Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Senin, 28 Maret 2011

Tiga Gaya Kepemimpinan

Secara harfiah kata leadership berarti adalah sifat, kapasitas dan kemampuan seseorang dalam memimpin. Arti dari kepemimpinan sendiri sangat luas dan bervariasi berdasarkan para ilmuwan yang menjelaskannya. Menurut Charteris-Black (2007), definisi dari kepemimpinan adalah “leadership is process whereby an individual influence a group of individuals to achieve a common goal”. Kepemimpinan adalah sifat dan nilai yang dimiliki oleh seorang leader. Teory kepemimpinan telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu dan sudah banyak berbagai referensi dalam bentuk beraneka macam mengenai topic ini yang dihasilkan dari berbagai penelitian. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau kelompok sangat penting karena fungsi kepemimpinanlah sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya melalui jalan dan cara yang benar. Memahami dengan baik mengenai konsep kepemimpinan sangat membantu seseorang dan organisasi bekerja lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan dan kondisi yang diinginkan. Pembagian konsep kepemimpinan dalam berbagai aspek telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan ahli. Pembagian style kepemimpinan yang paling dasar dan sekaligus mendasari perkembangan klasifikasi kepemimpinan sampai saat ini adalah berdasarkan hasil penelitian Lewin (1939). Beliau membagi style kepemimpinan menjadi 3 kategori utama yaitu autocratic leadership, democratic leadership, dan delegative leadership. Masing – masing kategorie ini mempunyai karakteristik dan ciri khas yang membedakan antara satu dengan yang lainnya.

Autocratic berasal dari bahasa yunani yang dapat diterjemahkan sebagai “one who rules by himself” (Wikipedia, 2009). Autocratic leadership adalah style kepemimpinan yang menuntut adanya kepatuhan penuh dari bawahannya tanpa meminta adanya pembangkangan atau keraguan. Style kepemimpinan seperti ini seringnya menentukan keputusan berdasarkan pemikiran sendiri dan jarang sekali mau menerima masukan orang lain. Autocratic leadership bersifat absolute dan mengontrol total bawahannya (Lewin, 1939). Pemimpin dengan gaya seperti ini umumnya menentukan kebijakan, prosedur, peraturan dan tujuan organisasi berdasarkan idenya sendiri. Keputusan yang diambilnya langsung dan final. Pemimpin dengan style autocratic leadership menganggap bahwa semua bawahannya tidak mempunyai kemampuan dan keahlian serta selalu membutuhkan pendampingan dan control agar memastikan bawahan selalu patuh kepada pimpinan. Autocratic leadership berkembang dan umumnya dilestarikan di beberapa organisasi yang mempunyai budaya rantai hierarki yang ketat, seperti militer, polisi, dan very bureaucratic organizations. Beberapa orang menganggap kepemimpinan seperti ini sangat efisien, namun sayangnya tipe ini sedikit atau tidak sama sekali menghasilkan inovasi, perubahan personal atau organisasi, maupun pertumbuhan dan pekembangan organisasi (MacGrefor, 2004). Style ini dianggap bukan sebagai metode terbaik, namun demikian pada kondisi tertentu dimana diperlukan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang sangat cepat, style ini sangat bermanfaat. Selain itu autocratic leadership sangat bermanfaat jika bawahan tidak mengerti dengan tugas – tugasnya sedangkan keputusan harus segera diambil. 

Pemimpin dengan style Democratic leadership sering disebut sebagai enlightened leader karena menghargai dan menganggap orang lain. Democratic leadership adalah style kepemimpinan yang melibatkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan organisasi. Pemimpin dengan style ini bertindak berdasarkan kepercayaan, integrity, kejujuran, equality, openness dan mutual respect. Democratic leadership menunjukan pengakuan dan perhatian kepada orang lain dengan mendengarkan dan memahami dengan empathetic. Mereka memotivasi bawahan agar terus mencapai kemampuan dan hasrat tertingginya. Democratic leadership mempunyai penekanan akan pentingnya kerjasama tim sementara dirinya memposisikan sebagai fasilitator untuk membangun sinergi antara individu didalam kelompok. Democratic leadership mengharapkan adanya feedback dari bawahan sehingga dia mengetahui kondisi dan kebutuhan organasisasi. Democratic leadership sangat memahami kesalahan dan lebih memilih reward dibandingkan dengan punishment (MacGrefor, 2004). Peniliti menemukan bahwa style Democratic leadership merupakan salah satu yang paling efektif dan mempunyai tingkat produkstivitas serta moral kelompok yang tinggi. Style kepemimpinan seperti ini mempunyai tingkat partisipasi anggota yang sangat tinggi dan tepat diterapkan pada kondisi dimana orang dialam kelompok tersebut mempunyai kapasitas tinggi dan keinginan saling member. Namun demikian, pada kondisi tertentu yang membutuhkan waktu penyelesaikan singkat, Democratic leadership dapat menyebabkan kegagalan komunikasi dan proyek (Lewin, 1939).

Delegative Leadership atau disebut juga Laissez-Faire. Laissez-Faire berasal dari bahasa prancis yang berhubungan dengan mercantilism dan dipakai dalam bidang ekonomi dan politik sebagai system ekonomi yang berfungsi dengan baik saat tidak intervensi pemerintah. Delegative Leadership adalah seseorang yang percaya akan kebebasan memilih kepada bawahannya. Membiarkan bawahannya sendiri sehingga mereka dapat melakukan apa yang mereka mau. Dasar dari style ini adalah twofold. First, dia sangat yakin bawahannya sangat paham dengan pekerjaannya. Second, dia mungkin berada dalam lingkungan politik, dimana dia tidak dapat melakukan apapun karena ketakutan tidak dipilh kembali oleh pendukungnya. Delegative Leadership dicirikan dengan jarangnya pemimpin memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor, 2004). Pemimpin dengan gaya seperti ini jarang mendapatkan informasi dan sumber daya karena tidak ada komunikasi partisipatif dan keterlibatan pemimpin dalam workforce. Berdasarkan penilitian para ahli, style kepemimpinan ini mempunyai tingkat produktivitas yang paling rendah. Delegative Leadership sangat tepat diaplikasikan pada organisasi yang diisikan orang dengan keahlian tinggi dan dan mampu bekerja sendiri. Delegative Leadership tidak cocok diterapkan pada kelompok organisasi yang kurang berpengalaman dalam menyelesaikan tugasnya (Lewin, 1939). 

Terdapat 3 style utama kepemimpinan yang menjadi dasar pembagian kategori kepemimpinan sampai sekarang ini, yaitu autocratic leadership, democratic leadership, dan delegative leadership. Setiap style kepemimpian mempunyai karakteristik yang berbeda – beda. Saat ini, di era modern dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi bergerak dan berkembang dengan cepat. Banyak sekali tantangan tentang hal itu, Pedler (2004) mengatakan Organisations are massively challenged by change and need more leadership”. Kepemimpinan akan semakin penting dari tahun ketahun. Pemimpin tidak hanya mempunyai satu style kepemimpinan, tetapi mempunyai berbagai karakteristik dalam memimpin. Setiap style kepemimpinan mempunyai jenis situasi yang berbeda, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dapat menggunakan style kepemimpinan yang berbeda tersebut berdasarkan kondisi yang dihadapi.

REFERENCE

1.Burns, J.M, Goethals, G.R., & Sorensen, G.J. (Eds). (2004). Encyclopedia of leadership (Vol. 2). California: Sage Publication Inc.
2. Charteris-Black, Jonathan. (2007). The communication of leadership. Oxon: Routledge.
3. Lewin, K., Liippit, R. and White, RK. (1939). Patterns of aggressive behavior in experimentally created social climates. Journal of Social Psychology, 10 , 271-301.
4. Pedler, Maks. (2004, February). Leadership skills mike pedler looks at the 'challenges approach' to leadership. Personnel Today, 34.
5. Wikipedia. (2009). Autocracy. Retrieved March 26, 2011, from http://en.wikipedia.org/wiki/Autocracy

Minggu, 27 Maret 2011

Newman Library

Sabtu, 26 Maret 2011

Kenwood Dr, 1105, VA, 05.55 pm

Perpustakaan NEWMAN

Gambar disamping adalah Perpustakaan Newman, perpustakaan pusat VT, dilihat dari belakang.

Bismillahirohmanirrohim, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, aku kembali tuliskan jejak – jejak dalam kisah perjalanan hidupku. Syukur atas segala nikmat yang telah Engkau berikan, nikmat yang tidak kuasa dihitung, meskipun gunung diseluruh dunia disatukan, takan pernah dapat menandingi berat nikmat yang telah Engkau turunkan. Maha Mulia Allah dengan Segala NikmatNya. Aku tundukan hati, kembali merenungi setiap alur perjalanan hidup dibumi, tiada yang luput dari nikmatMu, sampai detik ini. Subhanallah. Malu rasanya jika mengingat keburukan – keburukanku dulu. Terimakasih Ya ALLAH, meski terkadang dengan lancang, masih saja sering melupakanMU maupun hanya sekedar keluhan karena ketidaksesuaian dengan harapan, namun terus saja Engkau selalu berikan yang terbaik untukku.Tidak selalu yang aku inginkan, namun selalu yang aku butuhkan...yang aku impikan, selama itu baik dan untukMu, maka InsyaALLAH aku hanya akan menunggu waktu, Engkau pasti akan menjawabnya. Engkaulah Yang Maha Pengabul Doa. Amin.

Baru saja aku tiba dirumahku setelah siang hari ini mencari – cari buku referensi di perpustakaan Newman untuk tugas essay dikelas writingku. Alhamdulilah, aku mendapatkan dua buah buku yang semoga sesuai dengan topic yang ingin aku tulis, topic yang aku pilih berhubungan dengan leadership. Karena baru pertama kali meminjam dan mencari buku referensi di perustakaan Newman, aku membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk mencari dan menemukan buku yang aku inginkan. Perpustaakn Newam adalah perpustakaan utama Virginia Tech University. Perpustakaan ini sangat besar dan megah sekali, terletak di pinggir jalan akses utama kampus VT dengan bentuk gedung seperti gedung kebanyakan di VT yang dilapisi dengan batu Hokeys. Semua gedung kampus VT memang bagian luarnya dibuat dari batu hokeys, entahlah apa nama sebenarnya batu itu, yang pasti orang – orang di VT menyebutkan dengan nama itu. Gedung perpustakaan Newam terdiri dari beberapa lantai, aku belum paham sampai berapa lantai. Lantai 1 terdiri dari tempat untuk berdiskusi, tempat makan, café, dan beberapa rak buku dan movies. Lantai dua terdiri dari beberapa bangku dan pusat layanan informasi serta tempat peminjaman buku. Nuansa perustakaan ini memang sangat mewah, luar biasa. Setiap sudut ada beberapa deret komputer yang bisa dipakai oleh siapa saja gratis. Kursi dan meja tertata rapi, berguna untuk tempat diskusi, membaca, mengerjakan tugas, maupun browsing. Mewah. Rak – rak buku yang begitu banyak dan tinggi tertata sangat rapi, penomeran buku sangat rapi dan urut, memudahkan setiap orang untuk menemukan buku yang dicari.

Mencari buku di perpustakaan ini juga sangat mudah dan canggih. Aku tinggal memasukan keyword buku yang dicari, maka semuanya akan tertampil di layar komputer, mungkin semua buku dari berbagai belahan dunia ada disini. Aku menemui seseorang di pusat layanan infomasi menanyakan bagaimana caranya aku ingin mencari jurnal yang sudah aku tahu judul dan pengarangnya. Dia menjelaskan kepadaku dengan sangat ramah bagaimana caranya. Hingga aku tahu,perpustakaan ini sungguh canggih dan lengkap. Aku ingin mencari jurnal yang ditulis pada tahun 1939, sudah sangat tua bukan?namun daftar jurnal di tahun itu masih ada di perpustakaan, aku hanya tinggal memesan bahwa aku ingin meminjam, maka pihak perpustakaan akan mencarikannya untukku. Jurnal setua itu sudah di simpan dan tidak diletakan di rak buku seperti biasanya. Aku mencatat nomer – nomer buku yang ingin aku pinjam, kemudian aku mulai mencari. Disetiap judul buku yang ditemukan di layar komputer, tertera informasi dilantai berapa buku itu berada, dan ada beberapa buku yang tersedia dalam bentuk e-book. Selain buku, diperpustakaan ini aku dapat mengakses jurnal, newspaper, magazine, secara online. Jurnal terkemuka didunia yang biasanya harus bayar dan terbatas di kampusku, disini aku cukup hanya klik saja, referensi dalam bentuk online sudah bisa aku dapatkan. Ilmu pengetahuan mudah dicari disini.

Saat aku sedang mencari buku yang aku inginkan, berlalulah seorang bapak memakai jas rapi disampingku. Dia memandangku untuk sesaatnya, tidak lama kemudian dia membalikan badan dan bertanya “anything can I help u?”, aku bilang “iya, aku mau mencari buku ini, tapi belum ketemu”. Aku berikan dia secarik kertas yang berisi informasi letak buku, dia mulai mencari dan akhirnya dia menemukan buku yang aku inginkan. “this is your book”, dengan tersenyum dia serahkan buku itu kepadaku, aku pun menyampaikan terimakasih banyak sembari membalas senyumannya. Aku tidak tahu apakah dia petugas perpustakaan atau hanya sekedar pengunjung yang ingin meminjam buku, atau justru professor di VT. Petugas perpustaakn Newman yang aku temui untuk meminta bantuan sungguh sangat ramah dan baik sekali, termasuk bapak penjaga tempat peminjaman buku. Tidak seperti dikampusku sendiri seperti ya?hehe. Tempat peminjaman buku disini namanya “Circulation Store”. Jangka waktu peminjaman dua buku yang aku pinjam ternyata satu bulan, wooo, lama sekali. Sepertinya, tempat ini akan jadi tempat “nongkrong” favoritku kalau ada waktu bebas nantinya, ^^..

Setelah selesai dari perpustakaan aku berjalan menuju Student Squere Centre (SSC) yang terletak persis disebalah perpustakaan. Meskipun tidak jauh, aku harus keluar dari gedung dan berjalan beberapa ratus (mungkin) langkah hingga sampai kesana. Udara diluar ternyata sangat dingin. Aku berjalan dengan bergegas, kedua telapak tangan aku masukan kedalam jaket, dan syal aku pakai aku lilitkan ke leher serta kugunakan untuk menutupi mulut dan hidung. Suhu yang sangat dingin seperti ini memang sangat terasa tidak nyaman bagi mulut, hidung, dan wajahku. Aku sampai di SSC dan kemudian segera bergabung dengan teman-teman yang lain untuk berlatih memainkan angklung. Kami sepakat akan menampilkan kesenian alat music angklung saat stree fair pada tanggal 2 April nanti. Tinggal sebentar lagi, jadi kami harus sering latihan agar tampil maksimal.

Level 450

Aku ditempatkan dikelas 450, atau level 450, atau level 4, dengan level tertinggi adalah 6 (550). Setiap hari aku kuliah (sekolah) di Language and Culture Institute (LCI) mulai jam 08 am – 01 pm, kecuali di hari sabtu minggu. Kelas pertamaku adalah grammar, listening dan speaking. Kelas keduaku adalah reading dan writing. Kelas ketigaku adalah kelas English for Academic Purpose (EAP). Kelas grammarku diajar oleh Professor Neu, begitu beliau ingin dipanggil dikelas grammar. Perempuan tinggi, berambut pirang, dan berkacamata, yang aku lihat sepertinya sudah berumur di atas 45 tahun. Beliau sangat baik dan menyenangkan dalam mengajar. Profesorku dikelas writing dan reading bernama professor Cristman. Perempuan yang sudah berputri dua ini mempunyai gaya mengajar yang unik dan mengasikan. Beliau berperilaku seperti laki – laki, tomboy, ceplas – ceplos, suka iseng, dan kadang – kadang aneh. Namun, dengan gaya mengajarnya yang berbeda seperti itu, aku justru merasa sangat nyaman dan tertarik setiap kali ada dikelasnya. Dia orang yang sangat menarik. Dibalik sisi uniknya itu, professor Cristman sangat suka member homework yang sangat banyak kepada kami, setiap hari, bahkan weekend pasti ada tugas yang harus dikerjakan. Setiap hari aku harus menulis cerita dijurnal, menjawab pertanyaan di buku panduan, membaca novel, dan mengerjakan tugas – tugas lain yang beliau berikan. Meskipun beliau sangat banyam memberikan tugas, dan meski kadang aku tidak bisa mengerjakan, namun aku lebih merasa senang ada dikelas reading dan writing. Novel yang dia beri untuk dibaca mempunyai cerita yang sangat menarik bagiku, aku jadi makin semangat membaca novel. Hehe

Aku berada dikelas yang berbeda – beda dengan teman – teman dari Indonesia lainnya. Dikelas grammarku, ada 5 mahasiswa Indonesia, sedangkan yang lainnya ada yang dari arab Saudi, china, Uzbekistan, dari total mahasiswanya 18 orang. Dikelas readingku ada 5 orang mahasiswa Indonesia juga, namun dengan orang yang berbeda, dan mahasiswa dari Negara lain yang sama seperti di kelas grammar. Mayoritas mahasiswa internasional di LCI berasal dari timur tengah (arab Saudi) dan china. Kami berkomunikasi didalam kelas satu sama lain dengan menggunakan bahasa inggris sebisa kami, meskipun masih tebata – bata dan kadang tidak mengerti apa maksutnya. Kami memang masih belajar. Aku juga mencoba memahami penjelasan profesorku dalam bahasa inggris amerika yang ia ucapkan. Meskipun banyak tugas, aku mencoba menjalani momen menuntut ilmu ini dengan bahagia, tanpa rasa tertekan sedikitpun. Mayoritas teman – temanku adalah mahasiswa jurusan bahasa inggris, jadi saat menerima kuliah mengenai tenses, gerund, listening, dan materi – materi dasar penguasaan bahasa inggris, sepertinya bagi teman-temanku sudah biasa. Aku harus mencoba untuk seperti mereka, membiasakan diri dengan pelajaran bahasa inggris ^.^, meski banyak materi dasar bahasa inggris yang tidak aku pahami dengan baik…hehe. Semangat!!!. Nuansa kelas yang aku ikuti selalu Nampak aktif, kami selalu diminta untuk berdiskusi dalam menjawab pertanyaan, saling memberi argument tentang jawaban yang diberikan. Menyenangkan.

Jangan terlambat masuk kelas, karena sangat berbahaya. Peraturan mengenai waktu disini sangat ketat, jangan coba-coba meremehkannya. Oleh karenanya, setiap hari aku harus berlari – lari kecil untuk mengejar bus, keluar dari bus menuju kelasku di pagi hari karena takut terlambat. Maklum, bus yang aku naiki dari rumah jadwal keberangkatannya agak mepet dari jam 08 am.

Beberapa hari yang lalu aku sungguh merasa senang karena berhasil menelfon keluarga di rumah, memberikan kabar bahwa aku baik – baik saja. Teknologi Skype sangat membantuku meskipun aku harus mengeluarkan 10 dollar untuk membeli Skype creditnya. Tidak apa, sebanding dengan kegembiraanku..

Sampai jumpa dijejak kisah perjalan kehidupan selanjutnya….Mohon maaf jika ada yang berlebihan atau yang tidak berkenan dihati.

Salam,

Jumat, 25 Maret 2011

If I Have Wings

Well, aku pengen ngasih gambar ke kalian tentang bangunan di kampus Virginia Tech. Kampus yang sangat luas dengan dikelilingi oleh bangunan - bangunan indah nan bersih. Gambar ini adalah jembatan yang menghubungkan antara gedung perpustakaan satu dengan yang ada di seberang jalan lainnya. Nuansa kampus VT sangat nyaman untuk belajar, maklumlah salah satu kampus terbaik dunia. Di jembatan itu tertulis tulisan besar "Virginia Polytechnic And State University".

Kalian mau tahu homework apa saja yang diberikan professorku di kelas reading dan writingku. Ada banyak, salah satunya adalah essay writing. Setiap kami diberi buku yang disebut journal, kami diminta menulis tentang topik tertentu yang telah ditentukan oleh sang professor. Kalian pasti pengen tahu nama beliau, namanya professor Chrisman, professor perempuan yang sangat gaul dan kadang serampangan saat mengajar. Justru hal itulah yang membuat aku betah dan senang diajar oleh beliau. Beliau pengajar yang sangat baik dan santai, serta menyenangkan. Nah, ingin aku tunjukan salah satu karya hasil writingku dengan topik "what will you do if you have wings". Topik ini terinspirasi dari novel fiksi yang harus kami baca dengan judul "Maximum Ride", bercerita tentang mutant : gadis remaja bersayap dan saudara - saudaranya. Novel yang menarik dan sangat menegangkan.

IF I HAVE WINGS

Wings, for the creatures on earth, generally only available for birds or avians. The bird’s wings is located on the each side of bird’s chest and usually covered by fur. The bird’s wings is parts of the most essential birds body which enable them to fly. Humans who had wings, for long time ago, had been used to describe or show a particular power. As could be founded from historical evidence of human being. Angels, furies, or heroes often identified with wings on their back. What if in the real world, I have wings? It sounds interesting. If I have wings, I would fly wherever I like and help those who need like angels and heroes. But, in the same time, I would feel strange because I was different with others.

If I have wings to fly, I would fly wherever and whenever I liked. I would fly around the globe and see all the natural beauty of the earth. I love travelling so much, and I use my wings to visit one place to another place. I would see the earth’s beautiful scenery from above the clouds, and enjoy my journey. I would fly explore the earth from south to north pole and spin the globe by my self. I would be amazing. Can you imagine that?

Helping others is a very noble job. Helping people is not always give them money, but it can by powers. If I have wings, I would have the power, stronger than anyone else. I can move quickly from one place to another place. Therefore, I would help people to move fastly, help remove their goods to some place, help the victims of disaster, and solve their problem honestly. I would be low profile super hero. Although, not all I can do, but at least I help other with my powers and wings.

However, my appearance will definitely invite a lot of attention from people, because I am different with all of them. I am not sure, people would consider about my wings and do not stop talking about me. I will be a freak man for them.

Being the winged-man, I think, would be very nice and challenging, because I can fly wherever and whenever I like, and help people like super hero or angel. But, in the others hand, I certainly considered be a freak-man with the wings. Hopefully, with the goodness that I’ve been done, the community will accepted me well.

"Coretan ini belum dikoreksi oleh professorku, jadi cukup dibaca saja, tidak menerima komentar, hehe"

Salam

Panca DP

1105, Kenwood Dr, Blacksburg, VA

03/24/2011; 07.17 p.m

Rabu, 23 Maret 2011

Have Nice Weekends


Sabtu, 19 Maret 2011

Homework at the Weekends

Keenwood Dr 1105, Blacksburg, VA, 08.35 p.m.

Bismillahirohmanirohim…. Aku mulai menulis sepenggal kisah hidupku di negeri orang dengan menyebut nama ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan jalan kepada salah satu hamba Nya untuk melihat luasnya dunia. Allahurabbi.

Baiklah kawan, yang ingin aku ceritakan kali ini bukan lah sebuah rangkain cerita mengenai hari ku, melainkan cerita tentang rumah yang aku tinggali dan lingkungan di sekelilingnya.Baiklah, namun sebelumnya, ada hal menarik tentang kebudayaan di amerika yang perlu aku share ke teman-teman, yaitu tentang budaya weekends. Perlu kalian tahu, orang amerika sangat senang menyambut datangnya weekends, yaitu hari Jumat, karena itu artinya sudah tiba waktu untuk berlibur dan having fun. Sampai ada istilah yang terkenal di Amerika yang disingkat TGIF (Thanks God It Is Friday). Weekends, hari dimana mereka akan menghabiskan waktu untuk bersenang – senang meninggalkan semua rutinitas keseharian mereka. Semua orang amerika seperti itu, pekerja, dosen, mahasiswa, semua berperilaku sama. Aku tidak tahu kenapa mereka sangat senang sekali menyambut weekends, entah karena mereka pekerja holic, sangat senang bekerja sehingga membuat mereka sibuk dan hanya di akhir pekanlah mereka bisa relaks, entahlah, aku belum menanyakan akan hal itu. Bahkan, semua professorku pun setelah selesai kelas, tidak pernah ada yang lupa mengucapkan “have nice weekends”. Kebanyakan dari orang amerika akan mengisi weekends mereka dengan pergi berwisata bersama keluarga, pesta, mengunjungi keluarga, dan kegiatan fun laiinnya. Termasuk saudara amerikaku, Mason, dia pergi ke Florida berlibur bersama pacarnya.

Sebenarnya, weekends ini aku tidak mempunyai rencana khusus untuk pergi kesuatu tempat istimewa, hanya saja aku dan teman – teman Indonesiaku mempunyai janji dengan orang Indonesia yang tinggal di Blacksburg untuk berkumpul bersama dan sedikit berpesta makanan khas Indonesia. Kami akan berkumpul sabtu sore ini.

Sekedar informasi saja, weekends ku akan jadi akhir pekan penuh dengan homework, karena semua professor yang mengajar di kelasku memberikan homework yang sangat banyak, apalagi kelas reading dan wrtingku. Beliau bilang, selamat berakhir pekan bersama tugas – tugasnya, ohhhhh man. Tertawa getir aku mendengarnya. Jadi, aku tidak mempunyai terlalu banyak waktu bermain :-( karena masih banyak pekerjaan yang segera butuh penyelesaian. Kadang aku merasa kalau kuliahku di LCI hampir seperti saat aku belajar di sekolah menengah atau tingkat atas, karena setiap hari guruku memberikan tugas atau bahasa kerennya PR…hehe….tapi pekerjaan rumah dan nuansa kelasku sekarang jauh berbeda dengan yang dulu pernah aku alami semasa sekolah (ya e ya lah ^^). Jadi, this be my first weekends with full homework.^^.. pasti akan menyenangkan.....Let we see.

Aku tinggal di sebuah rumah kecil yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus Virginia Tech dan kampus Language and Culture Institute, tepatnya di jalan Kenwood Drive, 1105, Blacksburg. Aku tinggal bersama pasangan entah pacar atau suami istri (jangan heran, karena aku juga tidak tahu dan aku belum berani menanyakannya), yaitu Mason Conwell dan Leanna. Mereka tinggal dalam satu kamar yang sama. Mason sedang dalam proses menyelesaikan gelar masternya, sedangkan Leanna setahuku dia focus bekerja di sebuah perusahaan farmasi. Oke, akan aku sedikit ceritakan tentang rumah dan keluarga baruku disini. Rumah yang aku tinggali sangat kecil dan sederhana dibandingkan dengan rumah orang amerika kebanyakan. Ada 3 kamar didalam rumah ini, satu ruang tamu, dapur dan tempat makan, sedikit ruangan di belakan dapur, dan ruangan yang lumayan luas di bawah lantai (basemen). Namun, dibelakang rumah, ada lahan kosong tertutup rumput yang cukup luas. Lahan ini menurut Mason sering digunakan untuk tempat bermain bola, dan menjadi tempat bermain dia dengan anjing kesayangannya. Di lahan belakang juga ada semacam rumah kecil, aku belum tahu digunakan untuk apa. Rumah mungil yang aku tempati ini meski tidak mewah, namun untuk ukuran orang Indonesia lumayan wahh, karena semua peralatan rumahnya sangat cukup modern (aku belum pernah melihat yang seperti itu di Indonesia, apalagi rumahku, hehe). Kamar mandi model amerika, sangat jauh berbeda dengan kamar mandi di Indonesia. Lantainya menggunakan kayu. Kulkas besar berisi banyak sekali makanan. Kompor yang sangat canggih. Semua peralatan disini benar – benar canggih, keluaran terbaru abad 21. Meski rumah seoerti ini menurut orang amerika adalah rumah yang sangat sederhana dan biasa. Standar kemakmuran kita memang berbeda.

Aku tinggal di kamar tersendiri dengan Ansar. Kamarku cukup luas, ada satu tempat tidur, meja komputer, meja kecil tempat lampu, rak buku, beralaskan karpet, dan satu buah tray untuk tempat baju kotor. Kamar yang sangat nyaman. Aku harus berbagi kamar mandi (biasa orang amerika sebut dengan rest room) dengan temanku. Kamar mandi tepat berada di samping kamar kami. Disetiap ruangan ada alat pemanas dan pendingin ruangan otomatis. Jika cuaca sedang dingin, makan alat tersebut akan membuat seisi rumah menjadi hangat, begitu sebaliknya. Didalam rumah terasa lebih hangat dibandingkan dengan diluar rumah. Rumah yang aku tinggali ini bagian luarnya tidak dicat atau dilapisi dengan semen. Hanya batu bata saja, sederhana, namun tetap indah dipandang. Begitu juga kebanyakan rumah di daerah ini, hanya menggunakan tumpukan batu bata merah saja. Kalian bisa melihat foto rumahku…yups, begitulah kira – kira bentuknya.

Oya, aku belum menceritakan detail tentang anjing dirumahku, namanya Ivan. Ukuran tubuhnya sangat besar bagi ukuran anjing peliharaan. Pernah melihat anjing pelacak?nahh, ukurannya segitu. Bentuk Ivan seperti serigala, tipe anjing penjaga. Aku tidak tahu pasti dari jenis apa dia. Warn punggung dan bagian atas hitam, sedangkan bawah berwarna putih. Kata Mason dia baru berumur 1 tahunan, ya remaja katanya. Dia anjing jantang yang baik. Namun, karena aku tidak terbiasa dengan anjing, bahkan melihat atau didekati saja aku sudah takut, maka aku meminta kepadanya untuk menjauhkan dari kami. Dia sangat mengerti akan hal itu, dan semua perbedaan yang kami miliki dia selalu memahaminya dengan sangat baik. Setiap aku dirumah, Ivan pasti di letakan di luar rumah, atau dia jaga agar tidak mendekati kami dengan tali dileher Ivan. Aku agak sedikit risih sebenarnya. Yaa, satu satunya yang membuat aku agak sungkan berada dirumah adalah karena Ivan. Aku tahu dia Cuma ingin mendekat dan menyapa, berkenalan, tapi gak tahu, aku benar-benar takut. Setiap kali dia mau mendekat, aku langsung menyingkir. Jadi kalau si Ivan sedang dilepas, aku lebih baik didalam kamar saja. Amannn..

Disekeliling rumahku berderet rumah – rumah dengan tipe dan mode yang sama. Banyak sekali rumah, namun tetap tertata rapi dan bersih. Disetiap depan rumah, seperti di film buatan amerika, terparkir mobil berbagai warna dan jenis. Semua keluarga di Blacksburg pasti mempunyai mobil. Mobil bagaikan kacang goreng disini. Ada jalan besar, mulus, dan rapi didepan rumahku. Banyak sekali perempatan dan persimpangan jalan didaerah rumahku, semacam perumahan begitulah. Meskipun banyak rumah dan jalan, namun taman yang dipenuhi pohon – pohon besar masih sangat banyak aku jumpai disini. Bahkan disetiap rumah baik didepan maupun disamping ditumbuhi pohon – pohon besar. Suasananya jadi terasa sangat asri. Karena sekarang masih akan memasuki musim spring, maka setiap pohon yang aku lihat tidak mempunyai daun sama sekali, hanya dahan dan batangnya saja. Aku tidak sabar melihat pohon – pohon ini bermekaran, kata Mason itu sangat indah. Selain nuansa rumah dan perumahan yang sangat asri, sejuk, dan nyaman (tidak berisik dan bising), di daerahku tinggal banyak aku temui hewan – hewan liar berkeliaran, seperti tupai (banyak sekali disini), burung gagak (lebih besar dari yang di Indonesia), dan berbagai macam burung berwarna warni. Seperti hidup di kebun binatang, hehe. Aku heran dan kagum masyarakat disini tetap bisa menjaga lingkungannya dengan baik, hidup dialam tanpa terlalu membuatnya menderita. Aku juga sangat kagum dengan kebersihan di kota dan perumahanku, tidak akan pernah kalian temui sedikitpun sampah berceceran di sini. Semuanya sangat bersih. Ada tempat sampah besar didepan rumah, dan setiap sampah rumah tannga pasti akan diletakan disitu, tidak dibuang disembarang tempat. Masyarakat disekitar rumahku sangat memperhatikan kebun mereka, setiap rumah yang aku lewati mempunyai taman didepan rumah yang sangat rapi dan indah, ditumbuhi berbagai macam jenis bunga dan pohon.

Alhamdulilah cuaca di kota Blacksbur makin hari makin hangat, meski setiap pagi aku berangkat kekampus masih sedikit terasa dingin. Tidak seperti saat aku baru saja datang kesini, luarr biasa dingin. Aku gak tahan berlama – lama di luar ruangan, aku harus memakai syal, jaket, dan kaos tangan diawal aku berada di kota ini. Angin yang bertiup apalagi sangat dingin, membuat wajah dan bibir terasa sangat kering. Perlahan, cuaca disini menghangat, terasa layaknya cuaca di Indonesia. Awan membiru cerah setiap hari. Matahari bersinar menghangati tubuh. Setiap sudut kota ini memang indah dan rapi, ditambah dengan cuacanya yang bersahabat, wooo indah nian. Satu lagi yang unik di sini, pertama kali aku datang, matahari baru terlihat sekitar jam 10 pagi, dan baru tenggelam jam 9 malam. Saat pertama aku bangun pagi, aku lihat jam, sudah subuh ternyata, namun saat aku lihat keluar rumah, lhooo kok masih gelap. Hehe, unik. Dan, jangan heran melihat jam 7 malem, justru banyak anak – anak bermain diluar rumah, bermain bola basket atau bersepeda. Yaa, jam 7 malem, karena jam segitu matahari masih bersinar dan belum gelap sedikitpun. Lama penyinaran matahari di daerah empat musim memang berbeda, jadi jangan heran. Namun kalau kamu baru pertama kali melihatnya, pasti sangat terkagum – kagum. Perbedaan waktu itulah juga yang membuat jadwal sholat lima waktu di kota Blacksburg sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia. Aku baru sholat subuh sekita jam 06 pagi, sedangkan sholat dzuhur sekitar jam 02 siang. Aku juga masih harus menyesuaikan dengan waktu solat disini, karena masih sering kepikiran waktu solat di Indonesia.

Bailah, itu sedikit cerita kondisi lingkungan dan rumah yang aku tempati. Rumah kecil bersama saudaraku Mason dan Leanna yang sangat baik hati…yaa benar, mereka sangat baik…

Aku masih harus menyelesaikan homework yang banyak ini, semoga dapat aku selesaikan dengan baik dan benar tepat pada waktunya. Salah satu strategi mahasiswa baru yang belajar di perguruan tinggi amerika adalah : time management, belajar membagi pekerjaan berdasarkan prioritas. Time is money (lhoo…) yang aku maksud waktu adalah ilmu.

Salam,

Minggu, 20 Maret 2011

Sholat Jumat Pertama

Jumat, 18 Maret 2011

Hari jumat, 18 Maret 2011 adalah hari keduaku kuliah belajar mendalami bahasa Inggris di Language and Culture Institute (LCI), Virginia Tech University. Homework yang diberikan professorku kemarin sudah aku selesaikan kemarin malam dan pagi tadi. Aku masih terserang jetlag ternyata, susah tidur, dan meski tidur, itupun sangat singkat. Oya, selain tubuhku yang masih harus menyesuaikan dengan perubahan waktu di sini, wajaku dan bibirku terasa sangat kering setiap saat. Apalagi kalau sudah keluar rumah, kena tiupan angin, behhh rasanya gak nyaman banget di wajah dan bibir, meski hari jumat ini tidak terlalu dingin seperti biasa. Makanya aku lebih suka menutupi mulut dan hidungku dengan syal. Seperti biasa, makan pagi dulu sebelum berangkat ke kampus. Sarapan disini, jangan dikira pakek nasi, sayur, dan lauk seperti halnya sarapan sebelum berangkat ke sekolah seperti di rumah Indonesia, hehe…sarapan disini pakek roti, susu, dan buah. Kalau urusan makanan, aku masih bisa menyesuaikan diri, meski tidak makan nasi, aku masih kuat sampai tiba saatnya makan siang nanti. Kalori makanan disini lumayan besar, jadi bisa buat cadangan energy meski tidak makan nasi.

Setelah makan selesai, kami berpamitan ke Mason untuk segera berangkat ke kampus. Sebelum kami keluar rumah, seperti yang sudah dia sampaikan kemarin malam, dia kembali mengingatkan kalau dia dan Eleana mau pergi weekand sabtu minggu ini ke Florida, jadi dua hari kedepan kami akan sendiri di rumah. Oke, Mason, kami akan baik – baik saja. Dia bilang juga kalau ada apa – apa telfon atau email aja. Sip lah. Dia bilang juga, selama dia nanti di Florida, Ivan, anjing kesayangannya akan dibawa ke rumah orang tuanya. Dan besok malam (Sabtu malam), kalau kami ada waktu Mason akan meminta ke temannya untuk mengajak kami makan malam, dan melihat lihat kota Blacsburg. Mason orang yang baik.

Cuaca pagi ini saat kami beranjak pergi dari rumah cukup hangat. Kami hanya menggunakan jaket tanpa alat penahan dingin lainnya. Alhamdulilah cuaca kali ini lebih seperti di Indonesia. Seperti hari sebelumnya, kami berhenti di tempat pemberhentian bus. Bus datang, kemudian mengantarkan kami menuju tempat transit selanjutnya. Kami berhenti di dekat Newman Library, perpustakaannya Virginia Tech dengan gedung yang tinggi dan luas, serta arsetektur yang sangat indah, sama seperti semua gedung universitas terkenal disini. Aku kembali naik bus di tempat pemberhentian yang tidak terlalu jauh dari tempat aku turun tadi. Bus keduaku ini mengantarkan kami sampai di samping gedung LCI, kampus dimana aku belajar. Tidak lupa si supir bus mengucapkan “have a good day folks”. Kami turun dari bus, berlari kecil sampai kedalam kelas agar tidak terlambat. Aku masuk kedalam kelas pertamaku jam 07.55, alhamdulilah aku tidak terlambat. Tidak terlalu lama, professor Neu masuk. Segeralah kelas dimulai.

Hari jumat jadwal kuliahku Cuma sampai jam 11.55 saja, kelas keduaku hari ini: kelas Reading dan Writing. Semua kelasku menghasilkan banyak tugas baru di ujung minggu, weekands ku pasti akan banyak ku habiskan untuk belajar dan mengerjakan tugas, keren lah. Hehe. Apalagi kelas reading dan writing ku, aku harus menyelesaikan membaca novel sampai chapter 17 kemudian menjawab resume novelnya, menulis esai, dan mengerjakan tugas menulis reference list (daftar pustakan). Keep semangat pokoke. Kultur akademik di sini memang sangat berbeda, aku harus menyesuaikan dengan metode mengajar dan belajar di Virginia Tech. Banyak tugas setiap hari, harus dibiasakan.

Selesai semua kelas, kami anak – anak mahasiswa Indonesia berkumpul dan memutuskan untuk makan siang di restaurant jepang. Aku berjalan bersama teman – teman yang lain menuju restaurant jepang yang tidak jauh dari kampus kami. Aku memesan nasi dengan ayam, aku makan nasi di amerika, huuu…hehe.

Selesai makan, para kaum adam segera beranjak dari restaurant untuk segera pergi menuju ke tempat pemberhentian bus. Kami harus segera menuju ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat wajib jumat, atau bahasa indonesianya Jumatan ^^. Kami kembali berjalan ke halte tempat pemberhentian bus tepatnya didepan University Mall, mall nya kampus Virginia Tech. Ada semacam halte kecil dipinggi jalan yang memudahkan kami menemukannya dan tentu sebagai tempat yang cocok untuk sekedar duduk karena terlalu banyak berjalan. Memang, selama aku di Blacsburg, aktivitas yang lumayan sering aku lakukan adalah berjalan, mau pergi kemanapun harus berjalan, lumayan lah sehat dibadan, itung – itung olahraga ^^. Di sela kami berjalan menuju halte, kami sering melihat banyak orang amerika yang berlari dipinggir jalan, ya semacam olahraga jogging. Yang sedikit membuat ku heran, kenapa mereka lari – lari disiang hari begini ya?hemm, cuaca dan waktu di Amerika dan Indonesia memang sangat berbeda, jadi mungkin itu yang membuat kebiasaan waktu berolahraga orang-orangnya berbeda. Jam 12 siang di sini, masih terasa lumayan dingin. Yang lebih parah lagi, ada beberapa laki – laki yang berlari tanpa mengenakan baju, hahaha, kalau di Indonesia sudah dibilang orang gila dia. Jadi jangan heran kalau melihat orang lari – lari di jam 12 an siang. Oya, kawan, satu lagi yang ingin aku sampaikan bagi kalian para kaum adam, kuat – kuatlah menjaga pandangan dan hati, karena kalau cuaca lumayan hangat seperti sekarang ini, banyak wanita berkeliaran dengan pakaian yang sangat mini, termasuk wanita yang sedang berolahraga lari. Dimana – mana akan kalian temui hal yang seperti itu, maka Berhati – hatilah dan tetap waspada.

Islamic Brotherhood in Blacksburg

Kami turun di dekat perpusatakaan Newman. Kami berkumpul disekitar halte karena kami sudah membuat janji dengan Pak Ony, orang Indonesia yang sedang menyelesaikan kuliah S3 nya di VT, untuk bertemu di dekat pepustakaan. Sholat jumat di Blakcsburg dimulai sekitar pukul 01.30 pm. Setelah menunggu cukup lama, Pak Ony datang, padahal kami kira beliau sudah pergi terlebih dahulu. Kami akan menumpang bus jurusan Nort Main Street. Bus yang kami tunggu datang juga, langsung saja kami berangkat. Kami turun disuatu tempat yang sepertinya belum pernah aku datangi sebelumnya. Kami berjalan sebentar di sisi jalan, kemudian aku melihat ada semacam gapura dengan tulisan Masjid Al-Ihsan Islamic Society of River Valley. Hari ini akan menjadi sejarah bagiku, karena tau apa?ya karena hari jumat pertamaku menunaikan ibadah sholat jumat di Amerika, luar biasa menyenangkan rasanya. Melihat gapura itu, langsung ku ambil kamera dan cepret aku ambil gambarnya. Kami berbelok kekanan, aku melihat bangunan diujung jalan dengan pintu yang sangat besar dan tinggi, ohh ternyata itu masjidnya. Tidak seperti kebanyakan masjid yang aku lihat, bangunan itu tidak seperti masjid yang aku tahu melainkan justru seperti kastil. Ada dua orang didepan sana, pak Ony mengucapkan Assalamualaikum kepada mereka, mereka muslim, padahal muka mereka tampak seperti bule amerika kebanyakan. Aku juga turut mengucapkan salam dan menyalami mereka. Kami bergegas menuju kedalam masjid.

Kami masuk kedalam masjid melalu pintu dibagian bawah yang menghubungkan dengan tempat wudhu. Wajah – wajah yang aku lihat, mereka adalah saudara seimanku di Blacksburg, yaa meraka muslim seperti aku, aku sangat senang dan antusias sekali saat melihat orang – orang ini. Aku masuk kedalam jamaah, duduk, dan mendengarkan khotbah. Khotbahnya ya pasti menggunakan bahasa inggris. Orang yang berkhotbah didepan sana, diatas mimbar, tampak berwajah timur tengah, kemungkinan orang arab. Aku duduk dishof pertengahan, disamping tembok. Aku memutarkan pandanganku kekanan dan kekiri, orang – orang sedang memperhatikan dengan benar kedepan, aku lihat mayoritas orang muslim disini adalah orang timur tengah, namun ada juga muka orang asia, bahkan muka bule amerika pun ada disini, tepat disampingku. Campur aduk perasaanku waktu mendengarkan khotbah, wantara senang dan penasaran. Penasaran ingi segera mengobrol dengan saudara – saudara seimanku ini. Khotbah selesai dan kami berdiri untuk menunaikan sholat jumat berjamaah. Sama persis seperti ritual sholat yang aku pelajari di Indonesia. Hanya saja di tahiyad akhir, ada beberapa yang posisi duduknya seperti tahiyad awal, tahu kan?ahh, entahlah tidak usah dipertanyakan. Selesai sholat aku berdoa kepada Allah swt agar terus dikuatkan dalam jalan Islam ini, terus iqtiqomah di tanah yang jauh ini, dan semoga kebaikan selalu diberikan kepada saudara muslimku di seluruh dunia.

Kemudian aku berbincang dengan orang Malaysia, dengan medok melayunya kami mengobrol singkat, beliau sedang study PhD di VT. Selesai sholat, setiap dari kami saling berbincang – bincang, bagi kebanyakan orang muslim yang tinggal Blacksburg, kami adalah kaum minoritas yang hanya dengan momen sholat bersama seperti ini, kami bisa saling menyapa dan berbincang sekedar untuk bercengkrama dengan yang lainnya. Kemudian ada seorang syeh yang mengenakan baju gamis putih berjnggot merah mendatangi kelompok ngobrol kami, dia memperkenalkan diri, dan menanyakan alamat email atau telfon kami. Dia mengajak kami untuk mengikuti kajian islam di masjid ini, tentu saja kami terima dengan senang hati. Tinggal di negeri orang yang sangat berbeda agama dan budayanya tentu dibutuhkan charge ruhani yang kuat agar bisa tetap survive. Ya kan?

Aku bertemu dengan orang Indonesia lainnya di masjid ini, kami saling berkenalan, kemudian bercanda sehingga kami tertawa kecil karenanya. Senang sekali rasanya bertemu dengan saudara satu agama dan satu Negara. Persaudaraan sangat terasa memang apalagi di tanah rantau seperti ini. Luar biasa, suasan kekluargaan langsung terbangun sebegitu kami bertemu. Selain itu, aku juga banyak berkenalan denga muslim yang lain, berjabat tangan, memeluk, dan berkenalan…aku berkenalan dengan orang dari Saudi Arabia, Palestina, Afghanistan, Bangladesh, dan masih banyak lagi, aku lupa…andai saudara tidak terbatasi Negara, ahhh indah sekali. Aku benar- benar bahagis menemukan saudara satu imanku disini. Aku mengobrol banyak dengan pemuda muslimnya juga, kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa VT. Mereka juga mengajak kami bermain sepak bola bersama nanti sore. Mereka menawari kue kecil kepada kami, suasana kekeluargaan berlandaskan agama benar aku rasakan di masjid ini. Muslim Brotherhood, saudara seiman, saudara seakidah, dan saudara seperjuangan tinggal dinegeri orang. Subhanallah, terimakasih atas nikmat Islam dan Iman ini.

Selesai dari masjid, kami berjalan menelusuri jalan menurun North Main Street menuju took penjualan barang – barang bekas. Barang – brang bekas yang dijual di toko ini sangat murah dan masih dalam kondisi yang sangat bagus. Buku dalam kondisi baik hanya dijual 2 – 5 dollar, baju hanya berkisar 5- 10 dolar. Ada banyak sekali barang bekas bagus murah disini, pernak pernik rumah tangga, sepatu, baju, tas, buku, dan alat kebutuhan hidup yang lain. Murah sekali. AKu melihat – lihat siapa tahu ada yang ingin aku beli, akhirnya aku memutuskan membeli satu potong sweater. Selesai dari berbelanja barang bekas, aku memutuskan untuk pulang kerumah untuk istirahat, mataku terasa berat, efek jetlag masih terasa sampai hari ini. Aku ingin istirahat agar nanti malam tubuhku fresh untuk ikut bermain di Studetn Squere Centre bersama teman yang lain.

Aku berangkat ke SSC naik bus seperti biasa. Tidak lupa aku memakai kustom olahragaku yang sudah aku bawa dari tanah kelahiran. Turun di depan SSC, menyeberang jalan terlebih dahulu kemudian masuk kedalam gedung. Baru pertama kali ini aku masuk kedalam SSC. Aku turun melalu tangga menuju ruang dibawah. Sudah banyak teman- temanku yang lain ternyata disini, aku menyapa mereka, dan juga Prof. Tim sebagai pendamping kami dari LCI. Sebagian teman – temanku sedang asik bermain bowling.. aku sudah tidak sabar lagi, aku segera mendaftarkan diri diloket pembayaran, tidak lupa menunjukan hokie passport yang aku punya. Aku hanya membayar 1,75 dollar untuk bermain bowling dan meminjam sepatunya. Bermain bowling ternyata harus mengenakan sepatu khusus, kalau tidak bisa terpeleset dan jatuh. Baru saja tahu aku. Aku sudah siap dengan sepatu bowlingku, aku turun ke arena, dan bertanya kepada pemandu olahraga bowling bagaimana bermainnya, karena maklum baru pertama kali bermain bowling, hahaha. Ini bakal jadi pengalaman pertama dan berhargaku bermain bowling. Aku diberitahu teknik yang benar melempar bola bowlingnya agar mengenai pin diujung arena sana. Aku langsung mencoba, tidak mudah memang, tapi cukup baik untuk pemula. Aku mencoba terus, hingga aku menemukan ritme gerakan yang nyaman saat melempar bola. Cukup mudah dan menyenangkan ternyata bermain bowling, aku bakal kecanduan main bowling nih ^^. Aku juga bermain kompetisi dengan salah satu temanku Irma namanya, dari Bengkulu. Dia pemain pemula yang cukup handal karena sebagian besar pin berhasil ia robohkan dengan lemparan bolanya, begitu juga aku…hehe. Bosan bermain bowling aku memutuskan untuk berpindah ke permainan selanjutnya, yaitu tenis meja. Aku berkain tenis meja dengan Windy dari Kalimantan, ia pemain tenis meja yang lumayan bagus, lumayan untuk mengajariku bermain tenis meja dengan baik. Jujur saja, aku kurang begitu mahir bermain permainan yang satu ini. Aku hanya bermain tenis meja sebentar karena sudah jam 09 pm, waktunya pulang.

Sebelum benar- benar meninggalkan SSC aku mengobrol dengan mahasiswa LCI dari Arab yang kebetulan bermain juga di situ. Selesai mengobrol aku dan Ansar, teman satu rumahku, memutuskan untuk pulang. Kami menyeberangi jalan menuju halte bus. Pemandangan kampus dimalam hari indah sekali, lampu dipinggir jalan menyala memberikan nuansa istimewa bagi gedung dan jalan yang diterangi. Aku mengambil beberapa foto gedung dan lampu agar bisa jadi kenangan suatu hari. Aku mendapatkan pengalaman menunggu bus yang begitu lama malam ini. Ditambah hujan datang, membuat malam hari bertambah dingin. Disetiap jalan, aku lihat gerombolan pemuda pemudi berjalan – jalan, naik dan turun dari bus, dan kalian pasti tahu budaya pemuda pemudia amerika di akhir pekan kan?yups mereka akan berpesta. Ihhh, mengerikan, ditambah lagi melihat pakaian mahasiswi yang begitu senonoh, baru pertama kali ini aku lihat hal yang begitu menjijikan (maaf) didepan mata..budaya pemuda dan masyarakat disini memang seperti itu. Aku banyak diskusi dengan temanku tentang hal itu sembari menunggu bus datang. Satu lagi lagi yang aku tahu tentang kebudayaan pemuda dan pemudi amerika dan gaya hidup mereka. Aku sampai dirumah cukup larut malam.

Besok akan jadi weekands penuh dengan homework……see u tomorrow

Keenwood Dr 1105, Blacksburg, VA.

Cinta Dulu atau Bangga Dulu (2)

Assalamualaikum wr wb.


Semoga kesehatan dan kesejahteraan selalu terlimpah kepadamu wahai saudara saudaraku.

Aku sudah merasakan benar bahwa persaudaraan yang didasarkan atas nama tuhan tidak akan pernah luntur meski dibatasi ruang dan waktu di dunia ini. Bertemu saudara seiman di perantauan yang jauh dari tempat kelahiran menumbuhkan rasa peduli dan sayang yang sangat satu sama lain. Subhanallah....


Aku sudah pernah menulis npte dengan judul yang sama entah kapan, yang masih aku ingat aku membuat note pertamaku itu bersambung karena masih ada tulisan yang belum sempat aku sampaikan didalam noteku yang pertama. Aku menulis noteku yang kedua ini dengan harapan bisa menyambung makna dari noteku yang pertama.


Cinta dulu atau bangga dulu?aku telah menyampaikan sebelumnya bahwa rasa bangga dan cinta kepada sesuatu tumbuh karena ada alasan. Dasar atau alasan yang membuat sesuatu itu bisa dicintai dan dibanggakan. Sebagai contoh, aku mencintai dan bangga kepada keluargaku karena ......... Aku mencintai dia karena ........ Aku bangga dengan negaraku karena ........ Alasan yang dapat memudahkan tumbuhnya rasa bangga dan cinta lebih mudahnya dicari yang mempunyai ciri khas atau berbeda dari kebanyakan lainnya. Alasan tersendiri yang membuat diri sendiri cinta dan bangga kepadanya. Alasan itu tidak harus diakui oleh semua orang, yang penting alasan itu bisa membuat diri sendiri merasa cinta dan bangga kepadanya..Generalisasi atau pandangan yang sama dari semua orang tentang alasan penumbuhan rasa cinta dan bangga itu akan sangat sulit dicapai, karena setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda. Contoh, aku mencintai pacarku, karena "aku" pikir dia perhatian kepadaku. Aku mencintai pacarku karena dia perhatian kepadaku, pandangan semua orang bahwa pacarku perhatian kepadaku, tidaklah penting bukan?dan itu cuma contoh, atau perumpamaan.


Hemm, mungkin diantara kamu ada yang mengernyitkan dahi dengan statementku diatas. Entahlah, silakan dicerna sendiri. Sekarang mari kita terjemahkan hal ini melalui kacamata pengurus organisasi dan mahasiswa sebuah universitas. Teman-teman, inilah sebenarnya yang ingin aku katakan :rasa bangga dan cinta khususnya kepada institusi yang menaungi kita, tidak akan pernah muncul jika institusi itu tidak mempunyai sesuatu yang dapat kita jadikan alasan untuk dicintai atau dibanggakan. Anda tidak akan pernah bisa mencintai dan membanggakan organisasi, almamater, diri sendiri, jika hal itu tidak mempunyai sesuatu yang layak dibanggakan.


Yang ingin aku tekankan sebenarnya terletak disini : Yang bertanggung jawab terhadap penumbuhan alasan untuk bisa di banggakan dan dicintai terletak pada setiap orang yang ada didalam institusi dan tentu dirinya sendiri. Jika saat ini, ada yang masih belum menemukan rasa cinta dan bangga kepada organisasi dan almamaternya barangkali Anda belum mempunyai sesuatu yang layak dibanggakan dari organisasi dan almamater Anda. Begitu logikanya, jadi jangan sampai menyalahkan organisasi dan alamamaternya, melainkan coba tanyakan kepada orangnya, apakah Anda sudah mempunyai alasan untuk mencintai organisasi dan alamamter Anda?


Temukan rasa cinta dan bangga disetiap langkah yang diambil, karena sejatinya, sudah layakah Anda bangga dan cinta???setidaknya kepada Anda sendiri.


Wallohualam...

Wassalamualaikum Wr Wb

Ini cuma coretan tidak berartii, tidak usah diperhatikan...hehe


Keenwood Dr, 1105, Blacksburg, VA


Kuliah Pertama di LCI


Hari Pertama Kuliah di LCI

Kamis, 17 Maret 2011

Hari ini adalah kuliah pertama kami setelah kemarin kami diuji placement test untuk mengetahui dimana level kelas kami. Aku bersiap berangkat pagi ini, berjalan kaki dari rumah menuju jalan raya tempat perberhentian bus. Aku berjalan bersama teman ku satu rumah, seperti yang sudah aku ceritakan, aku satu rumah dengan Ansar, anak SULTENG, mahasiswa ITS. Kami berjalan cukup jauh agar bisa sampai di Main Street. Kami memakai Jaket Hijau seragam IELSP 8 Virginia Tech hari ini. Kami memakai penutup kepala, syal, dan kaos tangan karena meski tidak ada salju, udara disini sangat dingin sekali. Wajah dan mulutku juga kering serta kasar, keliatan merah – merah tidak seperti biasanya.

Kami berjalan cukup jauh hingga sampai ke perempatan dengan traffic light nya disana. Kami berdiri di tempat yang telah disediakan, tempat dimana bus akan menurunkan dan menaikan penumpang. Seperti yang sudah aku ceritakan, bus disini tidak berhenti di sembarang tempat. Kami menunggu agak lama, karena sebenarnya kami tidak mengetahui dengan pasti jadwal kedatangan bus yang bisa mengantar kami sampai ke kampus. Akhirnya bus yang ditunggu datang. Kami turun di dekat War Memorial, semacam tugu peringatan perang atau apalah, aku kurang begitu paham. Ada patung dan tugu batu disana. Kemudian kami berjalan menuju tempat pemberhentian bus selanjutnya yang akan mengantarkan kami ke LCI, di dekat University City Boulevard. Karena baru pertama kali naik bus menuju kampus, kami masih kebingungan bus mana dan dimana yang seharusnya kami naiki. Akhirnya kami memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu kepada seseorang yang sedang berjalan melewati kami. Ada seorang cewek datang, aku langsung menyapa dan bertanya, ehhh tidak disangka – sangka dia orang Indonesia juga, Bunga namanya, dia tinggal di Jakarta, dan sekarang kuliah di VT jurusan teknik mesin. Dia sudah sejak high school disini. Setelah bercakap lumayan sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju bus selanjutnya. Singkat cerita, kami telat masuk ke kelas, kami terlambat sekitar 6 menit. Huffftt, hari kuliah pertama yang tidak terlalu mulus awalnya..

Semua mahasiswa di LCI adalah mahasiswa internasional, mereka dari seluruh penjuru dunia, Asia, Afrika, TImur Tengah, namun aku belum ketemu mahasiswa dari Eropa. Kebanyakan mahasiswa yang kuliah di LCI, mereka adalah mahasiswa yang akan kuliah atau mendaftarkan diri di VT, sebab syarat masuk VT TOEL score nya harus 550. Setelah kami memperkenalkan diri, pelajaran dimulai. Di kelas grammar, aku belajar lagi mengenai present tense, past tense, dan present perfect tense, seperti masa SMK dulu, namun entah mengapa kali ini harus memeras memory agar benar – benar memahaminya. Kelas pertamaku di USA, kesan pertama adalah : tepat waktu, mahasiswa di tuntut aktif dalam diskusi, sangat terbuka, rileks, prosesor dengan senang hati menjawab pertanyaan mahasiswa, dan mahasiswanya pun tidak malu untuk bertanya. Kelas yang aktif dan terbuka. Kemudian aku tahu, semua kelas disini, setiap professor pasti memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah, dan memberitahukan halaman mana yang harus dibaca oleh muridnya malam harinya. Kelas dimulai, istirahat, dan berakhir sangat tepat waktu, sang professor benar benar sangat memperhatikan waktu mengajarnya.
Setelah kelas grammar selesai, aku haru segera masuk ke kelas reading dan writing. Aku satu kelas dengan orang yang berbeda meski ada beberapa yang sama. Professor yang mengajar dikelas grammarku sangat gaul sekali, mulai dari gayanya, bajunya, dan bicaranya. Beliau sangat menyenangkan dan sering membuat kami tertawa. Memuai kelas grammar, kami diberi novel tebal, dan kami diberi tugas untuk menjawab pertanyaan di kertas yang dia beri yang jawabannya ada didalam novel tebal itu. Jadi, kami harus membaca dan memahami novel itu dengan baik. Tantangan yang lumayan menegangkan, membaca novel berbahasa inggris dan memahami maknanya. Hal pertama yang diajarkan oleh professor dikelas reading dan writing adalah plagiarism. Di Amerika, terutama di dunia pendidikannya, sangat ketat menerapkan hukum tentang plagiarism. Hal itulah yang ditekankan oleh profesorku agar kami jangan sekali kali melakukan hal itu karena hukumannya sangat berat. Sama seperti di kelas grammar, profesorku juga memberikan banyak tugas untuk dikerjakan atau pun hanya untuk dibaca dan dipahami dirumah.

Aku harus melanjutkan kuliahku lagi di gedung lain setelah kelas grammar dan reading selesai. Kami, mahasiswa IESLP akan mendapatkan kelas tentang English for ecademic purpose. Kelas ini akan berisi mengenai cara, metode belajar dan memahami kebudayaan amerika. Kami akan diberikan petunjuk bagiaman menjadi mahasiswa yang baik dan berkualitas di amerika. Tidak seperti kelasku yang lain, disini nantinya tidak akan banyak pekerjaan rumah, selain itu kami hanya akan kuliah sampai hari kamis untuk kelas ini.

Setelah semua kegiatan di kampus selesai, kami berencana akan mengunjungi Cristiansburg, kota selain Blacsuburg, yang mempunyai mall yang cukup besar dan menjual banyak barang disana. Kami beramai – ramai naik bus menuju perpustakaan VT. Disana kami akan menunggu bus lain yang akan mengantarkan kami hingga sampai ke Cristiansburg. Bus yang kami tunggu tidak datang juga padahal sudah melebih jadwal yang tertulis di pamphlet jadwal bus. Terlalu lama menunggu membuat kami bosa, kemudian biasalah kami saling berfoto ria untuk menghilangkan bosan. Sedang aku, mencoba untuk membaca halaman demi halaman novel yang baru saja aku dapatkan dari kelas reading tadi pagi. Aku mulai membaca novel dengan judul Maximum Ride dimulai dari halama pertama dan selanjutnya. Ternyata, aku sama sekali tidak mengerti maksud dari novel ini krena banyak kata yang tidak aku mengerti. Cukup berat aku memahami arti novel ini. Mau tidak mau aku harus menggunakan kamus untuk memahami novel ini, dan tentu tidak sekarang, karena aku tidak membawa kamus.

Tidak disangka, ada seorang bapak yang mendekati kami, dan memperkenalkan diri bahwa beliau dari Indonesia. Pak Ony namanya, beliau mahasiswa PHd di Teknik Penerbangan VT. Beliau mendapatkan beasiswa dari Fullbright. Senangnya kami bertemu orang Indonesia disini. Beliau sangat baik dan sangat membantu kami dalam memahami lebih dalam mengenai VT, selain itu kami juga banyak berbincang mengenai banyak hal. Menyenangkan sekali memang bertemu orang dari Negara sendiri di perantauan yang jauh. Kami ibarat teman senasib dan seperjuangan. Hehe. Tidak lama, istri pak Ony datang, beliau Bu Tami namanya, tinggal bersama suami di perantauan juga. Beliau tinggal di Blacsburg sudah hampir 3 tauun, anak-anak mereka juga tinggal disini. Diujung perbincangan kami sepakat untuk bertemu di tempat ini lagi untuk kemudian pergi ke masjid untuk jumatan besok hari.

Karena menunggu bus terlalu lama, beberapa temanku memutuskan untuk tidak ikut pergi ke Cristiansburg, mereka pulang ke rumah masing masing. Begitu juga aku, memutuskan untuk pulang. Sampai di rumah, aku tidur karena mataku sudah sangat terasa sangat berat. Tubuhku masih harus menyesuaikan dengan perbedaan waktu yang sangat jauh antara Indonesia dan USA.

Bangun sari tidur, Mason sudah pulang. Dia mengajak teman – temannya berkumpul di rumah, dia akan membuat pesat bir.. wooo mengerikan. Dia membelikanku pizza, dia bilang pizza yang dia beli tidak mengandung pork, jadi bisa aku makan. Dia memang orang yang sangat baik. Aku duduk di dapur bersama dengan teman – teman mason yang lain, ada Cris, Dunn, dan James. Mereka sedang memasak sesuatu di kompor, dan banyak botol bir kecil diatas meja, mereka bilang mau mencampur2kan bir kedalm tabung yang nantinya akan diberi fermentasi agar bir terasa lebih enak. Disela aktivitas mereka, kami berbicang bincang banyak hal, mulai dari tsunami jepang, reactor nuklir, budaya daerah Indonesia, dan banyak hal. Aku bertanya tentang kebudayaan dan system pendidikan di USA kepada mereka, mereka adalah mahasiswa VT. Aku semakin antusias saat aku ditanya mengenai Indonesia dan kebudayaannya, aku menjelaskan kepada mereka dengan sangat bersemangat. Aku pun membawakan mereka buku panduan kunjungan ke Indonesia yang aku bawa dari rumah, dan beberapa souvenir khas jawa yang aku bawa. Mereka terheran dengan barang yang aku bawa, dan menanyakan fungsinya untuk apa. James, salah satu teman Mason bahkan sudah mempunyai rencana berlibur ke Bali, Indonesia.

Selesai mengobrol, karena sudah malam juga, aku meminta ijin untuk tidur..dari kamar aku masih mendengar mereka mengobrol hingga sepertinya sampai larut malam. Dasar orang amerika, hehe…aku harus segera tidur dan bangun dini hari karena aku masih punya banyak tugas untuk dikerjakan..semangat, besok ada kuliah lagi..
Pengalaman yang sangat berharga hari ini, semakin banyak aku paham mengenai system pendidikan di Amerika, kebudayaannya, dan kehidupan sosial orang2nya..Ambil yang baik dan buang yang buruk.

Sabtu, 19 Maret 2011

Hospitality of Blacksburg City


Hospitality of Blacksburg City
Rabu, 16 Maret 2011

Bangun pagi, diantar ke kampus pakek mobil, jam 08.00 masuk, placement test : writing, listening, grammar, vocabulary. Di laboratorium komputer. Makan siang di Subway. Maen ke university mall. Membuat hokey passport, keliling kampus VT, ke bank machovia, ke bookstore university mall. Pembagian buku. Pulang naik bus, tapi tidak tahu arah, 2 kali salah bus, dan tersesat tidak tahu jalan saat berjalan dari main street ke rumah, capek, pegel, tapi seru..pengalaman tresesat pertama kali di negeri orang. Pulang jam 07.00 pm, makan dan ngobrol banyak sama elena, dia orangnnya sangat baik sekali dan sangat mengerti kebutuhan kami. Ivan, anjing kesayangan mereka bahkan sampai dikorbankan karena kami memang tidak mau dekat dengannya. Setiap kami dirumah, Ivan pasti ditaruh di luar rumah, kasian dia..

Saat kami di dalam bus, kami membuktikan sendiri bahwa orang amerika saling menghormati satu sama lain, meskipun banyak dari mereka yang tidak mengamalkan ajaran agamanya. Mereka saling menghormati satu sama lain, ramah, dan sangat mentaati peraturan, serta rasa tolong menolong yang sangat tinggi. Kami tersesat dan kami harus bertanya kepada supir bus mengenai jalur bus mana harus kami ambil, dia ternyata juga tidak tahu. Namun tanpa kami minta, dia menelpon operator bus di blacsburg dan menanyakan bus mana yang seharusnya diambil agar bisa sampai ke jalan yang kami inginkan : Palmer street. Lalu dia memberitahukan jalur dan bus mana yang harus kami ambil. Luar biasa. Setelah kami turun dari bus didekat gapura besar dengan bertuliskan Virginia Tech University untuk mencari bus selanjutnya yang menuju jalan yang kami cari, ada salah seorang mahasiswa VT yang memberitahu bus yang mana yang seharusnya kami ambil, dengan ramah dia memberitahukannya. Selama didalam bus, setiap orang yang turun dari bus pasti mengatakan thank you kepada supir busnya, yaaa, semua orang, dan supir busnya pasti mengucapkan you are welcome. Dan, didalam bus, yang masih aku heran dan kagum adalah, tidak hentinya orang mengatakan exuse me, thank you, dan I am sorry, jika mereka akan dan ingin melakukan sesuatu. Amazing. Aku heran, bagaimana mereka menciptakan budaya seperti ini, sangat berbeda dari negaraku yang aku kenal meski pelajaran mengenai tata krama ada didalam mata pelajaran di sekolah di negaraku..itu yang layak dicontoh, bahkan sesama orang Islam pun sepertinya tidak seperti itu. Padahal rosullullah juga mengajarkan akan hal itu. Lalu, kenapa rakyat Indonesia justru sebaliknya?apa penyebabnya?dan bagaimana caranya agar Indonesia menjadi masyarakat madani yang tidak hanya mempunyai kebudayaan yang baik namun juga mempunyai kualitas akhirat yang mumpuni, sehingga tercipta masyarakat yang tidak hanya materialistic namun juga berorientasi akhirat. Seperti masyarakat Islam pada masa rosullulah, dan masa khalifah. Wallohualam.

Satu lagi yang aku kagumi disini, setiap pengendara mobil sangat mematuhi peraturan dan menghormati pengendara mobil lainnya apalagi kepada pejalan kaki. Tidak pernah sekalipun mereka menyalakan klakson hanya untuk menyalip atau meminta mobil didepannya lebih cepat. Setiap persimpangan jalan, meskipun sepi tidak ada orang atau pengemudi lainnya, mereka pasti berhenti terlebih dahulu, mereka berhenti tepat di belakang garis putih. Semua mobil yang aku lihat di Blacksbur ini seperti itu semuanya, luar biasa. Lalu lintas sangat teratur, tidak ada kata macet dan bising dikota kecil ini. Semua orang saling menghormati. Setiap mobil yang akan belok atau memotong jalan pasti diberi kesempatan oleh mobil lainnya untuk jalan terlebih dahulu. Satu lagi yang mengagumkan disini, setiap pengendara mobil, bus, truk, atau apapun itu, pasti memberikan kesempatan utama untuk menyeberang kepada pejalan kaki. Jadi, bagi setiap pejalan kaki, mereka bisa menyeberang setiap saat terutama di zebra cross tanpa harus menengok kiri kanan karena setiap mobil pasti akan berhenti dan memberikan kesempatan menyeberang tanpa diminta sekalipun. Lua biasa, aku belum pernah melihat rasa saling menghormati sebesar ini di negaraku. Sebelum aku tahu itu, karena terbiasa dengan budaya berlalu lintas di negaraku, aku harus berhenti terlebih dahulu dan melihat kiri kanan, dan justru malah seperti itu membuat salah paham si pengemudi mobil, meski hanya di perempatan jalan yang sangat sepi.

Blacksburg mempunyai system transportasi bus yang sangat luar biasa teratur, salah satu yang terbaik di USA bahkan kata Elena. Setiap mahasiswa yang menunjukan kartu mahasiswa atau kartu bus pass tidak perlu membayar tarif bus. Gratis untuk para mahasiswa Virginia Tech, termasuk aku yang sudah dibuatkan kartu bus pass oleh LCI, sehingga setiap berangkat dan pulang dari kampus, serta jika ingin pergi kemanapun dengan Bus Blacksburg Transit, aku cukup menunjukan kartu bus pass ku, maka aku akan tiba sampai tujuan, free. Bus Blacksburg Transit (BT) mempunyai system pengaturan jadwal yang sangat teratur, bus tidak berhenti menaikan dan menurunkan penumpang sembarang tempat, melainkan akan berhenti menaikan dan menurunkan penumpang hanya di tempat yang mempunyai logo BT saja. Logo terbuat dari besi dan tiang yang diletakan dipinggir jalan, jadi tidak bisa sembarangan naik dan turun di sepanjang tempat. BT mempunyai jadwal kedatangan dan peta rute setiap bus dengan sangat jelas. Peta rute bus dan jadwal bus ada setiap tempat – tempat yang ramai di kunjungi warga kota Blacksburg. Kondisi didalam bus pun sangat nyaman, bersih, canggih, dan hampir semua supir bus BT sangat ramah. Mereka tidak akan pernah lupa mengucapkan “good morning” kepada setiap penumpang yang naik bus di pagi hari, dan mengucapkan “have a good day” kepada setiap penumpang yang turun dari bus di pagi hari. Selain itu, hampir semua mahasiswa yang turun dari bus mengucapkan “thanks you” kepada supir bus, dan kadang member tips recehan sen kepada supir bus.

Sedikit mengenal kota kecil Blacsburg di Virginia dengan segala hal yang mengagumkan. Ada beberapa hal memang di kota dan Negara ini yang benar – benar layak untuk di contoh. Yaa, ada beberapa hal, meski tidak semuanya. Keramahan orang – orangnya, rasa saling menghormati, dan keteraturan serta kepatuhannya kepada peraturan yang barangkali layak ditiru. Wallohualam. Aku belajar banyak hal disini, mencoba menyesuaikan diri dengan keramahan dan keteraturan yang dimiliki orang – orang disini, tanpa melepaskan nilai - nilai yang aku punya dan yakini kebenarannya...

Kamis, 17 Maret 2011

Holiday Inn dan Kampus VTLCI

Selasa, 15 Maret 2011

Holiday Inn Hotel, Blacsburg City, Virginia

Setelah tidur jam 02 dini hari tadi, aku bangun jam 05, aku hanya tidur sekitar 3 jam, itupun aku paksa untuk bisa tidur. Aku tidak tahu pasti kenapa susah sekali tidur malam ini, mungkin karena tubuhku belum terbiasa dengan waktu di USA, atau biasanya banyak yang bilang namanya Jetlack. Tubuhku baru menyesuaikan dengan perbedaan waktu yang sangat jauh dengan Indonesia. Perbedaan waktu antara Indonesia dan amerika adalah 12 jam, kalau di amerika jam 02 pagi, di Indonesia jam 02 sore. Menginap dan Tidur di hotel mewah memang agak repot, karena banyak peralatan yang tidak aku mengerti bagaimana penggunaannya. Alat – alat disini terlalu canggih awalnya buat aku yang hanya dari desa ini, hehe, lebay. Aku pelajari cara penggunaannya satu demi satu. Di pojok ruangan ada pemenas yang sangat besar, dimusim dingin seperti sekarang, alat itu berfungsi sebagai pemanas, namun kalau musim panas, bisa disetting jadi alat pendingin ruangan. Di dinding didepan tempat tidur ada televisi layar datar yang sangat besar, merk tv nya LG. Aku tekan tombol power di remote control, tapi aku coba beberapa chanelnya kok gak bisa, hemm, lalu aku mulai mencari – cari bagaimana caranya agar ada gambar dan suara dari TV itu. Aku lihat ada kotak semacam vcd di lemari, dibawah tv. Aku nyalakan, dan keluar gambar dan suara di tv, ohhh, baru tahu aku, ternyata itu tv kabel, pakek satelit, bukan antenna seperti di Indonesia. Dan setelah lama, baru aku tahu semua tv di Amerika, menggunakan satelit, dan chanel pilihannya banyak sekali, lebih dari 200 chanel. Kamar mandi atau bathroom / rest room juga sangat modern, berbeda sekali dengan toilet di Indonesia. Hotel mewah, meski Cuma 1 lantai saja, namun tetap terkesan modern, rapi, dan sangat bersih. Aku kemudian berjalan – jalan keluar kamar, melihat – lihat situasi dibagian lain hotel mewah ini. Aku sampai di loby hotel, dan melihat ada seorang bule yang mengambil kopi. Aku pun meniru mereka mengambil kopi dengan botol minum yang sudah tersedia disana, seperti layaknya film amerika. Rasa kopinya sedikit aneh.

Aku kembali kekamar kemudian mandi. Setelah mandi aku dengan temanku pergi menuju restaurant di hotel itu. Seorang waitress ramah menyapa kami, dan menujjukan tempat duduk kepada kami. Menawari menu makan, dan mau minum apa?katanya, dengan aksen berat khas amerika. Kami baca menu makanan di restaurant itu satu demi satu dengan sangat teliti, kami takut kalau makanan di restaurant ini mengandung babi atau sejenisnya. Setiap kata pork, ham, backen, atau apapun yang mencurigakan langsung aku eleminasi. Agar amannya, aku memilih sereal gandum dan beras, serta susu. Minumnya air putih. Aman sudah. Hehe. Aku harus mulai membiasakan diri dengan kondisi seperti ini, artinya harus benar benar hati hati dengan semua jenis makanan di amerika. Kalau ragu mending gak usah di makan.

Jam 10.30 kami sudah harus chek out dari hotel. Setelah mengumpulkan semua abrang bawaan kami di loby hotel, beberapa dari kami pergi keluar hotel untuk melihat – lihat dan tentu berfoto ria. Ini pertama kalinya, kami keluar hotel, dan berfoto bersama. Aku memakai jaket, kaos tangan, syal, dan penutup kepala. Ada dua pintu keluar hotel, dan itu otomatis. Pintu terakhir terbuka dan wusssss, hawa dingin langsung menyergap semua tubuh, sampai menembus kedalam baju yang aku pakai terutama celana, meski aku selalu memakai jeans. Keluar dari hotel, lalu melihat suasana kota blacsburg dan kampus Virginia Tech sungguh sensasi yang sangat luar biasa. Aku membayangkan kalau sekarang ini seperti di dalam film yang menggambarkan kehidupan di wilayah eropa atau amerika. Aku menginjakan kaki di amerika mamen. Ada dua ruas jalan besar yang sangat rapid an bersih. Mobil melaju dengan pelan dan sangat teratur, tidak ada sedikitpun suara klakson. Blacsburg hanyalah kota kecil di Virginia dan tidak mempunyai banyak penduduk. Kota yang sangat bersih dan teratur. Aku masih heran bagaimana menciptakan tata kota seperti ini. Ingin tahu aku caranya agar bisa aku jadikan ilmu di Negara asal. Aku berjalan jalan di samping hotel, terlihat jajaran pohon – pohon yang tidak aku tahu namanya yang meranggas tidak mempunyai daun, mungkin karena sebelumnya adalah musim salju. Pohon – pohon itu tampak seperti hutan. Disampingnya ada lahan luas yang diaspal dan ditata sangat rapai. Diatasnya tertata mobil – mobil berbagai bentuk dengan lagi lagi sangat rapi. Aku mengambil foto beberapa sebagai kenangan. Mengagumkan. Aku kagum dengan arsitektur gedung dan tata kota disini. Selesai berfoto ria dan melihat sekeliling, kami masuk kembali kedalam hotel.

Tidak lama kemudian Tim dan Amanda menjemput kami, mereka membawa dua mobil besar. Barang bawaan kami masukan kedalam mobil. Dia bilang kami akan segera ke VTLCI dan mendapatkan sedikit orientasi disana. Karena mobil yang terbatas, maka kami dijemput berganti gentian dengan abrang bawaan kami. Aku mendapatkan giliran terakhir.
Dikampus VTLCI (Virginia Tech Language and Culture Institute)

Kami tiba didepan kampus VTLCI. Aku masuk kedalam gedung yang lumayan kecil itu. Hemm, suasana didalamnya si khas layaknya ruang ruangan di amerika. Aku mengikuti Amanda menuju ruangan di lantai dua. Bersih dan rapi ruangan, jalan, dan semuanya di gedung ini. Sebelum memulai orientasi mereka meminta kami berkumpul diruang makan. Sepi, karena memang masih libur. Amanda membagi bagikan makanan kepada kami. Bungkusan kardus coklat berisi makanan turkey. Besar sekali ukurannya. Bentuknya seperti burger dengan isi sayur dan daging. Daging kalkun atau sejenisnya. Aku makan, namun tidak habis karena terlalu besar ukurannya.

Selesai makan, akhirnya go to the class. Dimulailah orientasi program kami. Presentator pertama adalah Amanda, asisten director VTLCI. Beliau menerangkan mengenai bagaiman belajar di VTLCI dan apa yang seharusnya kami lakukan dan tidak semasa kuliah di VTLCI. Presentasi kemudian dilanjutkan oleh Cris, director IIE di USA. Orangnya sangat lucu, dan sangat lebay, aku pikir. Dia menceritakan tentang IIE, hubungan kerjanya dengan US Departmen of State, IIEF, Virginia Tech, dan sebagainya. Dia juga menjelaskan tentang kewajiban kami sebagai peserta program dan apa saja yang akan kami dapatkan. Setelah presentasi, kami diberi banyak sekali dokumen kertas yang aku lupa apa saja kegunaanya. Yang jelas, kertas – kertas itu harus diisi dan dikumpulkan kembali. Aku tidak perlu khawati karena Amanda akan membantu.

Tim memberitahukan kepada kami bahwa kami akan bertemu dengan host family kami sore ini. Mereka akan menjemput kami di kampus. Sudah ada beberapa yang dijemput oleh orang tua mereka, dan langsung saja heboh saat ada orang amerika datang dan member salam. Teman temanku teriak histeris saking senengnya. Giliranku tiba, seorang amerika tinggi berwajah masih muda menyalamiku. Namanya Mason Connell. Aku mengikuti langkahnya keluar kampus, mengambil koperku, dan memasukannya kedalam mobil yang dia bawa. Aku bersama dengan Ansar, menjadi teman satu rumah. Ternyata di mengajak temannya, namanya Melisa krena truk yang dia bawa hanya muat untuk 2 orang saja. Aku duduk disamping Mason dan mulai bercerita banyak hal. Bahsa inggris yang aku gunakan alhamdulilah banyak dimenerti olehnya, bahkan dia bilang kamu belajar bahsa inggris dimana?, bahasa inggrismu bagus. Aku agak tidak percaya dia bilang begitu, padahal aku ngrasa omonganku tadi belepotan. Haha…

Sampai dirumahnya, kami masuk. Mason mempunyai anjing besar, Ivan namanya. Kami kemudian berbicang mengenai hal – hal apa yang seharusnya kami lakukan dan tidak, Mason orang yang sangat menghargai perbedaan. Dia bertanya jenis makanan apa yang kami makan, dan yang tidak, bagimana dengan anjing dan sebagainya. Dia full understanding. Kami juga ditunjukan jalur bus yang membawa kami sampai kekampus. Kemudian teman Mason, Cris namanya mahasiswa VT satu tingkat dibawah Mason datang. Kami berbicara mengenai Indonesia dan kebudayaannya. Mereka sangat tertarik sekali. Aku merasa jadi cultural ambassdaro, hehe, karena setiap orang amerika pasti akan aku beritahu mengenai Idnonesia dan keindahannya. Lalu kami Makan malam dengan teman – temannya Mason di hokaido restaurant, makanan asia. Mereka adalah Melisa, yang ikut menjemput kami di kampus, dan seorang lagi bertubuh besar dan berat suaranya, Patrick. AKu semakin tahu, bahwa semua orang Amerika mempunyai porsi makan yang sangat besar jauh dari orang asia seperti kami. Dan, waktunya pulang kemudian tidur…..kamar yang aku tempati lumayan besar, ada satu kasur empuk, satu meja belajar, meja kecil, rak buku, dan rak pakaian…hemm, nyaman sekali didalam sini..sudah lah, istirahat dulu….mataku sudah sangat berat..

