Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 01 Januari 2012

Kampusku Suatu Saat Nanti (part.1)

Ada perasaan gugup sekaligus senang ketika taksi yang aku naiki turun didepan  sebuah gedung tinggi beratap runcing. Aku pandangi bangunan megah itu dengan penuh ketakjuban. Arsitek gedung ini pasti sangat brilliant dan jenius, gumamku dalam hati. Aku termangu didalam taksi hingga akhirnya terjaga ketika sopir taksi menegurku “Sudah sampai Mas”. Cukup kaget aku karenanya.

Aku lirik argo-meter didepanku sesaat, lalu kukeluarkan dompet dari saku belakang celana jeansku dan aku serahkan uang 50 ribu, “Ambil saja kembaliannya pak”. Tangan sopir taksi yang akan mengambil uang kembalian disaku celananya sedikit tertahan, sambil tersenyum dia ucapkan terimakasih.

Aku buka pintu mobil dengan perlahan. Akhirnya, aku menginjakan kaki untuk kali pertama sejak 7 tahun lalu di kampusku ini. Kampus yang telah memberikan banyak arti dalam hidupku. Kampus penuh kenangan.

Aku keluarkan kamera SLR Canon 600D dari tas punggungku, dan mulai memandangi sekeliling. Keadannya sudah sangat jauh berbeda semenjak aku terakhir kali di kampus ini. Aku pandangi bangunan didepanku. Bangunan megah, tinggi, dan ramai dipadati mahasiswa itu masih sangat aku ingat. Masjid Kampus Universitas Diponegoro. Sekarang, ada kantin, pepohonan yang rindang, dan tenda-tenda kecil, serta sitting ground.

******
Dari luar pagar masjid aku lihat, banyak mahasiswa maupun mahasiswi yang sedang duduk melingkar didalam, diserambi, maupun dihalaman masjid serta ada beberapa yang duduk dibawah pepohonan. Mereka terlihat sangat serius mendengarkan salah seorang berbicara dan diantara mereka terlihat ada yang sembari mencatat. Nampak wajah-wajah ceria dan penuh semangat diantara mereka. Nuansa yang benar-benar ramai dan hidup, berbeda sekali dibandingkan ketika aku masih sering melakukan hal seperti itu di masjid ini dulu. Subhanallah, aku bergumam dalam hati.

Aku tersenyum ketika melihat salah seorang mahasiswa mengacungkan tangan, berbicara, lalu menunjuk salah satu teman disebelahnya sambil tertawa. Semua mahasiswa dilingkaran itu kemudian tertawa bersama. Ah, keakraban antar teman yang aku pun sangat merindukannya. Aku teringat potongan-potongan kenangan dulu ketika masih menjadi mahasiswa di kampus ini, termasuk canda tawa bersama teman-teman di masjid kampus ini. Oh ya lupa! Aku kan sedang pegang kamera. Kamera butut yang aku beli dari uang tabunganku setelah bekerja paruh waktu disebuah mini market selama satu tahun ini memang selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi. Aku pun mulai mencari sasaran tembak. Sekelompok mahasiswa yang sedang asik berdiskusi dibawah pohon rindang tidak jauh dari serambi masjid jadi target pertamaku.

Sambil terus mengarahkan moncong kameraku, tidak jauh dari sekelompok mahasiswa itu, aku lihat sepasang mahasiswi berjilbab sedang berjalan dari kantin didekat masjid. Mereka menenteng semacam buku kecil ditangan mereka dan sebuah tas bahu. Aku coba perbesar lensa kameraku kearah sepasang mahasiswi itu. Subhanallah, buku kecil ditangan mereka itu ternyata adalah mushaf Al-Quran. Segera aku atur lensa kameraku agar tidak kehilangan momen itu. Akhirnya sepasang mahasiswi itu menghilang dibalik tembok masjid. Aku tersenyum kemudian, entah perasaan apa ini namanya. Dari arah sepasang mahasiswi itu, tampak beberapa mahasiswi berjilbab mulai banyak berlalu lalang. Ada kajian kemuslimahan mungkin, pikirku.

Aku merasa ada yang aneh. Aku arahkan pandanganku ke semua sudut masjid, dan benar perasaanku, semua mahasiswi dimasjid ini berjilbab. Aku selidiki satu demi satu mahasiswi yang aku lihat dan memang benar. Aku tidak henti-hentinya mengucap tasbih didalam hati.

*****
Aku teringat dengan janji bertemu dengan seseorang, segera aku lihat jam tanganku, pukul 13.00. Setibanya dibandara tadi siang, aku sudah menyeting jam tanganku sesuai waktu Indonesia. “30 menit lagi” gumamku. Aku masih punya cukup banyak waktu untuk berjalan dan menikmati pemandangan kampus sambil mengambil beberapa foto. Aku mulai berjalan meninggalkan keramain, keceriaan, dan keakraban yang aku temui dimasjid kampus itu.

*****
Aku berjalan diatas pedestrian yang alasnya terbuat dari keramik berwarna coklat. Rapi, bersih, dan teratur. Di pinggir jalan, pepohonan rindang memayungi jalan. Sepanjang 100 meter, dipinggir pedestrian, terdapat tempat sampah. Ada banyak mahasiswa yang turut berjalan sepertiku. Mereka menenteng tas, buku tulis, dan buku textbook ditangan mereka. Satu kelibatan mata aku membaca buku yang dibawa salah satu mahasiswa berjudul “The Basic of Science and Engineering”. Emm, mahasiswa tingkat awal pasti, pikirku. Ada yang berjalan berpasangan, sendiri, maupun beramai-ramai. Sesekali terdengar canda dan tawa dari mahasiswa-mahasiswa itu. Perjalanan kakiku sampai gedung yang akan aku tuju nampaknya tidak akan sesepi dan membosankan seperti yang aku bayangkan. Aku punya banyak teman seperjalanan disini. 

bersambung............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu