Terimakasih untuk teman-teman alumni IELSP (Indonesia English Language Study Program) yang tergabung dalam organisasi alumni IAA (IELSP Alumni Association) karena telah memfasilitasi terbitnya buku kumpulan cerita perjalanan penerima beasiswa IESLP. Buku dengan judul "Melipat Batas" itu akhirnya terbit bulan September tahun lalu. Saya kebetulan mengirimkan cerita dan akhirnya turut dicetak bersama cerita-cerita lain dari teman-teman di buku tersebut. Salut dan bangga dengan kerja keras tim IAA hingga akhirnya buku tersebut terbit. Saya tidak bisa membantu banyak dalam penyusunan dan teknis penerbitan buku itu karena masih bertugas di Halmahera Selatan. Saya hanya kadang dihubungi untuk sesekali membetulkan dan mengirim data yang dibutuhkan oleh tim penyusun.
Meski bukan buku saya sendiri, tapi sudah cukup membuat saya bersuka cita karena ada tulisan saya disitu. Saya bercerita tentang bagaimana ramah dan teraturnya Kota Blacksburg, sebuah kota kecil tempat Virginia Tech University berada. Dan cerita itu akhirnya terkumpul bersama cerita yang lain menjadi sebuah buku "Melipat Batas". Itu adalah tulisan pertama saya di sebuah buku. Bisa saya katakan, itu adalah buku pertama saya di usia 25 tahun.
Saya (kedua dari kanan) ditengah-tengah penulis buku Melipat Batas, @America Pacific Place, Jakarta |
Foto bersama pengurus IAA (IELSP Alumni Association) |
Ngomong-ngomong tentang usia, saya kini sudah 25. Woow 1/4 abad lho!. Apa yang sudah saya lakukan 5 tahun terakhir ini?. Rasanya masih sangat kurang, dan belum cukup ada hal yang bisa dibanggakan. Tapi, tetap lah Alhamdulillah. 5 tahun kedepan, sampai usia saya 30 (semoga) ada hal menyenangkan lain yang bisa diceritakan ke anak cucu.
Well. Suatu kebetulan yang melegakan juga bahwa acara bedah buku tersebut dilaksanakan di bulan Maret 2014. Secara saya sudah kembali ke Pulau Jawa, bahkan kini tinggal di Jakarta, sehingga dengan sangat berbahagia saya bisa datang ke acara bedah buku Melipat Batas. Dengan mengabaikan konspirasi hati (hahaha) yang sedang terjadi didalam diri saya, akhirnya saya datang ke acara itu. Bahkan, secara tidak disengaja, sehari sebelum acara, Ansar ketua IAA sms saya meminta saya menjadi salah satu pembicara untuk menggantikan pembicara yang tidak bisa datang.
Beginilah nasib seorang pengganti. Tidak ada yang lain, akhirnya saya dililih dan saya pun meng-iya-kan. Tapi ini jadi pengganti yang bermanfaat. Sudah lama rasanya saya tidak berbicara didepan umum menjadi narasumber acara seperti ini. Di sela-sela pikiran saya, berharap kesempatan yang cuma sebentar itu mampu kembali memulihkan pikiran waras saya dan tentunya menumbuhkan kepercayaan diri yang dulu sempat runtuh perlahan-lahan.
Itu juga menjadi penampilan pertama saya di depan umum untuk menjadi narasumber setelah beberapa bulan lamanya, terutama semenjak saya pulang ke Pulau Jawa.
Hufftt...meski rasanya masih terasa berat, tapi mimpi-mimpi yang dulu pernah saya pikirkan harus kembali saya munculkan. Harus dipaksa. Agar hidup saya kembali normal seperti dulu. Setelah membaca beberapa artikel tentang gangguan psikologi, saya berkesimpulan bahwa gangguan psikologis yang saya alami ini berasal dari dalam pikiran saya sendiri dan diakibatkan oleh saya sendiri. Tidak ada yang lain. Faktor eksternal menjadi pendukung, faktor utama berasal dari dalam. Mau tidak mau saya harus memaksa diri agar kehidupan saya kembali seperti dulu. Positif, optimistis, visioner, dan open minded. Saya pasti bisa!
Saya harus memulai pelan-pelan. Dan memikirkan setiap hari, bahwa apa yang saya pikirkan akan berimbas pada kondisi psikologis saya. Berpikir positif, maka perilaku positif, dan kesehatan pun positif.
Di acara itu saya bertemu pula dengan beberapa teman seangkatan program IESLP. Saya baru bertemu mereka semenjak terakhir kami bertemu selesai program, Mei 2011. Sudah hampir 3 tahun kami tidak bertemu. Kesan pertama yang mereka katakan adalah bahwa, semuanya kompak, "Panca, kamu kurus sekali". Mereka bukan orang pertama yang mengatakan itu. Bahkan ketika selesai acara, saya bertemu dengan salah satu officer IIEF (Indonesia International Education Foundation) dan langsung berkata "Panca, kamu kurus banget". Woww....sebegitu kurus kah saya sekarang?.
Bolak-balik saya timbang badan saya dirumah dan angka timbangan tidak pernah lebih dari 60 kg. Secara ukuran berat, saya rasa tidak terlalu jauh saya menurun. Dulu juga segitu, tidak jauh berbeda. Tapi kata teman-teman, pipi saya nampak lebih kempot dibanding dulu. Bernakah?.
Well, dari riset kecil-kecilan saya, benar juga bahwa stress dan depresi mengakibatkan menurunnya berat badan. Mungkin ada korelasinya dengan kondisi saya sekarang.
Baiklah, saya akan kembali memunculkan mimpi saya. Semoga saya bisa menerbitkan buku saya sendiri kelak. Dan menjadi narasumber tunggal sebuah acara. Amin. I am who i am, no one can change me.
Itu juga menjadi penampilan pertama saya di depan umum untuk menjadi narasumber setelah beberapa bulan lamanya, terutama semenjak saya pulang ke Pulau Jawa.
Hufftt...meski rasanya masih terasa berat, tapi mimpi-mimpi yang dulu pernah saya pikirkan harus kembali saya munculkan. Harus dipaksa. Agar hidup saya kembali normal seperti dulu. Setelah membaca beberapa artikel tentang gangguan psikologi, saya berkesimpulan bahwa gangguan psikologis yang saya alami ini berasal dari dalam pikiran saya sendiri dan diakibatkan oleh saya sendiri. Tidak ada yang lain. Faktor eksternal menjadi pendukung, faktor utama berasal dari dalam. Mau tidak mau saya harus memaksa diri agar kehidupan saya kembali seperti dulu. Positif, optimistis, visioner, dan open minded. Saya pasti bisa!
Saya harus memulai pelan-pelan. Dan memikirkan setiap hari, bahwa apa yang saya pikirkan akan berimbas pada kondisi psikologis saya. Berpikir positif, maka perilaku positif, dan kesehatan pun positif.
Di acara itu saya bertemu pula dengan beberapa teman seangkatan program IESLP. Saya baru bertemu mereka semenjak terakhir kami bertemu selesai program, Mei 2011. Sudah hampir 3 tahun kami tidak bertemu. Kesan pertama yang mereka katakan adalah bahwa, semuanya kompak, "Panca, kamu kurus sekali". Mereka bukan orang pertama yang mengatakan itu. Bahkan ketika selesai acara, saya bertemu dengan salah satu officer IIEF (Indonesia International Education Foundation) dan langsung berkata "Panca, kamu kurus banget". Woww....sebegitu kurus kah saya sekarang?.
Bolak-balik saya timbang badan saya dirumah dan angka timbangan tidak pernah lebih dari 60 kg. Secara ukuran berat, saya rasa tidak terlalu jauh saya menurun. Dulu juga segitu, tidak jauh berbeda. Tapi kata teman-teman, pipi saya nampak lebih kempot dibanding dulu. Bernakah?.
Well, dari riset kecil-kecilan saya, benar juga bahwa stress dan depresi mengakibatkan menurunnya berat badan. Mungkin ada korelasinya dengan kondisi saya sekarang.
Baiklah, saya akan kembali memunculkan mimpi saya. Semoga saya bisa menerbitkan buku saya sendiri kelak. Dan menjadi narasumber tunggal sebuah acara. Amin. I am who i am, no one can change me.
-Catatan Perjalanan Hidup-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar