Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Minggu, 01 Januari 2012

Kampusku Suatu Saat Nanti (part.4)

*****
Sebelum menuju pintu masuk, tidak lupa aku masukan terlebih dulu kamera kedalam tas punggung, dan memastikan bajuku sudah tertata rapi. Pintu masuk gedung bergeser otomatis seketika aku menginjakan kaki didepan pintu itu. Aku masuk kedalam gedung, dan tepat diseberang pintu meja resepsionis sudah menyambutku. Disana telah siap seorang perempuan yang menyambutku dengan senyum manisnya. Aku sedikit tertegun ketika aku perhatikan, ternyata wanita ini memakai jilbab. “Selamat siang mas, ada yang bisa saya bantu?”, sapanya dengan ramah. “Iya mbak, saya Panca, saya sudah ada janji dengan Bapak Dekan jam 13.30 dikantor beliau”, jawabku dengan wajah yang tidak kalah ramahnya. “Baik, sebentar ya mas, silakan mas Panca berkenan menunggu sebentar disebelah sana sementara saya memastikan bapak dikantor beliau”, sambil tangan kanannya menunjuk deretan kursi disebelah pintu masuk. “baik, terimakasih mbak”, jawabku.

Aku kemudian duduk. Sembari duduk, aku melihat resepsionis itu menekan tombol telfon dan mulai berbicara. Nampaknya sudah ada teknologi video call dikampus ini, batinku. Sambil menunggu dipanggil oleh resepsionis, mataku tidak henti memandangi sekeliling ruangan. Ada kalimat ucapan selamat datang “SELAMAT DATANG DI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN” tertempel didinding diatas ruangan recepsionis. Tulisan warna biru muda yang tersusun rapi itu cukup berkesan dimataku. Ada banyak foto-foto ikan, lautan, pesisir, dan aktifitas-aktifitas kemahasiswaan di lantai satu ini yang tertempel rapi di dinding. Ruangan-ruangan didalam gedung itu tertutup oleh kaca buram, dan ada papan putih bertulis nama masing-masing ruangan disetiap pintunya.
 

Tampak orang-orang berpakaian layaknya pegawai perusahaan bonafit lalu lalang diantara lorong ruangaan. Semua pegawai disini pasti banyak yang baru, dan pasti tidak cukup aku kenal, pikirku. Pemandangan yang sangat berbeda dibandingkan ketika aku sering duduk didalam gedung ini menanti suratku dicap dan diberi nomor oleh pegawai kantor. Ada sebuah komputer berdiri di salah satu sudut ruangan. Beberapa mahasiswa berdiri didepan komputer itu dan nampak sibuk. Tidak lagi terlihat mahasiswa duduk sembarangan dan berdiri didepan pintu salah satu kantor untuk minta tanda tangan, slip KHS, atau stempel surat seperti jamanku dulu. Apa mungkin semuanya sudah menggunakan komputer itu?mungkin saja semuanya sudah terkomputerisasi jadi sekarang tidak susah lagi untuk mengurus surat-surat atau keperluan apapun. Seperti kampus dimana aku memperoleh gelar Ph.D-ku yang semuanya serba mudah. Cukup lewat email dan layanan internet, urusan administrasi dikampus terselesaikan dengan cepat.

Aku kembali tersadar ketika resepsionis memanggil namaku “Mas Panca, Bapak Dekan sudah siap menanti di kantor, dilantai 3. Silakan mas Panca bisa langsung ke kantor beliau”. “Siap mbak, terimakasih mbak”, jawabku sambil berdiri, kemudian bergegas menuju lantai 3. Sepanjang anak tangga yang aku naiki, aku melihat pemandangan yang menakjubkan. Dinding-dinding sepanjang tangga dilukis seperti layaknya pemandangan dibawah laut. Berwarna-warni dan beraneka ragam bentuk makhluk bawah laut terlukis disana. Aku yakin lukisan-lukisan ini adalah karya manusia, bukan komputer atau pun mesin. Indah nian. Pemandangan ini membuat setiap orang yang melewati anak tangga ini seperti sedang menyelami dasar lautan.

*****
Sampai juga akhirnya aku didepan kantor Bapak Dekan.

Aku merapikan baju dan penampilanku sekali lagi dan memastikan tasku dalam kondisi yang baik. Aku merapikan gulunga lengan hemku, merapikan kerah, dan rambutku. Setelah siap, aku ketuk pintu tiga kali, dan terdengar suara menyahut dari dalam ruangan “Silakan Masuk”. Aku buka pintu perlahan, dan dengan senyum, aku sapa sosok bapak diujung ruangan itu yang sepertinya sedang sibuk dengan lembaran kertas dihadapannya. Dia membalas senyumku dan sambil perlahan berdiri dia berucap “Eiiii,…Dek Panca, gimana kabar?, Gimana penerbangannya? Lancar kan?”. Sambil berdiri, Dia mempersilakan untuk duduk. “Alhamdulilah baik pak. Alhamdulilah penerbangannya juga lancar, meskipun di Singapura ada delay, tapi cuma sebentar” jawabku dengan keramahan sebaik mungkin. Meskipun sebenarnya, badan terasa letih dan mata berkunang karena jetlag,  karena penerbangan yang cukup jauh dari Virginia sampai ke Semarang, tapi aku tetap berusaha sesehat mungkin. “Bagaimana kabar bapak?”balasku untuk mencairkan suasana kembali. “Yaa, begini ni dek, kerjaan jadi Dekan, kerjaannya duduk dikantor, tanda tangan, dan ni….baca tumpukan kertas-kertas”, jawab beliau sambil menunjukan kertas-kertas yang beliau pegang kepadaku. Dekanku yang satu ini, memang semenjak aku kuliah disini dulu, sangat terkenal dekat dengan mahasiswa dan siapapun. Ramah dan baik kepada semua orang. Jadi, aku tidak lagi heran ketika nada dan mimik beliau seperti itu. “Eh, gimana study kamu?” Tanya beliau kembali. “Alhamdulilah sudah selesai pak, makanya saya bisa mengusahakan bertemu bapak sekarang, hari ini. Paling hanya tinggal membantu menyelesaikan satu proyek dosen saya di sana”. “Bagus, bagus, berarti sudah siap mengabdi buat Indonesia dan kampusmu ini tho?” jawabnya dengan senyuman yang sedikit aneh. Aku pun sedikit tercekat ketika beliau tiba-tiba menanyakan pertanyaan itu. Meskipun sebenarnya aku bisa sedikit menerka maksud beliau ketika aku pertama kali membaca email dari beliau satu bulan yang lalu. Dengan wajah sedikit grogi, aku menjawab “InsyaALLAH pak, saya siap”.

bersambung.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu