Every journey always begins with one step, Semua perjalanan bermula dari satu langkah kaki ....

Selasa, 31 Mei 2011

IESLP, Beasiswa Kuliah Gratis di Amerika Serikat

Belajar di Amerika dan tinggal disana???mungkin hal ini adalah impian mayoritas mahasiswa di seluruh Indonesia. Gratis pula, siapa si yang gak mau?Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan mengejar beasiswa IELSP. Beasiswa IELSP atau kependekan dari Indonesian English Language Study Program adalah beasiswa yang sepertinya sangat populer dan terkenal di kalangan mahasiswa S1 di Indonesia. Bagaimana tidak, beasiswa ini benar-benar memberikan segala fasilitas yang sangat mencukupi bahkan berlebih kepada mahasiswa yang berhasil mendapatkan beasiswa ini. Semuanya fasilitas dan akomodasi gratis. Sehingga, tidak mengherankan ribuan mahasiswa setiap tahunnya saling"berebut" untuk mendapatkan beasiswa ini. Saya akan mencoba menceritakan tentang seluk beluk beasiswa ini. So, chek it out guys.

Apa si beasiswa IELSP?
Beasiswa (Indonesia English Language Study Program) adalah beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa undergraduate di seluruh Indonesia untuk belajar bahasa Inggris secara intensif di universitas-universitas ternama di Amerika Serikat selama kurang lebih 8 minggu. Beasiswa ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris pesertanya, karena nantinya peserta akan mengikuti kelas bahasa Inggris selama berada di Amerika. Selain belajar bahasa Inggris peserta juga akan semakin mengenal kebudayaan masyarakat Amerika, karena peserta akan hidup dan tinggal di lingkungan orang Amerika dalam waktu cukup lama. Beasiswa ini disponsori oleh US Department of State dan dikelola oleh IIE (Institute of International Education) yang berpusat di New York City, sedangkan di Indonesia di kelola atau di-organize oleh IIEF (The Indonesian International Education Foundation) di Jakarta, sebuah lembaga yang membantu penyaluran beasiswa internasional kepada masyarakat Indonesia.

Siapa saja yang bisa mendaftar beasiswa ini?
Beasiswa IELSP hanya diberikan kepada mahasiswa S1 (undergraduate) Indonesia yang masih menempuh studinya di perguruan tinggi minimal di tahun ketiganya (atau minimal semester 5). Beasiswa ini tidak mensyratakan background jurusan, jadi semua jurusan bisa mendaftar dan bisa diterima dalam program ini. Selain itu, pelamar wajib memiliki score TOEFL ITP minimal 450. Adapun persyaratan pelamar program ini yang saya ambil dari website IIEF, secara rinci adalah sebagai berikut:

>>Peserta harus berumur 19 – 24 tahun
>>Aktif sebagai mahasiswa S1 minimal tahun ketiga (semester 5 ke atas) di perguruan tinggi mana pun di seluruh Indonesia dan belum dinyatakan lulus atau sedang menempuh sidang kelulusan.
>>Peserta harus berkemampuan Bahasa Inggris yang baik dengan nilai TOEFL® International atau TOEFL® ITP minimal 450 (bukan Prediction Test)
>>Yang bersangkutan juga harus memiliki prestasi akademik yang baik
>>Aktif dalam berbagai kegiatan atau organisasi
>>Memiliki komitmen penuh untuk segera kembali ke tanah air segera setelah program ini selesai
>>Tidak memiliki pengalaman belajar di Amerika Serikat atau negara lain selain Indonesia
>>Memiliki sifat-sifat: aktif, mandiri, bertanggung jawab, percaya diri dan berpikiran luas serta menguasai komputer

Beberapa point diatas adalah syarat diterimanya seorang mahasiswa di program tersebut. Semakin lengkap kompetensi seorang mahasiswa yang mendaftar program ini, maka semakin besar peluang mahasiswa tersebut untuk diterima. Semuan syarat dokumen yang harus diminta dapat dilihat di wesite IIEF.

Proses seleksi
Seperti program beasiswa lain pada umumnya, proses seleksi calon peserta program secara garis besar dapat saya sederhanakan menjadi 2 tahap, adalah 1)tahap seleksi berkas (formulir) dan 2) interview. Semua persyaratan yang diminta di formulir pendaftaran harus dilengkapi, jangan sampai ada yang tercecerah atau bahkan terlupa. Semuan bentuk dokument yang diminta harus disertakan bersamaan dengan formulir pendaftaran yang sudah diiisi dengan lengkap. Kelengkapan berkas pendaftaran adalah kunci pertama bagai pelamar agar lolos tahap interview. Jangan lupa sertakan semua sertifikat kegiatan atau penghargaan, yang pernah kamu ikuti. Jika berkas lamaran kamu diterima, menurut pengalaman saya, setelah 2 minggu deadline pengiriman berkas, kamu akan diteflon oleh IIEF Jakarta yang menginformasikan bahwa kamu masuk tahap interview. Biasanya interview akan dilaksanakan satu minggu setelah kamu ditelfon. Nah, ditahap interview ini, pelamar di bagi berdasarkan regional dimana universitas mereka berada. Pengalaman saya, interview untuk pelamar dari daerah Semarang dan sekitarnya dilaksanakan di Universitas Katolik Sugijapranata, dengan peserta interview dari universitas di Semarang dan sekitarnya, seperti UNDIP, UNNES, UNISSULA, IAIN Walisongo Semarang, STAIN Salatiga, UKSW, dan Universitas Pancasila Tegal. Jumlah mahasiswa di regional Semarang yang lolos interview cohort 8 akhir tahun 2010 yang lalu, kurang lebih ada 63 orang. Yang diterima di cohort 8 dari regional Semarang kalau tidak salah ada7 orang, UNDIP 1 orang, STAIN Salatiga 3 orang, dan IAIN Walisongo 1 orang, UP Tegal 2 orang. Tentu saja interview menggunakan bahasa Inggris. Beberapa hal yang sering ditanyakan saat interview:

>> Latar belakang keluarga
>> Aktifitas dikampus (organisasi, wirausaha, dll)
>> Prestasi
>> Pendapat mengenai permasalahan Indonesia dan kontribusi apa yang telah dilakukan
>> dan beberapa pertanyaan lain seputar dirimu yang tercantum di application form

Interview umunya paling hanya 10-15 menit dan sebenarnya interview ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat karakteristik pelamar serta untuk mengkonfirmasi data/informasi yang ada diberkas pendaftaran. Jangan khawatir dengan interview, karena pertanyaan yang ditanyakan tidak akan melebar kemana-mana jika kamu jujur mengisi application form kamu.

Jumlah peserta yang diterima dari seluruh Indonesia setiap tahunnya (sepertinya) berbeda-beda. Di cohort 8, ada 72 orang yang diterima dari seluruh Indonesia, dan ditempatkan di 4 universitas berbeda di Amerika. Jadi masing-masing universitas ada kurang lebih 18 orang peserta. Peserta yang diterima dalam program ini, menurut pengamaan saya, adalah mahasiswa yang mempunyai keunikan dan keunggulan sendiri-sendiri. Ada yang aktifis kampus, wirausahawan, akadamisi, dan beprestasi di bidang tulis menulis.

Waktu pendaftaran

Setahu saya, beasiswa IELSP dibuka dua kali selama satu tahun. Deadline pengumpulan berkas biasanya di bulan Januari dan Oktober. Pelamar di bulan Januari akan berangkat ke Amerika sekitar bulan Mei-Juni, sedangkan pelamar yang diterima di bulan Oktober akan berangkat ke US bulan April-Maret.

Aktifitas apa saja yang dilakukan selama di USA
Kegiatan utama peserta beasiswa ini setelah tiba di universitas masing-masing di US adalah mengikuti kuliah bahasa inggris di lembaga bahasa dan kebudayaan yang dimiliki univeritas setempat. Dari hari senin s.d. jumat peserta diwajibkan untuk mengikuti kelas bahasa Inggris yang meliputi grammar, speaking, listening, reading, writing, dan elective class. Seperti kursus bahasa inggris di Indonesia, materi-materi yang disampaikan pun hampir sama. Didalam kelas, peserta akan bergabung dengan mahasiswa dari seluruh dunia yang sedang dan akan melanjutkan pendidikan ke universitas di US. Lembaga bahasa tersebut bertugas untuk membantu mahasiswa internasional untuk mendalami bahasa inggris hingga calon mahasiswa mencapai syarat TOEFL minimu (550). Selesai kuliah, umumnya jam 01 pm, penerima beasiswa IELSP bisa jalan-jalan kemanapun mereka mau asalkan masih di kota yang mereka tinggali. Setibanya di US, di hari pertama, peserta akan diberi tahu hak dan kewajibannya, peraturan-peraturan tinggal di US, membuat account bank, asuransi kesehatan, dan semuanya. Tidak usah khawatir dengan uang dan akomodasi, karena semuanya sudah di-cover oleh penyandang dana. Kita hanya cukup membawa keperluan pribadi saja, dan jangan worry tentang uang. Hehe.

Selain kuliah, diakhir pekan, biasanya pihak universitas akan telah membuat jadwal kegiatan buat penerima beasiswa. Banyak kegiatan yang dilakukan setiap akhir pekan, jalan-jalan, mengunjungi tempat wisata, museum, bermain olahraga, menonton pertandingan oralahraga, dan masih banyak lagi. Kamu bisa mengeksplor banyak hal yang ingin kamu tahu. Ada program budaya selama program ini berlangsung, seperti tampil diacara pentas budaya internasional, atau kamu bisa membuat sendiri festival khusus kebudayaan Indonesia. Kamu bisa membawa barang atau pakaian daerah khas Indonesia untuk dipamerkan dan dipertontonkan disana. Pokoknya, seru abis. Kamu juga bisa pergi dan bermain dengan teman amerika yang kamu kenal, atau pergi ke suatu tempat dengan keluarga amerika kamu. Atau kamu juga bisa berkunjung ke rumah orang Indonesia yang tinggal disana. Banyak pengalaman yang akan kamu dapatkan dengan mengikuti beasisawa ini. Kamu juga bisa berkunjung dan bahkan mengikuti seminar atau kelas yang sesuai dengan jurusan dan minat kamu di univeritas tempat kamu belajar. Contohnya saya, saya mengikuti kegiatan di laboratorium Aquaculture di Virginia Tech Uniersity, mengikuti kuliah dan seminar tentang Perikanan di jurusan Fisheries and Wild Nature. Jangan biarkan sedetik berlalu tanpa pengalaman berharga selama kamu di US. Kamu juga bisa menghabiskan waktu kamu di Perpustakaan super lengkap dan nyaman di kampus kamu, atau sekdar jalan-jalan menggunakan bus gratis mengelilingi kota. Atau bermain basket, berenang, voli, gym, di arena olahraga kampus kamu dengan gratis, cukup menunjukan kartu mahasiswa kamu.

Sekali lagi, kamu tidak usah khawatir tentang biaya hidup dan akomodasi selama di sana, semua sudah ditanggung, IELSP adalah beasiswa penuh. Kamu hanya cukup membuat passport dengan biaya sendiri, dan membeli dengan uang sendiri keperluan pribadi kamu.

Ayo semuanya daftar beasiswa ini, mumpung masih muda (hehe). Jika kamu ingin mendaftar beasiswa ini, selalu pantengin website IIEF di:

Informasi terkait dapat dilihat di artikel berikut: Apa yang Seharusnya Anda Punya Agar Diterima dalam Program ke LN


Oleh:
Panca Dias Purnomo
Alumni IELSP Cohort 8
Virginia Tech University, Blacksburg, USA

Key words: Indonesia English Language Study Program (IELSP), beasiswa, student exchange, Kuliah gratis di USA

Senin, 30 Mei 2011

Cerita di Ujung Dermaga

Matahari mulai menyentuh ujung garis di ufuk barat. Menyentuh ujung cakrawala. Semburat merahnya bersinar indah menerangi temaram sore itu. Air laut bergemericik mengombak perlahan diwarnai dengan indahnya semburat cahaya merah diatas. Bagaikan lukisan indah sang maestro langit yang tertumpah di lautan lepas. Pantai sudah sepi dengan aktivitas manusia, para nelayan sudah pulang untuk mempersiapkan pelayaran esok harinya. Hanya tersisa deretan kapal-kapal ukuran sedang yang sedang ditambat di pinggiran dermaga. Pantai nan indah di sore hari. Dermaga yang sepi, hanya bisikan gemericik air laut membentur pelan pinggiran pasir pantai. Siapa sangka, ada dua suara hati yang kencangnya melebihi suara gemericik air laut sore itu, jika suara hati mereka bisa terdengar.

Seorang pemuda berdiri di pinggir dermaga, menatap kosong ke arah pantai yang airnya berwarna kemerahan karena mentari sore. Ia sedang tidak menatap apa-apa sebenarnya, ia hanya sedang terfokus pada suara wanita yang berdiri dua meter dibelakang dari tempatnya ia berdiri. Wanita berkerudung biru muda, parasnya putih, cantik, proporsional dengan balutan baju putih dan rok berwarna krem bermotif. Sambil sesekali ia membetulkan kerudungnya, gadis itu menguatkan diri untuk menyapa sang pemuda yang berdiri membelakanginya. Ia menguatkan pegangan di kedua tangannya, suaranya masih tertahan untuk mengucap kalimat kepada si pemuda.

"Ehhh.......ehmm..." awalnya hanya suara lirih penuh keraguan yang bisa muncul dari mulut gadis berwajah cantik itu. Sang Pemuda tetap diam, tak bergeming, berpura-pura tidak mendengar suara apapun.

"Ehmm....kenapa kamu pergi tidak berpamitan dengan kami (ahh, kenapa ingin bilang aku susah sekali), kamu pergi begitu saja....bahkan pesan pun tidak ada. Kami (hufft, lagi-lagi susah menyebut aku) sangat mengkhawatirkanmu. Kami sangat membutuhkan bantuan kamu, semuanya membutuhkanmu. Kamu pergi begitu saja, membuat kami (aku maksudnya) bertanya, apakah ada kesalahan atau permasalahan besar yang terjadi. Kamu tau, apa yang sudah terjadi selama kamu pergi?, semuanya berubah sejak kamu pergi, semuanya memburuk........aku pun tidak tahu harus bagaimana". Gadis itu menyudahi kalimatnya dengan helaan nafas pendek, mencoba agar helaan nafasnya tidak terdengar oleh sang pemuda. Pemuda di pinggir dermaga itu masih saja diam.

Rambut pemuda itu sesekali bergoyang-goyang ditiup angin pantai. Masih diam menatap ujung lautan. Ia mendengar semua yang gadis itu ucapkan kepadanya, namun ia mencoba untuk tetap diam sembari terus menatap kosong lautan lepas diujung mata. Ingin menjawab namun tidak bisa, ingin selalu diam, namun gemuruh didalam hatinya semakin lama tidak kuasa ia kendalikan. Ada semacam kegelisahan yang entah apa artinya, sang pemuda tidak bisa mentercemahkan.

"Kami (ahh, aku maksudnya) selalu mendoakanmu semoga kamu selalu dalam lindungan-Nya. ehhhhhffftttt.....Aku (akhirnya aku) bersyukur melihatmu kembali kesini", sambil menahan nafas pelan, membetulkan kerudung biru mudanya, gadis cantik itu melanjutkan kembali. "Jika, eeee....kami mempunyai salah, tolong maafkan. Kamu tahu...." agak tertahan cukup lama, sambil menguatkan hati sembari memegang kedua tangannya sendiri, ia berusaha melanjutkan "aku mengharapkanmu kembali". Wajah gadis itu seketika menunduk, menatap alas semen dermaga yang sudah koyak. Menahan wajah yang mulai memerah.

Ada perasaan gemuruh tak terperi didalam diri pemuda itu. Saat ini, ia sedang berdiri membelakangi wanita yang selama beberapa tahun yang lalu, telah mengisi relung hatinya yang terdalam. Mencoba menyembunyikannya agar tidak ada seorangpun yang tahu perasaannya tidak terkecuali si gadis itu. Meski tidak dapat dibohongi perhatiannya kepada gadis itu melebihi siapapun, dan mungkin itu pula yang dirasakan oleh gadis berkerudung itu. Ia telah lama mencoba mengubur rasa itu, menguburnya dalam-dalam dari relung hatinya. Makin lama ia tersadar bahwa mengharapkan gadis itu, ibarat merindukan rembulan jatuh di siang hari. Selama itu, sang gadis hanya diam, tidak pernah memberikan kata atau penjelasan apapun kepadanya meski ia telah mencoba menunjukan hatinya melalui perhatiannya. Bahkan pemuda itu sering mengharap sang gadis akan menjadi teman sejatinya. Mengharap dalam diam adalah cara bunuh diri yang paling menyakitkan di seluruh dunia. Hatinya terus teriris oleh diam yang mengisi penantiannya. Iya, selama itu, sang gadis hanya diam. Bayang-bayang sang gadis masih menghantui isi hatinya meski ia berusaha menghapusnya. Sekarang, gadis itu datang, tepat dibelakangnya.

"Emmm....."
dengungan suara tertahan keluar dari mulut sang pemuda. Membuat sanga gadis mendongakan kepala melihat kearah sang pemuda. Dengan penuh keberanian, kebulatan tekad, ia memberanikan diri. Si pemuda membalikan badannya, dan tanpa menatap sang gadis ia berucap "maafkan aku".

Wajah gadis itu nampak agak kemerahan. Sang pemuda masih menunduk, menahan gejolak didalam hatinya. Kemudian perlahan ia mulai menatap ke arah sanga gadis yang berdiri beberapa meter didepannya. Menatap kerudung sang gadis yang sesekali membetulkan letak kerudung birunya. Waktu ibarat berhenti saat itu, angin berhenti bertiup, suara gemericik air laut senyap, dan bagaikan sebuah film, semuanya berhenti dalam mode pause. Bahkan, sang pemuda dapat dengan jelas mendengar dentuman suara jantungnya yang semakin cepat.

"Aku tidak pernah tahu apa yang kamu pikirkan sampai sekarang, kamu tidak pernah memberitahukannya kepadaku. Aku tidak pernah tahu."

Ia mencoba menguatkan setiap kata yang ia ucapkan, agar tidak terdengar bahwa sebenarnya ia sangat malu dan grogi mengatakan hal ini. Rasa didalam hatinya masih saja bergemuruh, ia sekuat tenaga untuk mengendalikannya. Sesekali ia melihat wajah gadis itu. Masih cantik seperti dulu, kerudungnya masih saja sangat serasi dengannya, damai seperti biasanya, seperti dulu saat ia sering berjumpa dan berdiskusi bersama. Namun, setelah waktu berjalan, kemudian ia pikir, semuanya itu hanya sebatas sejarah biasa didalam kisah perjalanan hidupnya. Menanti dalam diam, bagaikan tetesan air garam diatas luka. Semakin perih rasanya. Siapa yang bisa menahan luka seperti itu?tak kuat rasanya pemuda itu menahannya, hingga ia putuskan untuk pergi. Lepas dari luka perih itu.

Sang gadis berusaha membetulkan letak berdirinya, menunduk, kemudian melihat kosong ke ujung pantai. Sengaja ia tidak melihat ke arah sang pemuda secara langsung. Ia berkata sambil melihat ke arah pantai disebelah kiri. Tidak kuasa ia memandang langsung wajah sang pemuda.

"Maafkan aku. Mau kah kamu melupakan masa lalu?"

Detak jantung sang pemuda semakin kencang. Ternyata hatinya yang terdalam tidak bisa ia sembunyikan dan bohongi. Ia bertanya-tanya, apa makna kalimat si gadis itu baru saja?. Ia semakin tidak bisa mencerna apa arti kata-kata si gadis itu. Ia menunduk sebentar, menanti penjelasan dari sang gadis. Ia tidak akan pernah menerka sendiri arti kata sang gadis, tidak akan sampai ia menjelaskannya sendiri.

Cerita di ujung dermaga

By Panca DP



Cerpen: Mata itu adalah Kekuatanku.

Entah sudah berapa kali aku pulang ke kampung halamanku, sebuah desa kecil yang cukup jauh dari pusat pemerintahan. Tak terhitung sejak aku memutuskan untuk merantau menuntut ilmu di ibu kota provinsi. Jalan yang aku lalui masih tetap sama, belum ada perubahan sejak aku pertama kali melewati jalan ini. Aku lebih suka duduk di dekat jendela kaca, menolehkan kepala sembari memandang berbagai realita kehidupan di sepanjang jalan. Ya, aku suka melihat deretan pohon berjajar rapi, hijau, dan menyejukan. Bukit hijau nan jauh disana bak lukisan asli Sang Pencipta yang menghiasi bumi ini. Sesekali, deretan warung dari kayu berjajar di pinggir jalan yang aku lalui. Masih sama seperti dulu, hijau, coklat, dan putih.....tergambar di pikiranku. Tergambar akan kisah rantauku di ujung kota itu. Melihat dibalik kaca bus, membawaku seolah-olah sedang berada didalam bioskop, memandang layar lebar dengan gambarnya yang silih berganti. Potongan cerita kehidupan yang berkelebat muncul dari dalam otakku.

Bus berhenti di tempat aku seperti biasanya berhenti. Aku bergegas turun kemudian berjalan menuju minimarket di ujung belokan jalan besar ini. Disekelilingku pun masih sama, toko-toko, bangunan, pedagang makanan di pinggir jalan, becak-becak di pinggir jalan, angkot, semuanya tidak ada perubahan. Matahari sudah diujung barat. "Pak, aku sudah sampek, di depan Alfamart, MTS" aku menelepon Bapakku, meminta beliau untuk menjemputku di tempat biasa. Beliau masih dirumah, bersiap untuk berangkat saat menerima telfon dariku. Aku memang lebih sering meminta orang tuaku untuk menjemputku dibandingkan naik angkot ke desa tempat tinggalku. Karena seringnya, aku sampai di kabupatenku sore atau malam hari, angkutan umum menuju desaku biasanya sudah agak sulit ditemui saat hari menjelang maghrib.

Dengan dibonceng motor Bapakku, aku sekali lagi melihat potongan-potongan memori masa lalu silih berganti berputar seperti film dibisokop. Masih sama, sejak aku kecil. Tidak ada yang berubah. Begitulah kota kecilku ini, masih sama, dan mungkin akan selalu begitu. "Ono perbaikan jalan, jembatan deket desa lagi diperbaiki, macet, dowo banget. Jadi agak lama". Suara Bapakku dari depan membuka perbincangan. Cuma “ooh” didalam hatiku. "Lho kok jalanne ditutup to ki Pak?ada apa?"aku bertanya seketika Bapakku tidak melewati jalan seperti biasanya. "Ono lomba balapan motor tadi siang" beliau menjawab. Hanya "ooh" lagi didalam hatiku, karena tidak lagi heran mendengar jawaban Bapakku, sudah sangat sering jalan di sekitar alun-alun kota dibuat lomba balap motor. Seketika terbersit dikepalaku masuk kemana uang penyelenggaraan lomba itu ya. Kok, masih sama saja kondisi Kabupatennku ini ya, malah banyak jalan yang sudah mulai terlihat tidak baik lagi. Jalan menuju desa ku pun masih tetap sama. Ternyata benar kata Bapakku, deretan kendaraan mengantri panjang menunggu giliran lewat diatas jembatan yang masih diperbaiki. Ini adalah pemandangan yang berbeda. Aku masih sangat hafal, jalan membelok kerumah tempat tinggalku. Jalan masuk yang cukup panjang, lagi-lagi pemandangannya masih sama. Kami berbelok masuk kedalam jalan desa. Deretan rumah yang tidak terlalu rapat, jembatan, sawah, gedung bekas sekolah SD ku dulu (SD tempat aku bersekolah dulu sudah tidak ada lagi, sudah digabung dengan SD dipinggir jalan besar, hanya tersisa gedung tua tak terurus), jalan penuh batu yang belum diaspal, rimbunan pohon, jalan tanah, dan akhirnya rumah bercat putih yang menghadap ke selatan. Masih sama, ini lah rumah keluargaku, rumah sejuta kenangan.

Aku habiskan masa kecilku di rumah ini, halaman luas didepan dan samping rumahku menjadi saksi masa kecil ku yang nakal dulu. Bermain tanah, berlari-larian dibawah hujan, bermain bola dan perang-perangan dengan teman semasa kecil, dan juga tempat aku sering dimarahi oleh Bapakku dan Mamakku. Aku memang termasuk anak yang nakal, sering membuat jengkel orangtua dan kakak-kakakku. Aku juga anak yang tidak begitu rajin, malas, dan jarang membantu pekerjaan orang tua. Orang tuaku sering sekali marah-marah untuk yang satu ini, aku enggan untuk diajak kesawah, enggan menyapu halaman, enggan mencuci piring, dan enggan untuk sekedar mencuci bajuku sendiri, apalagi membantu memasak di dapur. Jangan harap dulu aku mau melakukannya. Aku hanya suka bermain dan menonton televisi. Hanya sesekali, aku membantu pekerjaan orang tua dan kakakku, itu pun jika sedang mau saja. Karena itulah dulu aku sering sekali dimarahi dengan membandingkan aku dengan teman semasa kecilku dulu yang lebih rajin. "Tu, liat si temenmu itu lho, tiap hari ke sawah, mbantu orang tua" aku ingat betul kalimat ini. Membantu pekerjaan orang tua di sawah sepertinya sudah menjadi parameter di lingkungan desaku untuk menilai apakah anak rajin atau tidak. Mayoritas penduduk desaku memang petani sawah, hidup sederhana, layaknya petani pada umumnya. Meskipun dari sisi rajin tidaknya membantu orang tua aku kalah dibandingkan teman-temanku, aku masih punya satu kelebihan dibandingkan mereka. Aku selalu rangking 1 di SD, meski hanya 9 orang muridnya, hehe. Lulus dengan NEM terbaik di SD ku dan berhasil diterima di SMP terfavorit di kabupatenku, ya aku satu-satunya anak dari dusunku yang sekolah di kota. Temanku yang lain melanjutkan di SMP negeri yang ada didesa kami.

Wajah yang amat kurindukan, wajah yang penuh dengan kedamaian, meski belakangan beberapa tahun ini aku lihat wajahnya tidak sesehat dulu, dia lah Ibuku, Mamakku, wanita yang telah melahirkan dan merawatku denga penuh kasih dan sayang. Ia menyambutku di depan pintu, kukecup tangannya dan kedua pipinya. Senyum mengembang dari bibirnya, kerut wajah itu semakin jelas, tangannya makin kurus, uban dirambutnya semakin banyak. Mamakku yang hanya bersekolah sampai kelas 2 SD itu lalu masuk kedalam rumah menemaniku, sembari menawarkan segelas air minum. "Berangkat jam berapa tadi dari Semarang?" pertanyaan standar yang sering Mamakku tanyakan setiap kali aku pulang. Sembari meletakan tas aku jawab "jam 2 tadi siang". Aku sangat salut dan bangga kepada Mamakku, meskipun bersekolah hanya sampai kelas 2 SD karena tidak diperbolehkan oleh Ibunya, beliau mempunyai semangat kerja yang sangat luar biasa. Beliau tipe wanita yang tidak bisa diam, apapun pasti akan dikerjakannya. Aku sering bercerita tentang kuliah dan kegiatanku, dan sesering itu pula, Mamakku sering bertanya banyak hal yang justru menggambarkan bahwa beliau tidak mengerti dengan penjelasanku. Namun demikian, motivasi dan dukungan kepada anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah sungguh sangat luar biasa. Beliau selalu bilang “Biar mamak aja yang gak sekolah, kalian semua harus sekolah kalau bisa sampai setinggi-tingginya”.

Rumahku masih sama seperti saat pertama kali aku bisa mengingat isinya. Sama seperti saat aku kecil dulu, hanya beberapa benda yang posisinya berbeda. Tidak ada benda baru didalamnya, kecuali mungkin hanya kulkas, televisi, dan DVD player itu. Gedhek (papan dari bambu) yang membatasi kamar satu dengan yang lainnya masih terpasang sama seperti saat aku kecil dulu. Gedheknya masih kelihatan kokoh. Lantai dari semen dan ubin yang masih sama seperti dulu. Posisi tempat duduk diruang depan sedikit berubah. Kursi bambu yang dulunya masih bagus dan kokoh mulai terlihat keropos dan agak lapuk. Satu-satunya lemari besar diruang depan terlihat sangat berdebu dan banyak bagian dalamnya yang terlepas. Lemari itu tidak lagi seindah dan sebersih dulu. Perasaanku, ruang depan ini jadi lebih berdebu. Ahh, mungkin sudah tidak banyak aktifitas diruang depan ini sekarang dibandingkan saat aku kecil dulu. Aku bermain apa saja diruangan ini, sekarang hanya kedua orang tua dan adikku yang menempati rumah ini. Mungkin mereka tidak lagi sering berada di ruang depan. Kami memang lebih banyak mengobrol diruang makan sekaligus melihat televisi. Rumahku tipikal rumah didesa, sederhana dan apa adanya. Aku habiskan waktu semalam ini bersama kedua orangtuaku, setidaknya sampai besok siang hingga aku siap kembali ke ibu kota provinsi. Aku semakin merasa, harapan besar mereka ada dipundaku. Kasih sayang mereka, perhatian mereka terlukis jelas diantara kedua mata mereka. Orang tuaku, merekalah alasan ku untuk terus maju. Aku ingin terus membahagiakan mereka, beriku kesempatan ya ALLAH.

"Pak, Mak, aku mau balik ke Semararng siang ini" sembari mulai mengemasi barang bawaanku. "Oh, yo, wes mangan durung?" Mamakku bertanya hal ini setiap kali aku akan pergi. Mamakku sangat perhatian sekali saat aku dirumah, dibandingkan sebelum aku kuliah di ibu kota. "Sampun" sembari mataku melihat mamakku masuk kedalam kamar. Beliau pasti akan mengambil uang saku, batinku. Aku agak sungkan memang setiap kali meminta uang langsung kepada orang tuaku. Entah kenapa, aku terus merasa tidak enak dan merasa terus saja merepotkan mereka. Sejujurnya, ingin sekali aku berhenti dari meminta uang kepada mereka. Meskipun, mereka pasti memberikan uang yang aku minta, tapi tetap saja aku sungkan. Didalam hatiku, aku masih menganggap aku belum berguna bagi mereka. Aku belum bisa membantu meringankan kerja mereka. Aku menerima uang dari tangan Mamakku, sambil didalam hati terenyuh betapa sudah banyak uang yang mereka habiskan untuk membiayai sekolahku. Aku masih ingat Mamakku sering mengatakan "Ya bersyukur, gak banyak yang bisa seperti kamu, makane urip ki sing ngati-ati , Bapak karo Mamak cuma bisa ngasih ilmu". Aku berjanji, aku akan membuat mereka selalu bahagia dan bangga kepadaku.

Motor Bapakku satu-satunya dirumah dibawa adikku pergi kuliah. Mau gak mau aku harus berjalan kaki satu kilometer sampai jalan ujung desa untuk naik angkutan umum menuju kota kabupaten. Aku menyalami kedua tangan Bapak dan Mamakku, mohon doa restu agar semua urusanku diberikan kemudahan. Melihat ada sepeda onthel Bapakku yang sering dipakek ke sawah terparkir diluar rumah, aku sontak berucap "makek iki kayake lebih cepet Pak", sambil menunjuk sepeda itu dan mengarahkan pandanganku ke arah Bapakku. " Yo, makek sepeda wae biar cepet dan gak jalan dewean" begitu kata Bapakku. Mamakku sambil tersenyum "Iyo, nganggo pit (sepeda) wae, kuat lah pit kuwi dipakek". Aku lipat celana jeansku sampai ke lutut. Bapakku sudah siap aku bonceng dibelakang. Sambil menggendong tas punggung, aku mulai mengayuh sepeda onthel menuju jalan setapak berlapis semen. Sambil kadang geli dan tertawa aku kayuh semakin cepat. Perasaanku campur aduk, senang, bahagia, dan capek sekaligus. Aku masih ingat dulu waktu kecil, Bapakku sering mengajak aku berkunjung ke rumah saudara menggunakan sepeda onthel seperti ini. Aku pasti akan diletakan di ranjang anak-anak diantara kemudi sepeda. Kenangan masa kecil bersama orang tua yang sangat indah. "Dulu kan Bapak sering banget bonceng aku pakek keranjang anak-anak didepan to pak?", aku bertanya kepada Bapakku yang masih duduk dibelakang. "Iya, dulu kemana-mana naik sepeda....sampai pernah jatuh waktu dari tempat saudara. Pas, jalan belok, kemudinya gak bisa belok karena ada ranjang didepan, ya akhirnya tibo gedhublakan" Kata Bapakku sambil ketawa membuatkuku pun tertawa sambil menahan nafas ngos-ngosan. “Dulu setiap hari kemana-mana naik sepeda, yoo alon-alon, suwi-suwi yo bisa beli motor” Bapakku melanjutkan. Seketika itu, aku kembali teringat kisah perjuangan kedua orangtuaku, bekerja keras setiap hari membanting tulang di sawah. Tapi, bagian yang terjatuh waktu kecil dulu aku tidak ingat sama sekali. Didalam hati, hah, hah, hah, nafasku memburu, terasa berat. Apalagi harus melewati jalan berbatu dan dua tanjakan. Disisi lain hatiku, aku merasa sangat senang bisa membonceng Bapakku seperti ini. Dulu saat aku kecil, aku dibonceng Bapakku dengan sepedanya, sekarang giliran aku memboncengkan beliau. Rimbunan bambu dan sawah menyapa perjalanan kami, hingga akhirnya sampailah di jalan besar tempat angkutan umum akan membawaku sampai ke kota. Semasa kecil dulu, Bapakku sering sekali memarahiku, namun sekarang ini aku semakin sadar bahwa sesungguhnya beliau sangat menyayangiku. Inside my heart, my whisper said "i love you mam and dad, I promise to always make you all proud”.

By: Panca DP


Minggu, 22 Mei 2011

Kertas Ceritaku

Ingin kutulis semua yang ada didalam otak ini rasanya, namun kadang susah untuk mengurainya menjadi cerita yang semoga saja dapat meringankan beban pikiran yang lama tertumpuk oleh seabrek alur cerita tadi. Pesan yang diinginkan pun jelas dan yaa setidaknya bisa meringankan isi otak ini. Ingin kutulis semuanya dari A-Z hingga tidak ada lagi sisa, semuanya keluar,akhirnya tidak ada lagi ganjalan didalam hati dan pikiran.


Karena hanya layar monitor dan keyboard serta pulpen dan buku agenda yang selalu setia mendengarkan semua isi otaku saat ia ingin mengeluarkan isinya. Aku pun merasa nyaman melakukan itu, bercerita panjang lebar kepada mereka tentang semua isi otak dan hatiku. Tidak terasa terkadang bisa memunculkan senyum dan tawa saat melakukannya. Mereka lah yang selama ini bisa meringankan beban dihati, setia mendengarkan meski tak bisa menjawab.

Undip, Teman Sejatimu

Suatu malam di dalam kamar sempit ada dua orang laki-laki yang sedang duduk bersila sembari menyantap sepotong roti bakar. Mereka tampak sedang mendiskusikan sesuatu meski mimik mereka tidak sedang dalam mode serius. Terkadang terlihat senyum dan terdengar tawa mereka yang membuncah dari dalam kamar itu. Dua orang itu masih saja berbincang hingga usia malam hampir setengahnya.

Jika kita mengandai-andai, Undip adalah manusia yang lengkap dan sempurna seperti manusia normal lainnya, mempunyai tangan, mulut, mata, perasaan, kira-kira jika dia ditanya "apakah kamu suka dan senang saya kuliah di tempat kamu?". Apa ya kira-kira jawaban Undip?. Cobalah tanyakan pertanyaan itu kepada Undip sebagai seorang manusia. Perkirakan apa yang mungkin akan si Undip jawab dari pertanyaan yang kamu lontarkan kepadanya. Apakah dia akan menjawab," tentu saja aku senang kamu kuliah ditempat saya, karena kamu sudah membawa banyak hal bermanfaat kepadaku". Atau barangkali bisa saja dia akan menjawab sebaliknya. Jika kamu semua mengandaikan menanyakan pertanyaan itu kepada Undip yang bisa merasa dan berbicara, kira-kiralah sendiri apakah jawaban Undip. Cobalah bayangkan?

(Kita masih mengandai bahwa Undip adalah manusia yang berperasaan) Setiap tahun, dipertengahan usia penuh tahun yang selalu sama setiap saat, di bulan September, si Undip pasti selalu bahagia menyambut teman-teman barunya yang akan menemani dan mendampingi Undip disepanjang kisah perjalanan hidupnya. Teman baru yang akan menyejarah. Teman baru yang sebenarnya hanya sementara yang akan membantu Undip menjadi semakin dewasa, matang, dan menjadi manusia yang ideal dengan kekayaan pribadi dan ilmunya. Teman baru sementara karena hanya sebentar mereka akan menemani Undip dalam beberapa tahun kedepan. Rata-rata hanya 4-6 tahun saja, waktu yang cukup singkat. Teman baru ibarat energi baru, semangat baru, yang membuat manusia semakin hidup dan berarti. Layaknya seorang manusia yang mendapatkan teman baru, Undip pun mungkin setiap tahun merasa mendapatkan energi baru yang berharap mampu menjadikannya menjadi manusia yang lebih matang dari sebelumnya. Kita semua adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan almamater kita.

Teman yang saling mengisi kisah hidup antara satu dengan yang lainnya. Saling memberi saran dan masukan demi perbaikan diri masing-masing. Memori kenangan bersama dengan teman Undip tercinta pasti akan selalu terukir didalam diri setiap mahasiswanya. Masih ibarat manusia, Undip mempunyai banyak sekali sumber daya yang ia berikan kepada seluruh teman-temannya setiap saat. Ilmu pengetahuan, agama, kematangan pribadi, keterampilan, pengalaman, dan tidak terkira banyaknya manfaat lain yang selalu temannya Undip ambil dari diri Undip sendiri. Undip selalu mengulurkan dan membuka tangan kepada temannya untuk mengambil sebanyak-banyaknya sumber daya yang ia punya. Ia berikan kepada siapa saja yang ingin mengambilnya. Dan Ia selalu tersenyum manis dan bahagia setiap saat melihat temannya meraih banyak prestasi: menjuarai karya tulis, menjadi delegasi ke luar negeri, menjadi juara lomba olahraga, atau pun menjadi ketua lembaga. Ia pun dengan ikhlas akan senang melihat temannya menjadi lebih tahu banyak hal daripada sebelumnya, lebih dewasa daripada sebelumnya, dan menjadi lebih sholeh dan sholehah daripada sebelumnya. Undip membantu dengan ikhlas setiap temannya untuk menjadi manusia sutuhnya. Ya, lebih matang dari hari ke hari. Undip telah memberikan banyak sekali hal bermanfaat kepada kita, kita pun telah banyak sekali mengambil manfaat dari diri Undip sendiri.

Undip, disanalah kita bisa menemukan makna kata teman sejati. Teman yang dengan senang membimbing temannya untuk menjadi orang yang jauh lebih baik. Teman tempat kita mendapatkan segalanya. Kita belajar menemukan visi hidup saat kita berteman dengan Undip. Ia membantu kita untuk melihat masa depan, ia membantu kita menunjukan jalan kebaikan, ia menunjukan kepada kita sikap seorang dewasa, ia menempa kita menjadi manusia yang sabar dan ikhlas. Ia mendidik kita memaknai hidup ini lebih dalam. Ia lah Undip, sang teman sejati. Akankah kamu lupa akan hal itu?

Semoga kita menyadarinya, bahwa segala apa yang kita raih ini tidak terlepas dari bantuan sang Undip, teman baik yang bahagia melihat kamu berprestasi. Sebagai teman yang baik, akankah kita hanya mengambil manfaat teman kita sendiri tanpa memberikan timbal balik bermanfaat kepadanya?Apakah kita sudah memberikan yang terbaik yang kita punya untuk perbaikan diri teman sejati kita, Undip?ataukah kita hanya sekedar cuek dan tidak mau tau dengan kondisi almamater sekaligus teman kita ini?cobalah renungkan semuanya kawan, sejauh mana kontribusi kita dalam membangun perbaikan kepada almamater tercinta kita ini. Sudah sebaik apa prestasi yang kita berikan kepada teman yang sudah memberikan semuanya kepada kita. Atau mungkinkah masih ada diantara kita yang menganggap Undip tidak memberikan apa-apa?Semoga tidak. Karena cobalah lihat dirimu yang dulu sebelum kamu berkenalan dengan Undip, pasti ada sejengkal kemajuan yang ada didalam diri sekarang ini.

Undip telah memberikan segalanya untuk kita, bahagia dan senang melihat kita berprestasi. Kita telah mengambil banyak hal dari Undip: ingat kamu tidak bisa menikmati indahnya tanah Eropa atau Amerika jika kamu tidak berteman dengan Undip, kamu tidak bisa menjadi seperti sekarang tanpa peran darinya. Dengan segala fakta tentang kondisi teman sejati kita, Undip, saat ini.....masihkah kita egois dengan hanya memikirkan kebaikan untuk diri sendiri saja?sedangkan teman sejati kita tanpa henti memberikan kebaikan-kebaikannya kepada kita?Tidak sedihkah jika kamu nantinya melihat Undip menangis karena ia kamu sakiti?karena kamu tidak memberikan apa-apa kepadanya, meski hanya sekedar sebuah kata penghargaan dan cinta?Maulah pastinya kalian melihat Undip menangis haru dan bahagia dengan rasa penuh terimakasih sekaligus kehilangan saat kamu diwisuda nanti?berikan lah yang terbaik dan berkontribusilah untuk Undip dengan segala jalan dan cara yang kita punya dan bisa, Undip akan merasa kehilangan saat kamu diwisuda karena kamu tidak akan lagi berada disisinya, menemaninya, dan membantunya berdiri semakin tegak suatu saat nanti.


Undip almamaterku,
Aku bangga dan cinta kepadanya,
Aku berikan kontribusi terbaiku untuk kemajuanmu, teman
Kepada almamaterku tercinta, terimakasih

Panca DP
*)Komisi Ahli Bidang Internal BEM KM Universitas Diponegoro


Minggu, 01 Mei 2011

Semesta Alam


Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji hanya bagi ALLAH, Tuhan semesta alam. Tiada pernah IA berhenti menurunkan rahmatNYA kepada seluruh manusia di bumi tanpa pilih kasih. IA beri semua manusia curahan kasih sayangnya sama rata, meskipun kepada ia yang tiada pernah mengingat bahkan menyembahNYA. Tiada yang mengasihi melebihi kasih sayang NYA, tiada yang dapat mencintai melebihi cinta NYA, dan tiada yang sedermawan melebihi kemurahan hati NYA. Subhanallah, IA turunkan kasih sayang tanpa pamrih kepada seluruh makhlukNYA di bumi. Pikirkan lah, setiap detik, tiada terhingga betapa banyak pancaran kasih sayang yang IA berikan kepada manusia. Bahkan, kepada ia yang tiada pernah mengingat, bersyukur, menyembah, atau pun beribadah kepada NYA. IA masih dan selalu akan memberikan kehangatan cinta dan kasih tiada hingga. Subhanallah. Ya ALLAH, tiada akan pernah bisa sekeras apapun hambaMU berusaha untuk sekedar membalas apa yang telah Engkau beri. Pembandingan sebiji pasir dengan luasnya lautan pasir di seluruh dunia. Ah, itu pun belum cukup meski sekedar mengandaikannya. Kasih sayang MU tiada akan pernah terandai dengan perandaian atau perumpamaan seindah apapun.

Ulama Aidh Al-Qarni menggambarkan dengan sangat indah dalam lembaran-lembaran pertama bukunya "La-Tahzan" betapa sangat lemah daya manusia dibandingkan kebesaran kuasa ALLAH SWT. Saat badai di lautan, bumi bergoyang, angin puting beliung menerjang, manusia yang mengaku tidak mengenal Tuhan pun pasti akan memohon keselamatan kepada NYA, zat Maha Besar yang menguasai alam raya. Saya terenyuh saat melihat realita di belahan dunia lain selain tanah kelahiran saya, betapa banyak manusia yang dengan angkuhnya mengesampingkan peribadatan kepada Tuhan, bahkan mengesampingkan peran besar NYA dalam mengatur kehidupan ini. Tiadakah mereka menyadari dari indah dan teraturnya alam raya ini?Tiadakah mereka menyadari dari tubuh yang dipunyai?Apakah mereka pikir, bumi dan seisinya, manusia, keteraturan alam semesta ini muncul dengan sendirinya?. Sampai kulit mereka keriput, tulang telah renta, gigi tanggal satu demi satu, kehidupan terlihat hanya sebatas di bumi. Astaghfirullahaladzim. Namun, dengan penuh kasih sayang tiada batas ALLAH terus saja melimpahkan cucuran cintaNYA kepada manusia ke bumi dan kepada seluruh makhluk yang menemaninya di alam raya ini. Tanpa pilih kasih, tanpa pandang bulu, tanpa mengukur percaya tidaknya ia kepadaNYA, tanpa mengukur seberapa taat kepadaNYA. Semua manusia, sama rata, menikmati kasih sayang tiada tara ini di bumi. Meski dengan mudah sebenarnya IA bisa saja memutus tali kasih kepada manusia yang sombong dan angkuh di bumiNYA ini. Tapi, tidak IA lakukan. Itulah cinta dan kasih dari sang Maha Pengasih dan Penyayang. Saya makin tersadar melihat realita yang terhidang persis di depan mata.

Kebesaran hanya untuk ALLAH swt, tiada daya manusia selain dari kuasaNYA. Ingat kembali esensi kemurahan hatiNYA mengapa IA menciptakan manusia. Lihat betapa indah bumi yang IA ciptakan ini. Dengar betapa merdunya nyanyian alam semesta bertasbih memuji namaNYA. Rasakan betapa sempurnanya penciptaan manusia. IA karuniakan segala kelebihan diantara makhlukNYA didalam diri manusia. IA ciptakan alam semesta dan isinya dengan keteraturan dan keindahan yang sempurna sebagai pertanda dan pengingat kepada manusia akan tujuan hidup di dunia.

Subhanallah, IA lah Tuhan semesta alam.
Syukur dan pujiku kepadaMU ya ALLAH

Wallohualam,

Panca DP
Kenwood Dr, 1105, Blacksburg, VA.


Read Also

  • Keluarga - Hidup itu akhirnya adalah tentang membuat prioritas dan memilih, Semakin tua usia kamu, semakin kamu makin tau apa yang benar-benar prioritas untukmu, unt...
    6 bulan yang lalu