Aku tak pernah bisa memotret taburan bintang, karena mungkin jaraknya terlalu jauh.
Hanya terangnya sinar bulan ini yang bisa aku abadikan.
|
Ada satu hal yang paling aku kagumi setiap kali malam datang. Dia lah sang
bintang-bintang yang bertabur bak emas di langit malam. Milyaran, mungkin, aku
tak pernah berusaha untuk menghitungnya. Karena aku tahu, itu mustahil. Yang
pasti, mereka, bintang-bintang terang itu banyak nian jumlahnya. Setiap malam,
tak pernah ia lupa menampakan dirinya yang indah bercahaya itu di atas kepalaku.
Aku selalu mengagumi mereka, iya, selalu kagum.
Seumur hidupku, aku baru tahu ada langit yang bertabur cahaya bintang
seindah ini. Aku belum pernah melihatnya dalam periode hidupku yang lalu. Saat
aku disini, aku merasa bintang di bagian langit ditempatku berada sekarang
bercahaya lebih terang. Tidak hanya cahayanya yang lebih terang, jumlahnya pun
aku rasa lebih banyak, dan formasinya lebih indah. Semuanya tentang bintang
ini, disini, begitu menawan. Padahal ditempatku dulu pun ada bintang-bintang,
namun aku tak terlalu suka memandanginya. Makanya aku heran, apakah iya bintang
disini lebih indah? atau hanya perasaanku saja?. Apakah mereka bintang-bintang
yang berbeda?.
Malam selalu sama disini. Gelap dan sunyi. Hanya terdengar sesekali deru
mesin genset dan sayup-sayup musik dangdut di kejauhan. Suara burung malam
terkadang terdengar melengking di sela-sela pepohonan dan rimbun hutan bakau. Suara
seranggga menambah syahdunya harmoni malam. Racikan komposer alam ini selalu
nyaman terdengar telinga. Membuat malam-malamku terasa seperti masa bertapa
seorang empu.
Empu yang duduk bersemedi di tengah hutan, sendirian, bertemankan gelap dan
sunyi. Selesai bertapa, para empu akan keluar hutan dengan ilmu jiwa
berlipat-lipat. Bertapa, bagi empu adalah masa menempa kesabaran dan
kebijaksanaan diri. Mereka mengasah mata batin. Aku pun berharap begitu, seperti
para empu jaman lalu, masaku disini dapat menempa kepekaan batin, kesabaran dan
kebijaksanaan diri.
Malam disini memang adalah saat yang paling tepat untuk merenung,
berkontemplasi. Aku selalu bisa menerawang jauh ke masa laluku. Masuk kedalam
labirin-labirin memori masa lalu yang sudah lewat. Pun dengan masa datang yang
aku impikan. Berimajinasi tentang apa yang akan aku lakukan satu tahun, dua,
hingga 10 tahun mendatang. Terkenang akan keluarga, teman-teman, dan
orang-orang terdekat. Aku menyelami pikiran-pikiranku sendiri, jauh hingga ke
dalam, hingga tanpa sadar terkadang air meleleh dari sudut-sutu mataku.
Keluar dari rumah, bintang gemintang nan bercahaya di langit sana akan jadi
temanku bercerita. Aku akan memandangi mereka, sembari terkadang terheran-heran
bagaimana bisa mereka tersusun seindah itu. Kuning bercahaya, terhambur bebas,
tanpa susunan baku, namun tetap sedap dipandang mata. Seperti butiran emas yang
ditebar begitu saja. Berkerlap-kerlip. Ada bintang yang nampak bercahaya lebih
terang dibandingkan yang lain. Mereka seperti menggerombol dalam satu kelompok,
dengan kerapatan yang berbeda-beda. Ada yang berdekatan, ada juga yang
berjauhan.
Aku tak pernah bosan menikmati malamku disini, salah satunya karena
kehadiran mereka. Tuhan, sebagai satu-satunya zat yang aku selalu kagumi
seketika aku memandangi bintang-bintang diangkasa, nampaknya tau betul
menempatkan bintang-bintang indah itu sebagai penghibur malamku. IA
menghadiahiku malam-malam yang indah bertabur gemerlap bintang disini.
Kata temanku, bintang-bitang diangkasa dapat membentuk suatu formasi
tertentu. Namanya adalah rasi bintang. Aku hanya sekejap lalu mendengarnya, tak
ada keinginan untuk mengetahuinya lebih jauh. Temanku itu kan belajar astronomi, wajar ia tahu banyak tentang rasi
bintang. Apa gunanya buat aku? pikirku dulu. Namun sekarang, aku merasa
keliru. Sedikit atau banyak ilmu astronomi
tentang rasi-rasi bintang rasa-rasanya akan sangat membantuku mengenal lebih
dekat siapa sebenarnya bintang-bintang gemerlap yang sering aku pandangi setiap
malam hari disini. Aku belum bisa mengetahui makna atau pun sesuatu yang dapat
aku gali dari milyaran bintang-bintang di angkasa. Bagiku, mereka hanya
bertebaran tanpa maksud. Mereka hanya sekedar benda tanpa nyawa. Aku tak
mengenali sedikitpun arti dibalik susunan menawan bintang-bintang itu.
Kemudian, ada sebuah software menarik
untuk membantu mengenali rasi-rasi bintang. Aku memperolehnya dari seorang
teman di jejaring sosial. Stellarium nama software-nya.
Aku pun meng-install program itu di
laptopku. Aku banyak belajar mengenali susunan rasi bintang dari sana. Bintang-bintang
ini ternyata mempunyai susunan yang unik dan istimewa. Setiap susunan dinamai
berbeda-beda. Kebanyakan nama rasi bintang ini diambil dari nama-nama legenda Yunani
kuno. Ah, bintang ini memangnya hanya
milik orang-orang Yunani?. Bukankah bintang bersinar disetiap jengkal kolong
langit bumi ini?. Harusnya setiap orang, setiap peradaban, punya hak untuk
menamai bintang-bintang sesuka mereka, bukan?.
Iya, bintang-bintang ini punya nama ternyata. Mereka dianggap bukan hanya
benda langit tanpa nyawa. Mereka dianggap mempunyai nyawa dan memberi tanda
akan sesuatu. Bahkan, bagi beberapa orang, kemunculan rasi bintang tertentu dijadikan
simbol diri dan keberuntungan.
Aku terpana memandangi uniknya rasi-rasi bintang lewat layar monitor-ku.
Mereka nampak nyata. Aku mencoba merekam baik-baik keunikan sekaligus nama
setiap rasi bintang. Agar aku nantinya dapat mencarinya dan mengenalinya ketika
aku menatap taburan bintang-bintang yang sebenarnya. Rasi-rasi bintang itu
diibaratkan seperti tokoh-tokoh dalam cerita legenda Yunani kuno. Susunan
bintang yang menyerupai kalajengking dinamai Scorpio. Orion, adalah rasi
bintang yang susunan bintangnya menyerupai tokoh pahlawan Yunani kuno, Orion
yang sedang menggenggam pedang ditangan kanan dan kepala singa ditangan kiri.
Rasi bintang yang bentuknya seperti timbangan—logo keadilan—dinamai Lybra. Ada
yang dinamai Pegasus, Perseus, Hercules, Draco, dan banyak lagi. Aku belum hafal.
Diantara nama-nama rasi bintang ini, namanya persis seperti nama ‘bintang’
manusia yang didasarkan pada bulan lahirnya.
Gemini, Aquarius, Leo, Pisces, dan seterusnya. Kalau tidak salah jumlahnya
ada 12. Namanya persis sama dengan nama ‘bintang’ yang dulu sering aku baca di
majalah atau koran yang memuat ramalan tentangnya. Aku lupa kapan pastinya aku
tidak lagi gemar membaca ramalan ‘bintang’. Mungkin 4 atau 5 tahun lalu. Sekarang,
aku tidak lagi mempercayai ralaman ‘bintang’. Hanya kalau ditanya “Kamu
bintangnya apa?”, aku akan tetap menjawab “Aquarius”.
Setelah sering memelototi stellarium di sela-sela waktu luangku disini, aku
berusaha menebak-nebak nama rasi bintang setiap kali aku memandang taburan
bintang-bitang diangkasa. Aku menjadi penasaran, adakah nama rasi bintang yang
bisa aku kenali?. Meskipun seringnya aku gagal, tapi aku tetap suka memandangi
mereka.
Aku bisa membayangkan betapa senangnya jika dapat mengenali nama rasi
bintang satu per satu. Kamu bisa mengajak teman atau mungkin anak muridmu duduk
disampingmu saat malam hari, lalu kamu bisa menunjuk salah satu rasi bintang
dan berkata “Hei lihat, itu namanya Orion!”. Lalu kami akan menerangkan banyak
hal tentang rasi bintang itu, mulai dari ciri khas formasi hingga cerita mistis
dibalik rasi bintangnya. Atau ketika sendiri, kamu bisa mengagumi uniknya
susunan bintang-bintang itu dalam hati sembari membisikkan nama rasi
bintangnya. Seperti tokoh utama film Jepang “Change” yang gemar sekali memandang
bintang dan dapat mengenalinya satu per satu. Aku memang tidak semaniak itu dalam
menyukai bintang atau pun astronomi (mungkin juga belum), tapi semenjak disini,
aku suka kepada mereka.
Meskipun, jujur saja, aku belum bisa mengidentifikasi dan mengenali dengan
baik nama-nama rasi bintang. Tapi, damai dan syahdu yang meresap dalam diri setiap
kali melihat mereka, rasanya sudah cukup bagiku. Bagaikan dua orang manusia
yang kian mengenal dengan seringnya mereka bertemu, seperti juga aku dan
bintang-bintang disini. Aku akan makin mengenali mereka seiring rutinnya aku
bersua dengannya, setiap malam disini sekarang.
Indah, damai, sejuk. Bintang-bintang di bawah langit tempatku hidup
sekarang seolah menyihirku untuk merasai suasana itu. Aku telah jatuh cinta
pada mereka dan tidak pernah bosan duduk dibawah kaki langit menatap angkasa
demi sensasi tak ternilai dari menatapi bintang-bintang itu. Duduk di dermaga
desa sambil memandangi angkasa, menikmati indahnya taburan bintang seraya
bersyukur kepada Tuhan atas hidup yang berkecukupan ini.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Desa Waya, 04 Mei 2013
pas banget buku yang kubaca sekarang, Ca.
BalasHapusjudulnya Kinanthi, buah karya Tasaro GK.
Tiap judul sub-bab bukunya bernama rasi bintang: "Virgo, Cancer, Leo, Lyra, Crux, Sagitta, Vulpeculla, Pavo, Aquarius, Columba, Cirnicus, Orion, Pegasus, Cepheus, Bootes, Vela, Ara, Perseus."
hyum, cerita novelnya sangat apik!
*mewakili perasaan bintang-bintang
Kalo sudah selesai boleh pinjam tuh, bagus gk ceritanya?
BalasHapusbelum khatam, Ca. Ntar kalo udah selesai, kupaketin kalo mau...
BalasHapus