The City of Blacksburg

Singkat cerita, setelah menunggu cukup lama, kami akhirnya bisa masuk kedalam pesawat menuju ke Washington Dulles international Airport. Aku duduk bersama seorang bapak tua gendut dari Filipina yang sudah lama tinggal di San Fransisco. Di tinggal di San Fransisco sejak tahun kalo tidak salah 1975, bahkan sebelum aku lahir. Orang tuanya asli Filipina, makanya terlihat dari wajahnya kalau beliau orang asia. Beliau sangat ramah dan bersahabat selama penerbangan kami ke Dulles, beliau mengajakku berbincang mengenai Indonesia, menceritakan sedikit mengenai Amerika, San Fransisco, tentang Filipina, dan bahkan dia sampai mengeluarkan peta Amerika Serikat dan menunjukan kepadaku beberapa Negara bagian yang dia sarankan untuk dikunjungi dan obyek wisata apa saja yang bagus disana. Dia menyarankan kepadaku untuk mengunjungi Grand Canyon di Colorado, the sounds is good. Betapa baiknya bapak itu. AKu ditawari makan siang, dan beliau yang membayarkannya untuku, harganya sekitar 4 dolar. Makanan orang amerika semuanya buatan pabrik dan mengandung banyak zat kimia. Mungkin itu alasan kenapa orang amerika terlalu banyak mengidap penyakit.

Sampai di Dulles International Airport kami segera menuju tempat pengambilan barang dengan melihat petunjuk “Lugage Claim”. Bapak dari Filipina pun akan mengambil barang, sehingga kami bersama menuju ke tempat pengambilan barang. Di Dulles, sebagai Bandar udara internasional yang modern dan canggih, setiap penumpang diberikan pelayanan berupa kereat listrik otomatis hampir sama seperti di Changi Singapura. Untuk menuju tempat pengambilan luggage, kami harus menaiki kereta itu untuk berpindah ke terminal lainnya. Benar – benar sangat modern. Sebelum kami tiba di pengambilan barang, kami bertemu dengan kedelapan teman kami yang sudah tiba terlebih dahulu. Kami disambut dengan teriakan mereka, selain itu mereka juga sudah bersama dengan Cris director IIEF yang akan membantu kami selama kami di Amerika. Dia juga bersama dengan Khan, pria berwajah asia, dan beraksen china, sebagai asisten IIEF. Mereka sangat ramah dan baik. Kemudian kami mencari barang bawaan kami masing – masing.

Tidak lama setelah kami berkumpul semua, Amanda dan Tim, asisten dan director program di VTLCI (Virginia Tech Language and Culture Institute) datang dan menyapa kami. Mereka sangat ramah dan baik, mereka menyalami kami satu persatu, memperkenalkan diri, dan membuat beberapa joke untuk membuat suasana lebih cair dan menyenangkan. Orang amerika yang sudah aku kenal ini sangat menyenangkan. Amanda dan Tim, layaknya orang Barat kebanyakan, mempunyai tubuh yang tinggi besar. Aku taksir usia mereka sekitar 40 an tahun untuk Tim dan 35 an tahun untuk Amanda, aku tidak tahu pastinya. Sedikit lama mengobrol sana sini, Tim kemudian mengajak kami untuk sedikit relaks. Dia mengajak kami ke kafe untuk membeli kofi dan makanan kecil lainnya sambil ngobrol. Dari obrolan kami itulah aku bisa membayangkan suasana kampus VT dan kota Blacksburg. Setelah lama mengobrol, akhirnya Mbak Endah, pendamping perjalanan kami datang juga, dengan begitu sesegera mungkin kami menuju bus yang sudah menunggu kami diluar bandara Dulles. Kami membawa barang bawaan masing – masing, lalu aku buka pintu keluar bandara, dan woooo, dingin sekali..dingin yang luar biasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku lihat kota Washington dimalam hari, kota yang padat dengan gedung dan jalan raya, mobil mewah berseliweran dimana mana. Ini adalah ibu kota Amerika bung. Kami segera masuk kedlam bus krena semakin tidak kuat menahan dingin. Tidak lupa sebelumnya mengambil beberapa gambar dengan kamera.

Bus kami berjalan menjauh dari bandara, tujuan selanjutnya adalah Blacksburg Virginia. Aku semakin tidak percawa aku sekarang di Amerika. Amanda membagikan bungkusan makanan kepada kami, setelah aku buku isinya ada sandwich, apel, jus oranye, dan roti coklat. Rasa sandwich yang aku makan, sepertinya yang baru pertama kali ini, benar – benar aneh sehingga tidak kuasa aku untuk menghabiskannya. Disepanjang perjalanan kami bediskusi banyak hal, in English tentunya. Mulai sekarang kami harus membiasakan diri berbicara dengan bahasa inggris. Oke, bukan masasalah. Hanya perlu kebiasaan saja.

Mataku sudah sangat capek rasanya, berat, mulut kering, kaki sedikit semutan, mungkin karena aku sudah menempuh perjalanan melintasi benua yang sangat jauh. Jam 12 aku menyerah dari obrolanku dengan Ansar, temanku dari ITS. Aku tidur menyandari di kursi bus yang terus melaju tanpa aku tahu dimana sekarang dan kondisi jalannya seperti apa. Diluar sana gelap. Jam 01.30, kami berhenti di depan hotel yang akan kami tempati satu malam ini. Kamar hotel ini benar – benar mewah luar biasa, hotel airport Jakarta sekalipun kalah jauh. Aku mandi jam 2 malam, dan tidurrrr….hehe..Hari ini kami ada jadwal orientasi dan mengurus segala dokumen kelengkapan study kami di VTLCI.

Selasa, 15 Maret 2011

Finally, The Land of USA

Selasa, 15 Maret 2011

Bandar Udara “San Fransisco International Airport”
Finally, aku menginjakan kaki juga di tanah Amerika. Perasaan yang belum pernah terbayangkan bisa sampai di USA, woooo…..Saat mendengar pengumuman dari flight attendance bahwa kami akan segera tiba di San Fransisco, aku merasa sangat bahagia, aku buka penutup jendela disampingku, dan aku lihat gumpalan – gumpalan awan yang sangat indah. Awan ditas tanah Amerika, dan sekarang aku diatasnya. Sepanjang maneuver landing pesawat, mataku tidak pernah lepas memandang awan yang dan langit diluar pesawat. Amazing. Ditambah lagi, langit yang berwarna kemerahan akibat terkena sinar matahari pagi, so cool man.

Pesawat kemudian semakin mendekati daratan, saat pilot menggerakan pesawat untuk turun, makin terasa perut semakin sakit dan telinga berdenting – denting menahan tekanan udara yang entah kenapa bisa begitu. Aku tidak tahu. Perasaan yang sama setiap kali pesawat akan landing atau take off. Dan, akhirnya pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandar udara San Fransisco. Waktu setempat kalau tidak salah menunjukan pukul 08.30 pagi. Perlahan pesawat mendekat ke terminal pemberhentian. Kami keluar satu demi satu setelah mengemasi barang diatas cabin. Aku melewati lorong dingin yang menghubungkan pesawat dengan gedung bandara. Keluar dari lorong itu, kami berbelok ke kiri, disisi tembok sebelah kiri, kami melihat ada tulisan besar berwarna biru seperti logo facebook : welcome to san fransisco, tak pelak lagi kami langsung berlomba – lomba berfoto ria didepan tulisan itu. Mbak Endah meminta kami agar tidak terlalu banyak mengambil foto karena jam 10.00 sebagian dari kami harus segera terbang menuju ke Washington dulles.

Kami masuk ke imigrasi terlebih dahulu, nahhh disinilah aku mulai merasa agak deg-degan, karena bagi para pendatang non amerika, amerika adalah Negara yang sangat ketat menerapkan security chek kepada setiap orang yang akan masuk kedalam Negara itu. Negara besar yang terlalu paranoid. Kami membuat antrian didepan loket – loket imigrasi, model loket imigrasinya hampir sama seperti yang ada di bandara Soekarno Hatta, sedikit ada tambahan kaca yang memisahkan petugas dengan penumpang. Entah kenapa, petuas imigrasi itu terlihat sangar, tampak dari mukanya mereka sangat tidak bersahabat. Dengan baju hitam khas polisi amerika mereka menanyai teman- temanku satu demi satu. Aku lihat teman – temanku sedang bercakap – cakap dengan mereka, entah ditanyai tentang apa, yang jelas muka mereka sangat dingin.

Giliranku tiba, aku maju melewati garis pembatas antrian menuju loket, kalau tidak salah nomer 23. Dia menatapku dengan dingin, wajah bulat dan tubuh gendut hitamnya cukup mengerikan. Wajahnya mirip seperti penjahat – penjahat di film amerika, hehe. Aku menyerahkan passport dan DS-194 yang sudah aku pegang sejak tadi. Dengan tatapan dan mimic muka tetap dingin, dia menyuruhku untuk meletakan keempat jari kananku kecuali jempol diatas alat scanner, kemudian jempol kananku dan dilanjutkan dengan tangan kiriku. Dia memintaku untuk melepas kacamataku dan meletakan wajahku didepan kamera. Sebenarnya aku berharap dia akan bersikap lebih hangat kepadaku, yaa minimal bertanya kepadaku mau apa di USA, atau pertanyaan yang tampak bersahabat lainnya, namun ternyata ekspektasiku terlalu tinggi. Dia malah bertanya, “kamu bawa uang berapa?”, ya elah ini orang padahal dia sudah melihat kalau visa ku adalah visa J-1, visa untuk pelajar. Aneh ni orang, , ngapain coba pelajar bawa uang banyak – banyak, emang aku pengusaha.hahaha. Setelah dia memeriksa semua dokumen yang aku bawa sembari mencocokannya dengan layar monitor komputernya, dia mengucapkan “welcome to America”, aku jawab standar saja “thanks you sir”. Alhamdulilah kartu DS-194 nya disobek dan diserahkan kembali kepadaku, berarti aku tidak masuk ke secondary inspection. Agak lega sekarang. Keluar dari imigrasi ada petugas bandara yang mengarahkan kami melewati jalan menuju pengambilan luggage. Aku bertemu dengan teman – teman ku yang lain, kami saling membagi pengalaman di imigrasi tadi dan kadang tertawa kecil karenanya. Syukur, tidak ada seorang pun dari kami yang kena secondary inspection. Di tempat pengambilan barang aku berbincang sebentar dengan polisi wanita yang berasal dari Filipina, kebanyakan orang asia memang lebih ramah terutama jika bertemu orang asia lainnya. Aku lihat petugas bandara di San Fransisco berwajah asia, multi cultural sekali memang Negara amerika.

Aku masuk ke antrian security chek, disinilah custom clearance kami diminta, kemudian kami ditanya koper mana yang mengandung makanan. Setelah barang kami melewati alat pemindai, kami dipanggil untuk membuka koper yang kami bawa. Koperku dibuka oleh seorang petugas berwajah cina atau jepang, dia melihat ada satu kantong kresek berisi full mie instan. Dia membaca komposisi mie instan itu, kemudian bertanya kepadaku apakah ayam itu artinya chiken, aku jawab ia, kemudian dia menjelaskan kepadaku bahwa semua bahan yang mengandung chiken tidak diperbolehkan masuk disini. Ya sudah, aku ikhlaskan makananku itu diambil olehnya.

Beres di secury chek, aku berjalan menelusuri jalan menuju connecting flight bersama beberapa teman yang sudah selesai di periksa. Bandara san fransisco tampak bersih dan canggih seperti bandara internasional Negara maju lainnya. Barang bawaan kami dichek satu kali lagi sebelum koper kami hilang dimasukan kedalam lorong barang.
Singkat cerita, setelah menunggu cukup lama, kami akhirnya bisa masuk kedalam pesawat menuju ke Washington Dulles international Airport. Aku duduk bersama seorang bapak tua gendut dari Filipina yang sudah lama tinggal di San Fransisco.

Masih banyak cerita yang belum aku tulis, karena sudah saatnya bekerja kembali, aku harus sdikit menunda penyelesain tulisanku ini, to be continued...

Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    7 bulan yang lalu