanisme yang berbeda-beda. Regenerasi pimpinan lembaga ekekutif dan legislatif mahasiswa, seperti kebanyakan kampus di Indonesia, adalah melalui mekanisme yang umumnya disebut sebagai pemiliharan raya atau pemira. Pemira adalah bagian dari kaderisasi kader maupun organisasi itu sendiri. Pemira menjadi bagian dari proses kaderisasi yang sangat vital, baik secara personal kader maupun kelembagaan, sehingga sejatinya, pemilihan raya tidak semata isu politik melainkan juga isu yang berkaitan dengan kaderisasi serta pengelolaan sumber daya manusia.  

Pemira diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden BEM (lembaga ekskutif) sekaligus dewan perwakilan mahasiswa yang akan menjadi representator mahasiswa dalam wadah lembaga legislatif. Mekanisme dalam sistem pemerintahan mahasiswa sangat mirip dengan mekanisme yang ada di republik ini maupun kebanyakan pemerintahan demokrasi lainnya di dunia. Karena itu, pemilihan raya sangat menarik untuk dikaji. Pemilihan raya merupakan sarana yang baik untuk belajar mengenal secara sitem kenegaraan Negara kita.

Menarik untuk disimak bahwa sistem pemerintahan organisasi mahasiswa dikelola layaknya sebuah Negara, dimana dalam pemilihan kepala Negara di laksanakan melalui mekanisme pemilihan langsung. Banyak intrik dan dinamika yang terjadi selama pemira berlangsung. Banyaknya intrik dan dinamika tersebut membuat persiapan dan pelaksanaan bahkan evaluasi pemira menjadi sangat penting diketahui semua mahasiswa. Saya tidak akan terlalu banyak menyoroti pemira dari kacamata politik dalam tulisan ini, melainkan saya akan banyak menyinggungnya dalam kacamata pengelolaan sumber daya manusia atau kaderisasi.

Saya teringat perkataan teman saya yang mengatakan bahwa lembaga mahasiswa masih belum menganggap pemira sebagai event besar dan penting, karena melihat kecenderungan lembaga mahasiswa yang masih mementingkan event lainnya seperti penerimaan mahasiswa baru, seminar, perlombaan, dan pelatihan. Padahal, menurut teman saya itu, pemira adalah pintu gerbang sekaligus sarana untuk menentukan pemimpin lembaga mahasiswa selanjutnya. Selain itu, pemira adalah pesta demokrasi terbesar di kampus, sebagai sarana belajar menjadi makluk sosial yang peduli terhadap kondisi sekitarnya. Saya sangat sependapat dengan teman saya itu, terlepas dari banyak pendapat, saya menilai penyelenggaraan pemira masih kurang optima setiap tahunnya. Jika pemira masih belum dianggap “penting” maka proses terpilihnya pemimpin organisasi mahasiswa pun terkesan apa adanya.

Ada penelitian yang sangat menarik tentang pemira yang ditulis oleh mahasiswa dari Universitas Negeri Malang yang menyatakan bahwa sekitar 70% mahasiswa tidak percaya dengan kepemimpinan ketua lembaga mahasiswa terpilih. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penghambat keikutsertaan mahasiswa dalam pemira. Rendahnya partisipasi mahasiswa dalam pemilihan raya sepertinya terjadi hampir disetiap universitas di Indonesia. Begitu pula yang terjadi di pemiluhan umum Negara kita bukan?Di Negara maju, dimana tingkat pendidikan, kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakatnya tinggi, kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya saat pemilihan umu pimpinan Negara dan wakil rakyat pun cukup tinggi. Setiap masyarakat sadar betul bahwa setiap hak pilihn yang mereka gunakan akan sangat menentukan nasib bangsa mereka.

Saya melihat pemira tidak sebatas hanya masalah belajar berpolitik, beretorika, mengerahkan massa, berstrategi, melainkan juga masalah pergantian kepengurusan dan kontinyuitas organisasi. Dilihat dari fungsi kaderisasi dan juga siklus regenerasi organisasi, pemira memegang peran yang sangat vital dalam menjaga kesehatan siklus tahunan organisasi. Terlepas dari banyaknya benturan kepentingan ideology mahasiswa atau kelompok mahasiswa dalam pemira, sejatinya ada tujuan yang lebih penting bahwa dengan pemira, organisasi mahasiswa dapat dipimpin oleh mahasiswa yang tepat. Ada hal yang jauh lebih besar yang harus diperhatikan oleh setiap elemen yang mengikuti pemira bahwa semuanya akan kembali pada kesehatan dan kontinyuitas organisasi dan pengurus sehingga akan bermuara pada pengembangan institusi almamater secara optimal.

Mahasiswa yang ikut serta dalam kancah politik intra kampus melalui pemilihan raya dan juga seluruh mahasiswa yang aktif di organisasi mahasiswa, sejatinya sedang belajar. Mereka pun tidak dibayar karena itu. Selain itu, dalam berorganisasi, apapun organisasinya, sejatinya kita sedang turut serta dalam membangun almamater dan bangsa. Karena itu, seyogyanya konsep berpikir kita adalah bagaimana membuat pemira ini menjadi bagian dari pembangunan sumber daya mahasiswa yang ada didalam almamater dan bangsa kita. Bukan semata-mata tujuan politik dan kelanggengan kekuasaan, melainkan ada peran yang lebih besar bahwa pemira merupakan cara untuk memilih pemimpin lembaga mahasiswa yang berkualitas sehingga dapat memimpin seluruh mahasiswa pada umumnya untuk memberikan kontribusi yang terbaik kepada almamater dan tanah air.

Konsep berpikirnya adalah dengan tujuan akhir almamater, tanah air, dan agama. Konflik, argumentasi, intrik, dan semua dinamika yang terjadi selama proses pemilihan ketua lembaga dan wakil mahasiswa tersebut harus mengedepankan semangat persatuan untuk membangun atmosfer kemahasiswaan yang lebih baik. Semuanya harus dilakukan dengan cara-cara kekeluargaan. Muaranya adalah kepada pembangunan almamater dan bangsa kita.

Mahasiswa yang mencalonkan diri menjadi pemimpin lembaga eksekutif maupun representator mahasiswa di lembaga legislatif pun harus menginsafi dengan betul bahwa tanggung jawab yang diemban nantinya tidak sebatas pada kelompok atau partainya, organisasi semata, melainkan adalah kepada seluruh almamaternya, minimal di tingkat dimana mereka memimpin.

Melalui pemilhan raya, setiap pemangku jabatan lembaga mahasiswa di tingkat eksekutif dan legislatif mempunyai tanggung jawab moral untuk mencetak pengganti mereka minimal yang sesuai dengan posisi masing-masing. Tidak ada artinya seorang pemimpin besar jika ia tidak bisa mencetak pemimpin besar yang lain. Ada tanggung jawab bagi setiap mereka yang ada di organisasi mahasiswa untuk memastikan adanya pengganti orang yang tepat di kepengurusan selanjutnya. Memang sebenarnya regenerasi lembaga eksekutif dan legislatif akan berjalan sendirinya melalui mekanisme pemira, namun demikian sebagai pengurus lembaga tersebut pada tahun sebelumnya maka seharusnya menjadi tanggung jawab moral pengurus organisais tersebut untuk memastikan bahwa organisasi akan dipimpin atau dikelola oleh orang-orang yang tepat. Hal ini tidak tertulis dalam dalam peraturan apapun didalam UU sistem pemerintahan mahasiswa, tapi hal ini adalah tanggung jawab moral seluruh pengurus organisasi mahasiswa yang akan lengser dan diganti dengan pengurus yang baru.

Seorang ketua lembaga mahasiswa harus bisa mengkader atau mempersiapkan orang yang tepat, secara kualitas dan kapabilitas, sebagai calon pengganti dirinya. Begitu juga dengan wakil ketua, kepala devisi, dan juga staff ahli devisi untuk mengkader orang yang tepat sebagai pengganti dirinya dalam kepengurusan selanjutnya. Memang proses ini akan berjalan sendiri, atau bahkan nantinya akan ditentukan oleh kebijakan dari pimpinan lembaga terpilih, tapi sebagai pengurus organisasi yang mempunyai ikatan emosional dan moral terhadap keberlanjutan organisasi, maka setiap pengurus organisasi harus merasa mempunyai tanggung jawab tersebut. Seperti yang saya katakana sebelumnya, bahwa organisasi mahasiswa adalah organisasi berbasis kekeluargaan, maka setiap pengurus harus mempunyai ikatan emosional dan tanggung jawab moral kepada sesame anggota dan juga kepada organisasinya.

Bisa dikatakan bahwa setiap personal; pengurus organisasi adalah pengkader atau orang yang menurunkan, mendidik, dan mengembangkan nilai, skill, dan knowledge pada bawahannya. Setiap pengurus harus mempersiapkan bawahannya agar siap mengganti posisi yang akan ditinggalkannya. Ini adalah tanggung jawab semua pengurus organisasi. Tanggung jawab tersebut mungkin bisa saya sandingkan dengan makna dakwah fardiyah (istilah aktifis dakwah kampus) yaitu ajakan kepada orang lain secara personal. Selain setiap pengurus organisasi adalah agen kaderisasi yang bertanggung jawab terhadap improvement dan kontinyuitas organisasi--setidaknya bidangnya masing-masing; organisasi secara keseluruhan pun harus mempunyai system yang mendukung terciptanya atmosfer kaderisasi yang baik, kontinyu, sistematis, dan progresif.

Semoga, pemilihan raya tidak semata dilihat sebagai sarana untuk belajar berpolitik, berargumen, beretorika, atau bahkan melanggengkan kekuasaan semata akan tetapi ada tujuan yang jauh lebih besar maknanya yaitu untuk pembangunan kualitas kemahasiswaan dan sistem student government yang ada dikampus. Karena pemira tidak sebatas hanya benturan kepentingan politik melainkan ada fungsi atau peran kaderisasi yang akan menentukan siapa yang akan memimpin organisasi mahasiswa demi keberjalanan, keberlanjutan, dan kesehatan organisasi mahasiswa dan pengembangan almamater dan tanah air. Pemira akan sangat menentukan dan berpengaruh terhadap kualitas pemimpin yang akan memimpin organisasi dan sistem pemerintahan mahasiswa, karena itu jika proses pemira dapat dilaksanakan dengan berkualitas maka keberlanjutan dan pengembangan pemerintahan mahasiswa sekaligus almamater dapat dicapai dengan baik. Saya rasa akan membutuhkan proses yang memakan waktu sampai bisa mencapainya, tapi jika tidak segera dimulai, sampai berapa lama kita akan melihat pemira hanya sebatas menjadi “adu retorika” semata? Sekali lagi, Pemira adalah bagian dari siklus regenerasi-kaderisasi yang sangat penting dalam menetukan nasib organisasi dan kadernya dimasa yang akan datang.

Saatnya melihat pemira sebagai aspek yang sangat penting dalam menopang kemajuan organisasi, pengembangan kader, dan almamater.

Melalui pemilhan raya, kita bisa bersatu dan berkontribusi untuk kemajuan almamater dan bangsa.

By: Panca Dias Purnomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Jangan Baper - Jangan baper kalau kerja. Hubungan antar manusia di tempat kerja, entah dengan rekan, bawahan atau atasan, gak selamanya baik-baik saja. Hubungan kerja, sa...
    4 tahun yang lalu